Prinsip Business Judgment Rule dalam UUPT

6 Penyebab dilakukannya gugatan karena adanya kegagalan dalam perseroan atau kejadian yang merugikan perseroan yang bersangkutan; dan 7 Karena diajukan untuk dan atas nama perseroan, maka segala hasil gugatan menjadi milik perseroan walaupun pihak yang mengajukan gugatan yaitu pemegang saham. Karena pemegang saham sebagai penggugat tidak mewakili dirinya sendiri, tetapi untuk dan atas nama perseroan dalam mengajukan gugatan, maka ada beberapa karakteristik khusus suatu gugatan derivatif, yaitu: 92 1. Sebelum dilakukan gugatan, sejauh mungkin dimintakan demand yang berwenang direksi untuk melakukan gugatan untuk dan atas nama perseroan sesuai ketentuan dalam anggaran dasarnya. 2. Pihak pemegang saham yang lain sejauh mungkin dimintakan juga berpartisipasi dalam gugatan derivatif, mengingat gugatan tersebut juga untuk kepentingannya. 3. Harus diperhatikan juga kepentingan stake holder yang lain, seperti pemegang saham yang lain, pihak pekerja, dan kreditor. Karena itu, bukan hanya pemegang saham penggugat yang harus didengar oleh pengadilan. Mislanya, dalam adanya penyelesaian di pengadilan, apabila penyelesaian tersebut cukup layak dan diterima oleh banyak pihak, pengadilan sepatutnya harus mengabulkan penyelesaian tersebut, meskipun pihak pemegang saham penggugat menolak. 4. Tindakan penolakan gugatan derivatif berdasarkan alasan ne bis in idem tidak boleh merugikan kepentingan pihak stake holder yang lain. 5. Harus dibatasi bahkan dilarang penerimaan manfaat oleh pemegang saham yang ikut terlibat dalam tindakan merugikan perseroan terhadap mana gugatan derivatif diajukan, yakni manfaat dari ganti rugi yang diberikan terhadap gugatan derivatif tersebut, 6. Seluruh manfaat yang diperoleh dari gugatan derivatif menjadi milik perseroan. 7. Sebagai konsekuensinya, maka seluruh biaya yang diperlukan dalam gugatan derivatif mesti ditanggung oleh pihak perseroan.

E. Prinsip Business Judgment Rule dalam UUPT

Saat ini di dunia hukum perusahaan terdapat suatu prinsip yang disebut dengan prinsip business judgement rule, yaitu suatu prinsip yang menetapkan bahwa direksi 92 Ibid. Universitas Sumatera Utara suatu perusahaan tidak bertanggung jawab atas kerugian yang timbul dari suatu tindakan pengambilan keputusan apabila tindakan direksi tersebut didasari itikad baik dan sifat hati-hati. Dengan prinsip ini, direksi mendapatkan perlindungan sehingga tidak perlu memperoleh justifikasi dari pemegang saham atau pengadilan atas keputusan mereka dalam pengelolaan perusahaan. Penerapan prinsip ini bertujuan untuk mencapai keadilan, khususnya bagi para direktur sebuah perusahaan terbatas dalam melakukan suatu keputusan bisnis. Direksi sebagai pengurus perseroan, secara berkala membuat keputusan yang kompleks berdasarkan informasi parsial, tidak lengkap, atau tidak akurat. Pasti selalu ada kemungkinan terjadi hal-hal yang tidak diharapkan sesudahnya, walaupun keputusan itu pada awalnya dapat diterima. Evaluasi keputusan substantif setelah fakta terungkap harus mempertimbangkan kewajaran dari proses yang dilakukan oleh direksi dalam mengambil keputusan, bukannya dengan menilai hasil akhir atau akibat dari pengambilan keputusan tersebut. 93 Keputusan yang diambil oleh direktur tersebut haruslah merupakan sebuah keputusan yang beritikad baik yang bersifat rasional. Untuk menjadi rasional harus memenuhi persyaratan minimal. Keputusan yang tidak rasional menunjukkan itikad buruk. Tindakan yang gegabah tidak akan menghasilkan sesuatu yang rasional. 94 Namun, terdapat beberapa pernyataan tentang business judgment rule yang menambahkan kualifikasi lebih lanjut mengenai keputusan direksi yang bagaimana 93 Robert W. Hamilton, Op. Cit., hal 449 94 Kenneth S. Ferber, Corporation Law, New Jersey: Prentice-Hall, 2002, hal 80 Universitas Sumatera Utara yang tidak akan dilindungi prinsip ini. Robert W. Hamilton 95 , menyatakan bahwa keputusan yang bersifat conflict of interest atau self-dealing transaction tidak akan dilindungi. Hal ini dikarenakan direksi telah melakukan mismanagement atau misjudgment terhadap keputusan yang diambilnya dan keputusan itu ditujukan untuk kepentingan pribadi. Beberapa tolak ukur untuk memutuskan apakah suatu kerugian tidak disebabkan oleh keputusan bisnis business judgment yang tidak tepat sehingga dapat menghindar dari pelanggaran prinsip duty of care yaitu: pertama, memiliki informasi tentang masalah yang akan diputuskan dan percaya bahwa informasi tersebut benar. Kedua, tidak memiliki kepentingan dengan keputusan dan memutuskan dengan itikad baik. Ketiga, memiliki dasar rasional untuk mempercayai bahwa keputusan yang diambil adalah yang terbaik bagi perusahaan. Sehingga, apabila terbukti bahwa tindakan atau keputusan yang diambil oleh direktur untuk memberlakukan suatu kebijakan korporasi yang didasarkan atas business judgment yang tepat dalam rangka meraih keuntungan sebanyak-banyaknya bagi korporasi, maka apabila ternyata tindakan yang diambil tersebut menimbulkan kerugian yang melahirkan pertanggungjawaban pidana, tidak dapat dibebankan pada pribadi pengurus direksi atau pejabat korporasi lainnya, tetapi dibebankan pada korporasi. 95 Lihat, Robert W. Hamilton, Op. Cit., hal 454 Universitas Sumatera Utara Pertanggungjawaban oleh pengurus hanya dimungkinkan apabila terbukti terjadi pelanggaran duty of care 96 dan duty of loyalty. 97 Pendapat tersebut juga dapat dilihat di dalam pengertian business judgment rule yang terdapat di dalam Black’s Law Dictionary 98 yaitu: 96 Menurut Sutan Remy Sjahdeini, di dalam Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Direksi Komisaris BUMN Persero, http:sremys.comartikelTugas,Wewenang,20Dan20Tanggung 20Jawab20Direksi2020Komisaris20BUMN20Persero.pdf , diakses tanggal 27 Mei 2011, di AS, untuk menentukan apakah duty of care telah dilaksanakan oleh direksi ditentukan berdasarkan tolok ukur bahwa: “They must exercise that degree of skill, diligence, and care that a reasonably prudent person would exercise in similar circumstances”. Berkenaan dengan berlakunya duty of care, maka: 1. Anggota Direksi juga Dewan Komisaris tidak boleh melakukan kegiatan-kegiatan atas beban biaya perseroan apabila tidak memberikan sama sekali atau memberikan sangat kecil manfaat kepada perseroan bila dibandingkan dengan manfaat pribadi yang diperoleh oleh anggota direksi yang bersangkutan. Namun demikian hal itu dapat dikecualikan apabila dilakukan atas beban biaya representasi jabatan dari anggota direksi yang bersangkutan berdasarkan keputusan RUPS. 2. Anggota direksi juga Dewan Komisaris tidak boleh menjadi pesaing bagi perseroan yang dipimpinnya, misalnya dengan mengambil sendiri kesempatan bisnis yang seyogianya disalurkan kepada dan dilakukan oleh perseroan yang dipimpinnya tetapi kesempatan bisnis itu disalurkan kepada perseroan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pribadi anggota direksi itu. 3. Anggota direksi juga Dewan Komisaris harus menolak untuk mengambil keputusan mengenai sesuatu hal yang diketahuinya atau sepatutnya diketahui akan dapat mengakibatkan perseroan melanggar ketentuan perundang- undangan yang berlaku sehingga perseroan terancam dikenai sanksi oleh otoritas yang berwenang, misalnya dicabut izin usahanya atau dibekukan kegiatan usahanya, atau digugat oleh pihak lain. 4. Anggota direksi juga Dewan Komisaris dengan sengaja atau karena kelalaiannya telah tidak melakukan atau telah tidak cukup melakukan upaya atau tindakan yang perlu diambil untuk mencegah timbulnya kerugian bagi perseroan. 5. Anggota direksi juga Dewan Komisaris dengan sengaja atau kelalaiannya telah tidak melakukan atau telah tidak cukup melakukan upaya atau tindakan yang perlu diambil untuk meningkatkan keuntungan perseroan. 6. Anggota direksi juga Dewan Komisaris tidak mengambil tindakan apa pun ketika diketahui telah terjadi keputusan perbuatan yang dapat diduga merupakan pelanggaran hukum perdata maupun pidana yang dapat merugikan atau membahayakan perseroan; Harus dicermati bahwa korporasi dapat dibebani pertanggungjawaban pidana. Pelanggaran terhadap duty of care terjadi antara lain dikarenakan anggota direksi: 1. tidak aktif menjalankan tugasnya; atau 2. bertingkah laku sangat sembrono grossly negligent behavior; atau 3. melakukan kelalaian ringan simple negligent. 97 Rahmat Setiabudi Sokonagoro, Loc. Cit. 98 Bryan A. Garner, Op. Cit., hal 192 Universitas Sumatera Utara “The presumption that in making business decisions not involving direct self- interest or self-dealing, corporate directors act on an informed basis, in good faith, and in the honest belief that their actions are in the corporation’s best interest. The rule shields directors and officers from liability for unprofitable or harmful corporate transactions if the transactions were made in good faith, with due care, and within the directors’ or officers’ authority.” Business judgment rule menghapuskan tanggung jawab direksi dan pejabat lainnya yang jujur. Untuk dapat memanfaatkan peraturan dan perlindungan ini, merupakan hal yang penting bahwasanya keputusan yang diambil dan telah dibuat dengan kehati-hatian dan kewajaran, sesuai dengan persyaratan yang tepat, diawasi dengan baik, dan bahwa direktur atau pejabat tersebut melakukan dengan proses yang wajar dalam pengambilan keputusan. Tidak ada conflict of interest. 99 Dalam hal ini perlu diingat bahwa business judgment rule terdiri dari ‘keputusan’, ‘pertimbangan’, dan ‘perbuatan’. Apabila tidak melakukan apa-apa atau melakukan lebih, maka tidak akan dilindungi oleh business judgment rule. Namun, sebuah keputusan untuk tidak melakukan apa-apa jelas akan dilindungi oleh prinsip ini, dalam hal direksi telah memenuhi standar peraturan dalam membuat keputusan. 100 Jika direktur atau pejabat gagal menggunakan standar dasar dan keputusan yang mereka ambil mengakibatkan dampak ataupun kerugian terhadap perusahaan, maka mereka harus bertanggung jawab secara pribadi terhadap perusahaan. Contohnya seperti: Tom melempar buku ke Fred, Fred menepis buku tersebut dengan tangannya, dan mengenai Mary. Penyebab kecelakaan Mary merupakan lembaran buku dari 99 Kenneth S. Ferber, Op. Cit.,hal 79 100 Robert W. Hamilton, Op. Cit., hal 454 Universitas Sumatera Utara Tom. Kita menerapkan prinsip “namun jika”. Namun jika pada saat Tom melempar buku ke Fred, dan Fred tidak menepis buku itu, maka Mary tidak akan kena. Oleh karena itu, penyebab kecelakaan Mary adalah lemparan buku Tom kepada Fred. Maka, Tom lah yang harus bertanggung jawab kepada Mary. 101 Dalam hukum perusahaan, standard of review dan standard of conduct sama. Standards of review diterapkan pengadilan untuk menetapkan apakah ada pertanggungjawaban danatau apakah ada grant injuctive relief. Standards of conduct merupakan bagaimana seseorang harus bertindak. Seorang agen dalam melakukan transaksi harus sesuai dengan prinsip keadilannya. Seorang perwakilan harus melakukan transaksi secara adil sesuai dengan aturan. Itulah yang dimaksud dengan standard of conduct. Seorang direktur danatau pejabat lainnya memiliki kewajiban kepada perusahaan untuk menjalankan fungsinya dengan itikad baik, dengan cara yang dapat dipercaya untuk kepentingan perusahaan, dan dengan penuh kehati-hatian selayaknya seseorang yang bijaksana dalam menjalankan tugasnya dengan penuh kehati-hatian yang wajar. Standar kehati-hatian ini menghasilkan kewajiban untuk menginformasikan, memantau, membuat keputusan yang masuk akal dan penuh kehati-hatian, dan menerapkan proses yang rasional untuk membuat keputusan. 102 Business judgment rule mendorong direksi untuk lebih berani mengambil risiko daripada terlalu berhati-hati, sehingga perseroan tidak jalan. Prinsip ini 101 Kenneth S. Ferber, Op. Cit., hal 79 102 Ibid., hal 80 Universitas Sumatera Utara mencerminkan asumsi bahwa pengadilan tidak dapat membuat keputusan yang lebih baik dalam bidang bisnis daripada direksi. 103 Singkatnya, alasan utama diberlakukannya prinsip business judgment rule yaitu sebagai berikut: 104 2 orang-orang melakukan kesalahan, dan hal tersebut dapat diasumsikan bahwa jabatan direksi pun tidak terlepas dari kesalahan; 3 direksi membutuhkan diskresi yang luas dalam menetapkan kebijakan dan membuat keputusan; 4 pengadilan harus dijauhkan dari kegiatan direksi dikarenakan mereka tidak terlalu ahli dalam hal tersebut; dan 5 semua pihak harus diyakinkan bahwa direktur, bukan pemegang saham, akan membuat kebijakan dan dapat mempertanggungjawabkannya kepada seluruh investor saat ini maupun investor yang akan datang. Business Judgment Rule merupakan prinsip yang dibuat oleh pengadilan, bukan oleh undang-undang, oleh karena itu pengadilan mengatur bagaimana penerapannya. 105 Prinsip business judgment rule mengalami perkembangannya sebagai yurisprudensi dalam prinsip common law di Amerika dimulai dengan keputusan Lousianna Supreme Court, dalam kasus Percy V Millaudon pada tahun 1829. 106 Indonesia pun telah mengadopsi prinsip business judgement rule ini. Hal ini dapat dilihat dari isi Pasal 97 ayat 5 yang berbunyi: 103 Ridwan Khairandy, Op. Cit., hal 235 104 Janelyn P. Ng, The Business Judgment Rule: Checking The Autocracy in The Boardroom, University of Santo Tomas Faculty of Civil Law, Filipina: UST Law Review, 2008, hal 154 105 Association of Corporate Counsel, Internal Investigations, Washington: Feb 2007, hal 10, di dalam tulisannya disebutkan, “The Business Judgment Rule is a doctrine created by courts, not by statutes, and thus the courts govern its application.” 106 Lihat Dennis J. Block, Nancy R. Barton dan Stephen A. Radin, The Business Judgment Rule Fiduciary Duties of Corporate Directors, New Jersey: Prentice Hall Law Business, Third Edition, 1990, hal 4 Universitas Sumatera Utara “5 Anggota direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat 3 apabila dapat membuktikan: a. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalainnya; b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan; c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut. Business judgment rule merupakan senjata paling ampuh bagi direktur di suatu perusahaan untuk keluar dari jerat hukum, baik pidana maupun perdata. Hal itu tentunya dengan pembuktian yang sebenar-benarnya menunjukkan bahwa memang kebijakan yang diambil direktur itu telah memenuhi unsur-unsur kebijakan yang dilindungi prinsip business judgment rule. Namun, di dalam prinsip business judgment rule tidak ada perlindungan bagi direktur yang dinilai “bertindak bodoh atau tidak bijaksana”. Seorang direktur wajib menginformasikan semua keputusan yang dibuatnya, sehubungan dengan tugasnya sebagai seorang fiducia terhadap perusahaan dan pemegang saham. Seorang direktur harus jeli dalam menafsirkan suatu informasi. Direktur harus memprosesnya dengan informatif dan penuh dengan perundingan dalam persetujuan untuk menentukan suatu perjanjian. 107 107 Kenneth S. Ferber, Op. Cit., hal 80 Universitas Sumatera Utara

BAB III PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA

DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

A. Lingkungan Hidup dalam UUPPLH

Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. 108 Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia. Hal ini sesuai dengan yang diamanatkan dalam Pasal 28H UUD 1945. Untuk itu kita perlu memberikan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan, sehingga kualitas lingkungan hidup tidak semakin menurun. Penurunan kualitas lingkungan hidup dapat mengancam kelansungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Suatu lingkungan hidup dikatakan dalam keadaan serasi apabila selama interaksi manusia dengan berbagai komponen lingkungan lainnya berada dalam batas-batas keseimbangan atau dapat pulih seketika dalam keadaan seimbang, tetapi apabila timbul ketergantungan antara interaksi manusia dengan lingkungannya disebabkan batas-batas kemampuan salah satu komponen lingkungan sudah 108 Lihat Pasal 1 angka 1 UUPPLH 71 Universitas Sumatera Utara