Proses Produksi 1. Bahan Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan

7. Kantin dan koperasi, perusahaan juga menyediakan kantin dan koperasi di dalam lingkungan perusahaan dengan harga yang terjangkau dan bergizi, sehingga membantu dalam menjaga kondisi fisik karyawan serta koperasi karyawan yang bertujuan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan karyawan.

4.1.4. Proses Produksi 1. Bahan

Bahan dapat dikelompokkan menjadi bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong. Penggolongan ini harus didasarkan kepada definisi yang diberikan kepada masing-masing kelompok. Bahan yang digunakan untuk menunjang kegiatan produksi diuraikan sebagai berikut : 1. Bahan baku Bahan baku adalah bahan yang membentuk produk secara unik, kalau salah satu dari komponen bahan itu dihilangkan, produk yang dihasilkan tidak lagi seperti yang direncanakan semula. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi adalah : 1 CPO crude palm oil atau minyak kelapa sawit. 2 CPS crude palm stearin yaitu CPO yang telah melalui proses bleaching pemutihanpemucatan. 3 PKO palm kernel oil atau minyak inti sawit. 4 PFAD palm fatty acid distilled yaitu CPO yang diproses dengan mengambil unsur asam lemak melalui proses distilasi. Universitas Sumatera Utara 5 RBDPS refined bleaching deodorized palm stearin yaitu CPO yang telah diambil olein-nya dan hanya stearin yang melalui proses bleaching dan proses deodorizing penghilangan bau. 6 RBDPO refined bleaching deodorized palm oil yaitu CPO yang telah diambil olein-nya tetapi dibandingkan dengan RBDPS, kualitas RBDPO lebih baik. 2. Bahan penolong Bahan penolong adalah bahan yang digunakan untuk membantu proses produksi, tetapi bukan menjadi bagian dalam produk akhir, yaitu : 1 Asam fosfat H 3 PO 4 , digunakan untuk membantu dalam membentuk gumpalan-gumpalan minyak dalam proses degumming. 2 Hidrogen, membantu dalam memutuskan ikatan rangkap pada asam lemak. 3 Nickel Catalyst, membantu dalam pemutusan ikatan rangkap pada asam lemak. 4 Filter aid, membantu proses penyaringan dan mengikat kotoran-kotoran pada minyak. 5 Karbon aktif, membantu dalam proses pemutihan atau penghilangan warna pada glycerine. 6 Uap, membantu dalam menghilangkan bau busuk dan apek. 3. Bahan tambahan Bahan tambahan adalah adalah bahan yang tidak ikut dalam proses produksi, tetapi merupakan bagian dalam produk akhir, yaitu Universitas Sumatera Utara 1 Drum blue kapasitas18 kg. 2 Drum silver kapasitas 21 kg. 3 Jumbo bag kapasitas 600 kg. 4 Paper bag kapasitas 25 kg. 5 Woven bag kapasitas 25 kg. 6 ISO container.

2. Jumlah dan Spesifikasi Bahan

Spesifikasi standar mutu bahan baku yang digunakan PT. Flora Sawita Chemindo seperti terlihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Spesifikasi Standar Mutu Bahan Baku Parameter Spesifikasi PKO CPO RBDPS CPS Acid value, mgKOH 14 maks 10 maks 0,5 maks 10 maks Free Fatty Acid, 5 lauric 5 oleic 0,25 oleic 195-210 Sap. Value, mgKOHg 245-255 195-205 195-210 195-210 Iodine value, gI 2 5.25”, Red 14-23 44-54 34-38 29-45 Moisture, wt 0,3 maks 0,3 maks 0,3 maks 0,3 maks C6 0-1 C8 3-6 C10 3-7 Universitas Sumatera Utara C12 44-50 1 maks 1 maks C14 14-18 2 maks 2 maks C16 8-12 43-47 57-63 C18;0 2-4 3-6 3-7 C18,1 12-20 35-45 25-30 C18;2 2-4 5-15 4-8 C20 1 maks 1 maks 1 maks Sumber : PT. Flora Sawita Chemindo Pengolahan bahan-bahan di atas menghasilkan asam lemak dan glycerine. Spesifikasi produk glycerine yang diproduksi ditunjukkan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Spesifikasi Glycerine yang diproduksi PT. Flora Sawita Chemindo Kode Flotarin Product description Glycerine USP 99,5 Glycerol content, wt 99,5 min Spesific gravity 1,2607 min Colour APHA 10 maks Residue on ignation, wt 0,01 maks Universitas Sumatera Utara Chloride, ppm 20 maks Sulphate, ppm 5 maks Heavy metal, ppm 5 maks Arsenic, ppm 5 maks Chlorinated compound, ppm 1,5 maks Sumber : PT. Flora Sawita Chemindo Sedangkan spesifikasi asam lemak dan tipe komposisi produk asam lemak yang diproduksi PT. Flora Sawita Chemindo seperti terlihat pada Tabel 4.4. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4. Spesifikasi Asam Lemak dan Tipe Komposisi yang Menyusun Produk Asam Lemak di PT. Flora Sawita Chemindo Sumber : PT. Flora Sawita Chemindo Universitas Sumatera Utara

3. Uraian Proses Produksi

Proses pengolahan asam lemak dan glycerine yang berlangsung di PT. Flora Sawita Chemindo terdiri dari beberapa tahapan proses. Proses pengolahan asam lemak dan glycerine pada setiap tahapan proses section dapat digambarkan dalam bentuk diagram blok seperti Gambar 4.2. Gambar 4.2. Diagram Alur Proses Produksi di PT. Flora Sawita Chemindo FAT DEGUMMING FAT SPLITTING HYDROGENATION PRETREATMENT ELECTROLYSIS FRACTINATION EVAPORATION DISTILATION FILLING SECTION GLYCERINE LAURIC ACID C12 MYSTIC ACID C14 PALMITIC ACID C16 STEARIC ACID C18 LIGHT ENDS C6,C8,C10 CPOPKO H3PO4 Sweet Water Crude Fatty Acid CaOH2 Na2CO3 HCL Carbon Active Sumber : PT. Flora Sawita Chemindo Universitas Sumatera Utara Tahapan proses produksi tersebut di atas dijelaskan dengan melihat urutan- urutan proses produksi : 1. Fat pretreatment fat degumming Bahan baku minyak sawit dimasukkan ke intermediate tank yang mempunyai coil pemanas dengan uap dan alat penunjuk ketinggian. Dari tangki ini minyak dialirkan melalui pemompaan ke penukar panas sehingga temperaturnya mencapai 90 o C-95 o C. Bersamaan dengan itu asam fosfat H 3 PO 4 dengan dosing pump dicampur ke minyak sawit dari penukar panas sebesar 0,1- 0,25, di mana pencampuran ini dilakukan di static mixing device dan kemudian dialirkan ke reaction vessel. Proses ini berlangsung selama 25-30 menit dengan temperatur tetap terjaga. Untuk memisahkan minyak sawit dari lendir dan kotoran lainnya, minyak reaction vessel dicampur dengan air melalui proses yang mempergunakan static mixing device dan selanjutnya dimasukkan kedalam centrifugal separator. Pada proses ini terjadi pemisahan minyak dan air yang berlendir, dimana minyak hasil degumming dialirkan tangki degummed oil. Sedangkan sisa hasil pemisahan minyak dialirkan ke tangki penampungan. Untuk mempertahankan temperatur minyak tetap 90 o C- 95 o C, minyak tersebut dialirkan ke tangki penampungan yang sebelumnya melewati intermediate tank. 2. Fat splitting plant proses pemisahan Minyak hasil pengolahan pretreated degumming oil akan diproses lebih lanjut dalam pabrik pemisah. Pemrosesan pertama-tama melalui unit degreassing tower untuk menuntuk mendapatkan temperatur + 80 o C secara Universitas Sumatera Utara kontiniu, di mana unit ini dihubungkan dengan pompa vakum. Dari proses degreassing, minyak dipompa ke splitting tower. Unit ini dirancang secara khusus dengan kelengkapan sistem pendistribusian lemak dan air dengan temperatur dn tekanan tertentu. Air diperoleh melalui proses pemompaan kebagian atas tower dimana air tersebut sebelumnya dipanaskan melalui penukar panas yang disesuaikan dengan kebutuhan. Minyak dalam keadaan panas temperatur 80 o C bergerak naik dan menyatu dengan air yang berada disebelah atas tower pada saat bersamaan bergerak turun. Untuk menjaga temperatur di tower tetap konstan dipompakan uap yang berasal dari boiler. Asam lemak yang terpisah dialirkan melalui sisi atas tower ke fatty acid expanssion vessel yang berbentuk silinder, asam lemak yang masih berbentuk uap dan mengembun selanjutnya dilakukan pendinginan pada vapour condenser unit. Hasil penyulingan diperoleh crude fatty acid asam lemak kasar yang selanjutnya dipompakan ke tangki penyimpanan untuk diproses lebih lanjut. Selama pemrosesan pemisahan di tower, terjadi pembentukan glycerine water glycerine yang masih mengandung air dan mengendap pada dasar tower. Hasil pengendapan di transfer ke glycerine water expansion vessel yang selanjutnya pada unit ini masih dilakukan penguapan. Uap hasil pembekuan bergabung kembali dengan uap yang berasal dari crude fatty acid asam lemak kasar Pada unit vapour condensor. Sisa kondensat dari tabung dialirkan ke waste water treatment. Hasil pencampuran glycerine dan air yang berada di glycerine water expansion vessel yang dikenal dengan air Universitas Sumatera Utara manis sweet water mengandung sekitar 12-14 glycerine dan selanjutnya dipompakan ke tangki penyimpanan dan pengolah glycerine lebih lanjut. 3. Fatty acid hydrogenation Asam lemak dipompakan melalui coil pemanas dari feed vessel ke hydrogenation autoclave. Metode ini merupakan bagian dari metode pemanasan kembali. Hydrogenation autoclave adalah pengosongan dengan mempergunakan vakum unit dan dengan demikian asam lemak dalam bentuk kering. Setelah autoclave terisi fresh catalyst dengan perhitungan akan berfungsi sebagai penambah tekanan vakum dan kandungannya dalam keadaan panas dengan temperatur 130 o C-140 o C. Bilamana terjadi penambahan hidrogen maka akan terjadi reaksi dengan segera. Kandungan yang berasal dari autoclave akan menjadi dingin bila dialirkan kedalam vessel for din filtrate, setelah reaksi selesai pendinginan akan hilang. 4. Fatty acid fractination Asam lemak kasar yang masuk ke proses ini pertama-tama berbentuk gas dan dalam keadaan kering di dalam degreassing vessel. Pada saat bersamaan asam lemak dipompakan secara paralel melelui penukar panas preheater, di mana asam lemak tersebut mengalir dalam kondisi pemanasan awal. Kemudian proses itu dipanaskan kembali kedalam penukar panas sesuai denan temperatur yang dikehendaki dan selanjutnya masuk kedalam proses pemilahan pemisahan di unit stripper. Air terpisah dan asam lemak yang berantai sangat pendek telah berproses beku terkondensasi di dalam condensor column dengan proses pendinginan memakai cooling tower yang disirkulasi. Universitas Sumatera Utara Kandungan lainnya light end dipompakan lewat dosing pump ke tangki penyimpanan. Sedangkan produk pada lapisan dasar yang berasal dari proses stripping diatas, pompa ke kolom fraksinsi pertama proses pemisahan 1. Dalam kolom ini seluruh asam lemak dengan titik didih rendah C16 terpisahterurai dengan mempergunakan proses fraksinasi dan sistem pemindahan uap distilasi removed dari kolom sebelah atas. Uap yang telah dalam keadaan bersih sebagaimana normalnya. Kondensasi akhir dari uap asam lemak ditempatkan pada unit condenser gas cooler for column. Produk dasar dari kolom fraksinasi pertama dilanjutkan ke proses fraksinasi kedua second fracnation column.Dalam kolom ini asam lemak difraksinasi dan selanjutnya akan berpindah ke proses penyulingan dari kolom bagian atas. Padatan hasil penyulingan dipompa melalui penukar panas berfungsi sebagai pemindah panas dan selanjutnya melewati pendinginan akhir fatty acid cooler untuk menurunkan temperatur sebelum masuk kedalam penyimpanan. Produk yang berada didasar kolom fraksinasi tingkat kedua berkumpul di residue receiver, dari hasil yang diperoleh ada salah satunya disirkulasi dengan pompa melalui residue cooler atau ditransfer ke tagki penyimpanan. Pembekuan hasil proses distilasi dari kolom fraksinasi dari kolom fraksinasi tingkat kedua dipompa melalui penukar panas, di mana uap panas yang ada akan meninggikan temperatur pada unit kolom fraksinasi tingkat ketiga. Dalam kolom ini, seluruhnya asam lemak dengan titik didih C14 terpisah dengan menggunakan proses fraksinasi dan pemindahan atas penyulingan dari bagian atas kolom. Produk dasar hasil dari kolom fraksinasi tingkat ketiga Universitas Sumatera Utara akan berkumpul di fatty acid receiver, dari sini salah satunya di sirkulasi dengan menggunakan pompa melalui cooler atau di transfer ke tangki penyimpanan. Vakum yang diperlukan sekitar 3-5 mbar dihasilkan oleh steam jet vacum system terdiri dari semburan uap dan kondensasi permukaan. Air terkumpul di hot well bak penampungan dan selanjutnya dipompakan ke cooling tower. 5. Glycerine pretreatment Glycerine sweet water yang dalam keadaan panas akibat penyetiman di penukar panas dan diendapkan dalam pretreatment vessel I. Uap panas yang berasal dari penukar panas diatas senantiasa menjaga aliran sirkulasi yang dipompa pada temperatur yang konstan. Untuk menetralisir pH dipersiapkan chemical tank yang kan mensuplai kalsium karbonat kedalam pretreatment vessel I. Pada proses ini selain digunakan bahan kimia dalam sistem pengadukkannya digunakan udara yang berasal dari kompresor dan selanjutnya hasil adukan disaring dan dipress dengan menggunakan filter press. Proses seperti ini senantiasa dilakukan untuk beberapa kali proses. Bekas kandungan hidroksil akan dinetralisir oleh HCL dalam pretreatment vessel II. Hasil netralisir dan pencucian sweet water akan disimpan di dalam buffer tank dan selanjutnya dipompakan kembali ke proses evaporasi yang merupakan proses selanjutnya. Universitas Sumatera Utara 6. Stage glycerine water evaporation Glycerine water yang berasal dari pretreatment sweet water dengan temperatur rata-rata 70 o C-80 o C dipompakan ke unit preheater bertipe penukar panas. Dari sini preheater glycerine water dialirkan ke boiler tingkat I. Dalam mesin pemisah evaporation chamber uap yang terpisah dari cairan. Salah satu kandungan uap tersebut akan terhisap oleh vapour compressor dari salah satu bagian lainnya masuk ke dalam preheater selanjutnya ke boiler. Aliran liquid dari separator mesin pemisah mengalir ke dasar boiler ke tingkat II reboiler 2nd stage. Uap dari kamar evaporasi tingkat II dipanaskan kembali di evaporasi tingkat III yang dilengkapi dengan penukar panas. Pada posisi ini glycerine water berada dalam konsentrasi diatas 88 - 90 di bawah kondisi vakum dan melalui pompa crude glycerine konsentrasi itu dimasukkan dalam tangki. Kondensat yang merupakan hasil pengembunan glycerine water di atas selama proses evaporasi tingkat ketiga dipompakan ke tangki pengumpulan kondensat. Uap yang berasal dari tingkat III ini dalam keadaan mengembun disebabkan adanya pendinginan dari cooling tower yang berada di dalam barometric condensator. 7. Glycerine distillation Glycerine kasar berasal dari hasil proses evaporation glycerine water dipompakan ke tangki penampungan dan dari sini dipompakan kembali ke kolom pengeringan dryer. Di dalam kolom pengeringan, air akan didaur ulang serta dilakukan penyetiman kembali secara langsung terhadap bagian produk yang belum sempurna diproses. Glycerine kasar tersirkulasi dengan Universitas Sumatera Utara dukungan pompa sirkulasi melalui penukar panas circulation heater melalui mesin pengeringan. Glycerine kasar yang tidak bebas air dimasukkan ke sirkuit destilasi. Proses ini akan berhenti apabila setelah melewati kondensor. Proses kondensasi menghasilkan tingkat temperatur dalam proses kondensasi terhadap suhu air yang dibutuhkan. Suhu tersebut akan tetap terjaga dibantu oleh pompa sirkuit, sirkulasi heater, cooler untuk cooking agent dan kondensor. Sirkuit ini senantiasa memanaskan kembali sirkuit untuk kolom pengeringan. Penyetelan besarnya suhu didalam sirkuit secara regular dilakukan oleh cooler. Kasus tertentu tidak seluruhnya uap glycerine dalam keadaan membeku sehingga dipergunakan kondenser akhir final cooler yang akan menjaring uap glycerine yang belum membeku. Pada kondensor yang sama, sering uap glycerine dari sisa destilasi deodorizer akan terkondensasi kembali melalui proses pengeringan. Sisa produk dari proses destilasi memiliki kandungan selain glycerine terdapat polmerized glycerines. Untuk menghasilkan kualitas glycerine secara khusus dapat dipergunakan dengan wiped film evaporator. Dengan evaporator ini memberikan andil tingkat penguapan yang tinggi dan menghasilkan material kental dalam bentuk yang tipis. Residu dari hasil proses diatas dikumpulkan di dalam vacuum sluice dan dari sini kembali dapat didaur ulang. Sejak residu di destilasi secara kontinu dapat didestilasi kemudian dengan mempergunakan distiler. Glycerine yang telah bersih berasal dari kondensor untuk kemudian dideodorasi di dalam unit deodorizer dengan mempergunakan injection steam secara berulang diharapkan bau yang terkandung dalam glycerine dapat hilang. Bagian terakhir Universitas Sumatera Utara dari proses produksi adalah menghilangkan unsur warna kuning dengan mempergunakan bleacher system. Bahan penolong yang dipergunakan adalah karbon aktif digerakkan dan disaring lewat filter. Cairan yang masih kotor dapat didaur ulang melalui bleacher dari intermediate tank. Produk air disimpan dalam keadaan vakum pada tangki pengumpul untuk produk akhir dan dari sini dipompakan ke stasiun pengisian akhir untuk dipasarkan. 8. Pengisian akhir dari glycerine Hasil distilasi pada proses akhir dari glycerine water dikumpulkan di dalam intermediate tank selama 24 jam. Selama beberapa waktu tersebut, glycerine dapat diisi ke dalam drum-drum penyimpanan. Aliran glycerine yang menuju ke tangki pengemasan dihubungkan dengan sistem vakum dan sistem ini dilengkapi dengan level indikator dan gelas skala meter. Drum yang berada di bawah dosing tank akan terisi bila outlet keran dibuka. Skala meter memungkinkan untuk mengisi secara pasti jumlah yang diinginkan ke dalam drum. Aliran proses produksi pembuatan minyak goreng dari kelapa sawit berlangsung secara by process artinya satu proses hanya dilanjutkan dengan proses selanjutnya. Dengan demikian setiap proses direncanakan dilakukan secara berurutan tahap demi tahap sehingga aliran proses membentuk satu garis produk. Untuk lebih jelasnya tahapan-tahapan proses tersebut dapat dilihat dari tahapan berikutnya. Universitas Sumatera Utara

4.1.5. Mesin dan Peralatan