Doktrin Ultra Vires bagi Direksi dalam Menjalankan Pengurusan

kewajiban direksi untuk tidak bertindak lalai, menerapkan ketelitian tingkat tinggi dalam mengumpulkan informasi yang digunakan dalam membuat keputusan bisnis, dan menjalankan manajemen bisnisnya dengan kepedulian dan kehati-hatian yang masuk akal. Sedangkan duty of loyalty mencakup kewajiban direksi untuk tidak menempatkan kepentingan pribadinya di atas kepentingan perusahaan dalam melakukan transaksi dimana transaksi tersebut dapat menguntungkan direksi dengan menggunakan biaya-biaya yang ditanggung oleh perusahaan atau corporate opportunity. Duty of loyalty ini dapat pula dipahami sebagai kewajiban untuk bertindak tanpa rasa egois atau kewajiban beneficiary untuk mengutamakan kepentingan fiduciary-nya. 84 Ketentuan mengenai fiduciary duty ini di dalam UUPT, diatur di dalam Pasal 97 ayat 1 yang berbunyi: “1 Direksi bertanggung jawab atas pengurusan perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat 1.” dan Pasal 98 ayat 1 yang berbunyi: “1 Direksi mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.”

C. Doktrin Ultra Vires bagi Direksi dalam Menjalankan Pengurusan

Perseroan Terbatas Ultra vires berasal dari bahasa Latin yang berarti di luar atau melebihi kekuasaan outside the power, yakni di luar kekuasaan yang diijinkan oleh hukum 84 Ibid. Universitas Sumatera Utara terhadap badan hukum. Terminologi ultra vires dipakai khususnya terhadap tindakan perseroan yang melebihi kekuasaannya sebagaimana diberikan oleh anggaran dasarnya atau peraturan yang melandasi pembentukan perseroan tersebut. 85 Menurut Sutan Remy Sjahdeini 86 , sesuatu yang dikatakan ultra vires, contohnya kontrak, yaitu suatu kontrak yang dibuat oleh perseroan, namun tidak dalam rangka maksud dan tujuan perseroan beyond the objects of the company, maka kontrak itu dinyatakan sebagai “ultra vires the company”, dan kontrak itu dianggap void tidak sah atau batal demi hukum. Sebenarnya direksi hanya berhak dan berwenang untuk bertindak atas nama dan untuk kepentingan perseroan dalam batas-batas yang diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dan anggaran dasarnya. 87 Namun, apabila anggota direksi yang melakukan perbuatan tersebut dan mengakibatkan perseroan mengalami kerugian, maka perseroan dapat meminta pertanggungjawaban direksi tersebut terhadap kerugian yang diakibatkannya. Fred B.G. Tumbuan 88 menyatakan bahwa suatu perbuatan hukum dipandang berada di luar maksud dan tujuan perseroan ultra vires, manakala memenuhi salah satu kriteria: 1 Perbuatan hukum yang bersangkutan secara tegas dilarang oleh anggaran dasar; 85 Munir Fuady, Op. Cit., hal 110 86 Sutan Remy Sjahdeini, Tanggung Jawab Pribadi Direksi dan Komisaris, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 14, Juli 2001, hal 102 87 Gunawan Widjaja, Tanggung Jawab Direksi atas Kepailitan Perseroan Terbatas, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2003, hal 23 88 Fred B.G. Tumbuan, Perseroan Terbatas dan Organ-Organnya Sebuah Sketsa, Makalah di Kursus Penyegaran Ikatan Notaries Indonesia, Surabaya, 1988, hal 4 Universitas Sumatera Utara 2 Dengan memperhatikan keadaan-keadaan khusus, perbuatan hukum yang bersangkutan tidak dapat dikatakan akan menunjang kegiatan- kegiatan yang disebut dalam anggaran dasar; 3 Dengan memperhatikan keadaan-keadaan khusus, perbuatan hukum yang bersangkutan tidak dapat diartikan sebagai menunjang kepentingan perseroan terbatas. Ketentuan mengenai ultra vires ini diatur di dalam UUPT, melalui Pasal 97 ayat 3, yang berbunyi: “3 Setiap anggota direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2.” Dan juga Pasal 114 ayat 3 UUPT, yang berbunyi: “Setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat 2.”

D. Prinsip Derivative Action dalam UUPT