beberapa pelanggaran. Janet Dine
68
, melalui bukunya yang berjudul Company Law, memberikan kategori-kategori perilaku yang telah diidentifikasi sebagai kasus yang
paling sering menyebabkan direksi akan melanggar tugas pokok yaitu: 1.
penyalahgunaan aset perusahaan; 2.
menempatkan diri ke dalam situasi yang mengakibatkan konflik tanggung jawab dan konflik kepentingan; dan
3. menggunakan kekuasaan yang diberikan untuk suatu tujuan untuk mencapai
yang lain; 4.
menyebabkan perusahaan untuk bertindak ultra vires.
2. Tanggung jawab Pribadi
Direksi sebagai pengurus perseroan, memiliki kewajiban untuk melaksanakan amanah yang diberikan perseroan fiduciary duties. Dengan adanya kewajiban
tersebut, direksi wajib melaksanakan pengurusan perseroan dengan sebaik-baiknya. Pengurusan itu dilaksanakan semata-mata untuk kepentingan perseroan saja, tidak
boleh untuk kepentingan pribadi. Selain itu, direksi juga wajib menjalankan pengurusan berdasarkan prinsip kehati-hatian dan kecermatan duty of care
69
. Merupakan hal yang wajar bagi direksi untuk bertanggung jawab atas kelalaian
dalam adanya penipuan atau kepentingan pribadi. Aturan hukum yang ada sangat jelas menunjukkan bahwa seorang direksi diharapkan untuk menjalankan perusahaan
68
Janet Dine, Company Law, London: The Macmillan Press Ltd., 1991, hal 183
69
Munir Fuady di dalam bukunya yang berjudul Doktrin-doktrin Modern dalam Corporate Law Eksistensinya dalam Hukum Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002, hal 51, menyatakan
bahwa duty of care direksi, antara lain: 1
Direktur mempunyai kewajiban untuk pengelolaan perusahaan dengan itikad baik good faith, dimana direktur tersebut harus melakukan upaya yang terbaik dalam pengelolaan perusahaan
sesuai dengan kehati-hatian care sebagaimana orang biasa yang harus berhati-hati, 2
Kewajiban atas standar kehati-hatian ditentukan oleh kewajiban seorang direktur sesuai dengan penyelidikan yang rasional.
Universitas Sumatera Utara
dengan kehati-hatian due care selayaknya seorang pengemudi yang harus berhati- hati pada saat mengemudikan mobilnya.
70
Apabila anggota direksi menyalahgunakan kedudukannya sebagai pemegang amanah perseroan atau apabila bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya yang
mengakibatkan kerugian, maka setiap anggota direksi bertanggung jawab secara pribadi. Sehubungan dengan hal ini, Pasal 97 ayat 3 UUPT menentukan bahwa
setiap anggota direksi bertanggungjawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugas dalam
mengurus perseroan.
71
Sedangkan apabila anggota direksi terdiri dari 2 orang atau lebih, menurut Pasal 97 ayat 4 UUPT, tanggung jawab secara pribadi tersebut
berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota direksi. Untuk membebankan pertanggungjawaban terhadap direktur atau pengurus
korporasi, maka harus dibuktikan adanya pelanggaran terhadap kekuasaan kewajiban kewenangan yang dimilikinya. Pengurus korporasi dalam hal ini harus dapat
dibuktikan telah melanggar good faith
72
yang dipercayakan padanya dalam menjalan
70
Detlev F. Vagts, Op. Cit., hal 209
71
Ridwan Khairandy, Op. Cit., hal 222
72
Di Indonesia, tindakan yang bagaimana yang dapat dikategorikan sebagai tindakan yang beritikad baik masih belum jelas. Namun, secara implisit, pada Pasal 92 ayat 1 UUPT, yang
menyebutkan bahwa direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
Yahya Harahap menyatakan di dalam bukunya berjudul Hukum Perseroan Terbatas hal 374- 376 bahwa makna itikad baik dalam konteks pelaksanaan pengurusan perseroan oleh anggota direksi
dalam praktik dan doktrin hukum memiliki jangkauan luas, antara lain sebagai berikut: 1
Wajib dipercaya fiduciary duty Setiap anggota direksi “wajib dipercaya” dalam melaksanakan tanggung jawab pengurusan
perseroan. Itu berarti bahwa, setiap anggota direksi selamanya “dapat dipercaya” must always bonafide serta selamanya harus “jujur” must always be honested
2 Wajib melaksanakan pengurusan untuk tujuan yang wajar duty to act for a proper purpose
Universitas Sumatera Utara
korporasi atau perusahaan, sebagaimana diatur dalam prinsip fiduciary duty. dihubungkan dengan identification theory dalam wacana common law, kesalahan
yang dilakukan oleh anggota direksi atau pejabat korporasi lainnya hanya dapat dibebankan pada korporasi jika memenuhi syarat:
i tindakan yang dilakukan oleh mereka berada dalam batas tugas atau instruksi
yang diberikan pada mereka, ii
bukan merupakan penipuan yang dilakukan terhadap perusahaan, iii
dimaksudkan untuk menghasilkan atau mendatangkan keuntungan bagi korporasi.
Apabila anggota direksi dalam melaksanakan fungsi dan kewenangan pengurusan itu, tujuannya tidak wajar, tindakan pengurusan demikian dikategorikan sebagai pengurusan yang dilakukan
dengan itikad buruk. Dalam rangka pengurusan perseroan dengan tujuan yang wajar, termasuk kewajiban
memperhatikan kepentingan karyawan, seperti halnya memperhatikan kepentingan pemegang saham.
3 Wajib untuk menaati peraturan perundang-undangan statutory duty
Ini berarti bahwa patuh dan taat terhadap hukum dalam arti luas dan terhadap peraturan perundang-undangan dan Anggaran Dasar perseroan dalam arti sempit.
4 Wajib loyal terhadap perusahaan loyalty duty
Makna loyalty duty sama dengan good faith duty, yaitu loyal dan terpercaya mengurus perseroan, dan oleh karena itu, hubungan yang paling utama antara anggota direksi dan
perseroan yaitu kepercayaan trust berdasar loyalitas.
5 Wajib menghindari benturan kepentingan avoid conflict of interest
Ruang lingkup kewajiban anggota direksi menghindari benturan kepentingan dalam melaksanakan pengurusan perseroan, meliputi: a kewajiban untuk tidak mempergunakan uang
dan kekayaan money and property perseroan untuk kepentingan pribadinya, b mempergunakan informasi perseroan untuk kepentingan pribadi, c tidak mempergunakan
posisi untuk memperoleh keuntungan pribadi, d tidak menaham atau mengambil sebagian dari keuntungan perusahaan untuk kepentingan pribadi, e dilarang melakukan transaksi dengan
perseroan, f larang bersaing dengan perseroan.
Sedangkan di dalam Black’s Law Dictionary, good faith diartikan sebagai A state of mind consisting in 1 honesty in belief or purpose, 2 faithfulness to one’s duty or
obligation, 3 observance of reasonable commercial standards of fair dealing in a given trade or business, or 4 absence of intent to defraud or to seek unconscionable advantage.
Universitas Sumatera Utara
Dengan kata lain, jika salah satu syarat ini tidak dipenuhi, maka kesalahan tersebut tidak dapat dipikul oleh korporasi, namun harus dipikul secara pribadi oleh organ
korporasi yang melakukan tindakan tersebut.
73
Direksi sebagai orang yang bertugas untuk memberikan arahan dan mengelola perusahaan, memiliki tanggung jawab untuk tidak menjalankan perusahaan dengan
cara yang berbahaya dan melanggar hukum. Ketika direksi dan pejabat perusahaan dengan sengaja membawa perusaaan ke arah tindak pidana, maka mereka tidak dapat
melepaskan diri dari pertanggungjawaban pidana. Ketika mereka membuat atau menganjurkan etos atau budaya yang konduktif atau toleran terhadap sesuatu yang
melanggar hukum, atau dengan sengaja menutup mata terhadap kegiatan-kegitan yang tidak jelas hukumnya, maka mereka harus dimintakan
pertanggungjawabannya.
74
Namun, direktur juga memperoleh perlindungan terhadap tanggung jawab yang diembannya. Terdapat perlindungan khusus yang diberikan kepada direksi dalam hal
dia telah melakukan itikad baik sehubungan dengan kelalaian, kesalahan, pelanggaran kewajiban atau pelanggaran kepercayaan. Berikut merupakan hal-hal yang dapat
meringankan direktur dari tanggung jawabnya secara keseluruhan ataupun sebagian, yaitu:
75
73
Rahmat Setiabudi Sokonagoro, Pertanggungjawaban Pidana Corporate Crime Liability PT. Lapindo Brantas dalam Tindak Pidana Lingkungan Studi Kasus Semburan Lumpur Banjar Panji I
Sidoarjo, http:www.sokonagoro.com12-pertanggungjawaban-pidana-corporate-crime-liability.html
, diakses tanggal 26 Mei 2011
74
James Gobert, Maurice Punch, Rethinking Corporate Crime, London: LexisNexis Butterworths Tolley, 2003, hal 268
75
P.P.S. Gogna, Op. Cit., hal 270
Universitas Sumatera Utara
1 direktur itu bertindak secara jujur,
2 direktur itu bertindak secara wajar,
3 direktur itu, dengan mempertimbangkan semua keadaan, cukup tepat untuk
dimaafkan. Hal tersebut di atas dapat dilihat dari Pasal 97 ayat 5 yang menyatakan bahwa
apabila anggota direksi dapat membuktikan hal-hal tersebut di bawah ini, maka anggota direksi tidak harus bertanggung jawab secara pribadi terhadap kerugian
ataupun tindak pidana yang terjadi. Isi dari Pasal 97 ayat 5 UUPT tersebut yaitu: 1
kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; 2
telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan;
3 tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun ttidak langsung
atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan 4
telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.
B. Prinsip Fiduciary Duty bagi Direksi dalam Menjalankan Pengurusan