Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pembuatan tesis ini merupakan suatu upaya akademik untuk menjawab tiga permasalahan sebagaimana dirumuskan dalam BAB I. Hasil penelitian dan pembahasan mengungkapkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Di dalam perkembangan hukum pidana Indonesia, sistem pertanggungjawaban korporasi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: a. Pengurus korporasi sebagai pembuat, maka penguruslah yang bertanggung jawab; b. Korporasi sebagai pembuat, maka pengurus yang bertanggung jawab; c. Korporasi sebagai pembuat dan yang bertanggung jawab. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2009, yang melakukan pengurusan sehari-hari suatu korporasi atau perusahaan yaitu direksi. Sebagai pengurus suatu perusahaan, maka direksi berkewajiban untuk membuat keputusan yang tepat, penuh kehati-hatian dan beritikad baik dalam melaksanakan tugasnya. Namun, selalu ada kemungkinan terjadi hal-hal yang tidak diharapkan setelah keputusan dibuat, meskipun pada awalnya keputusan itu dapat diterima. gka 5 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2009, yang melakukan pengurusan sehari-hari suatu korporasi atau perusahaan yaitu direksi. Sebagai pengurus suatu perusahaan, maka direksi berkewajiban untuk membuat keputusan yang tepat, penuh kehati-hatian dan beritikad baik dalam melaksanakan tugasnya. Namun, selalu ada kemungkinan terjadi hal-hal yang tidak diharapkan setelah keputusan dibuat, meskipun pada awalnya keputusan itu dapat diterima. Universitas Sumatera Utara Oleh sebab itu, dibentuklah suatu prinsip yang dikenal dengan Business Judgment Rule, yang sering digunakan untuk menjamin keadilan bagi para direktur yang mempunyai itikad baik. Prinsip ini bertujuan untuk mencapai keadilan, khususnya bagi para direktur sebuah perusahaan terbatas dalam melakukan suatu keputusan bisnis. Prinsip ini secara tersirat diatur di dalam Pasal 97 ayat 5 UUPT. Dengan adanya prinsip ini, maka direktur tidak harus bertanggung jawab terhadap kerugian yang terjadi, apabila ia dapat membuktikan bahwa: 115 a. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalainnya; b. Telah melakukan pengurrusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan; c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut. 2. Berdasarkan isi Pasal 97 UUPT jo. Pasal 2 dan 4 UUPT dan kewajiban yang diatur di dalam Pasal 67 dan 68 UUPPLH serta prinsip yang terbit dari adanya duty of care, direktur perseroan tidak dapat melepaskan diri dari pertanggungjawaban pidana dalam hal perseroan yang dipimpinnya mencemari dan atau merusak lingkungan. Namun, melihat ketentuan pertanggungjawaban pidana khususnya tindak pidana korporasi di dalam undang-undang terkait kasus Tindak Pidana Universitas Sumatera Utara Lingkungan Hidup yang diatur di dalam Pasal 116 UUPPLH, ada kemungkinan direksi dapat melepaskan diri dari pertanggungjawaban pidana lingkungan. Pada pasal tersebut dinyatakan bahwa yang bertanggung jawab atas tindak pidana lingkungan hidup yang dilakukan oleh, untuk, atau atas nama badan usaha, dijatuhkan kepada: a. Badan usaha; danatau b. Orang yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut atau orang yang bertindak sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak pidana tersebut. Orang yang memberi perintah disini dapat diartikan sebagai direksi, dikarenakan setiap tindakan yang diambil oleh suatu korporasi harus mendapat persetujuan dari direksi. 3. Direksi sebagai organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh untuk melakukan pengurusan perseroan sehari-hari, wajib menjalankan tugasnya dengan memegang penuh amanah dari perseroan dan tidak boleh menyalahgunakan kedudukannya atau bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa direksi telah menjalankan fiduciary duty, sehingga setiap keputusan yang dibuatnya harus dihormati. Apabila direktur telah menjalankan tugasnya dengan fiduciary duty dan kerugian ataupun tindak pidana tetap terjadi, maka direktur tersebut memperoleh perlindungan terhadap tanggung jawab yang diembannya. Perlindungan itu dikenal dengan prinsip business judgment rule. Universitas Sumatera Utara Sangatlah tidak adil apabila seorang direktur yang telah melakukan itikad baik dan penuh kehati-hatian di dalam menjalankan tugasnya dan membuat keputusannya, dinyatakan telah melakukan perbuatan yang dapat dicela atau melakukan perbuatan yang melawan hukum. Dimana menurut ajaran melawan hukum materil yang negatif, menyatakan bahwa unsur di luar ketentuan- ketentuan hukum dapat dijadikan alasan sebagai pengecualian perbuatan melawan hukum.

B. Saran