Fungsi Kepemimpinan Gaya Kepemimpinan

Selain dapat memberikan pengarahan kepada para bawahan atau pengikut, pemimpin dapat juga mempergunakan pengaruh. Dengan kata lain, para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sedangkan menurut Terry 2000:89, bahwa kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang yang akan diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi.

2.1.2. Fungsi Kepemimpinan

Menurut Sukamdiyo l997:120 Pemimpin harus mempertimbangkan semua efektivitas dari pelaksanaan fungsi utama, yaitu : 1. Fungsi yang berhubungan dengan tugas rask-related atau pemecahan masalah. Fungsi ini menyangkut pemberian saran penyelesaian, informasi dan pendapat. 2. Fungsi yang berhubungan dengan pemeliharaan kelompok group- maintenance atau sosial. Fungsi ini mencakup segala sesuatu yang dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar, persetujuan dengan kelompok lain penengahan perbedaan pendapat, dan sebagainya.

2.1.3. Gaya Kepemimpinan

Telah terjadi perdebatan dalam waktu cukup lama untuk mencari jawaban apakah ada gaya kepemimpinan normatif atau ideal. Perdebatan ini biasanya terpusat pada gagasan bahwa gaya ideal itu ada : yaitu gaya yang secara aktif Universitas Sumatera Utara melibatkan bawahan dalam penetapan tujuan dengan menggunakan teknik-teknik manajemen partisipasif dan memusatkan perhatian baik terhadap karyawan dan tugas. Menurut Handoko 1997:299, gaya kepemimpinan dalam hubungannya dengan bawahan, yaitu : a. Gaya yang berorientasi kepada tugas rast oriented, disini manajer harus lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan dan memberikan arahan serta mengawasi bawahan secara tertutup agar pelaksanaan tugas tersebut sesuai dengan keinginannya. b. Gaya yang berorientasi kepada karyawan dimana manajer memotivasi para karyawannya agar bekerja. Gaya kepemimpinan yang dikenal sebagai perilaku oriented. Sewaktu nampak bahwa pemimpin yang efektif tidak mempunyai sifat yang berbeda dengan mereka yang tidak efektif. Pemimpin yang mempunyai pertimbangan rendah dalam dan struktur pemrakrasaan tinggi menimbulkan banyak keluhan serta tingkat perputaran karyawan tinggi. Penilaian bawahan terhadap efektifitas pemimpin tidak tergantung pada gaya tertentu dari pemimpin, tetapi pada situasi pada saat gaya itu digunakan. Gaya kepemimpinan sering juga disebut dengan perilaku kepemimpinan yang dikemukana para peneliti mungkin berlainan. Gaya kepemimpinan dapat di defenisikan sebagai pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegraskan tujuan tertentu, setiap pemimpin mempunyai Universitas Sumatera Utara gaya kepemimpinan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain dan belum tentu suatu gaya kepemimpinan lebih baik atau buruk dengan yang lain. Menurut Heidjrachman dan Suad Husnan 1996:4 membagi gaya kepemimpinan menjadi 3 yaitu: 1. Perilaku Konsulatif Pemimpin menganggap bahwa semua kewajiban untuk mengambil keputusan, untuk menjalankan tindakan dan untuk mengarahkan, memberi motifasi dan mengawasi bawahannya terpusat ditangannya, seorang pemimpin yang otokratik mungkin memutuskan dan mempunyai posisi yang kuat untuk mengarahkan diri mereka sendiri atau ia mungkin mempunyai alasan-alasan lain untuk beranggapan mempunyai posisi yang kuta untuk mengarahkan dan mengawasi. 2. Perilaku partisipatif Apabila seorang pemimpin mengunakan gaya partisipatif ia menjalankan kepemimpinannya dengan konsultasi. Ia tidak mendelegasikan wewenangnya untuk membuat keputusan akhir dan untuk pengarahan tertentu kepada bawahannya, tetapi mencaru berbagai pendapat dan pemikiran dari para bawahan mengenai keputusan yang akan dia ambil. Ia akan serius mendengarkan dan menilai pikiran-pikiran para bawahannya dan menerima seumbangan pikiran mereka sejauh pemikiran tersebut bisa di praktekkan. Pemimpin dengan gaya partisipatif akan mendorong kemapuan dalam mengambil keputusan dari bawahannya sehingga Universitas Sumatera Utara pikiran-pikiran mereka akan selalu meningkat dan makin matang. Para bawahan juga didorong agar meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dan menerima tanggung jawab yang lebih besar. Pemimpin akan menjadi lebih “supportive” dalam kontak dengan para bawahan dan bukan menjadi bersikap diktator. Meskipun, wewenang terakhir dalam pengambilan keputusan pada pemimpin. 3. Perilaku delegatif Dalam gaya kepemimpinan”free rein”. Pemimpin mendelegasikan wewenang untuk mengambil keputusan kepada para bawahan dengan agak lengkap. Pada prinsipnya pemimpin akan mengatakan iniah pekerjaan yang harus dilakukan. Saya tidak peduli bagaimana kalau mengerjakannya, asalkan pekerjaan tersebut bisa diselesaikan dengan baik. Disini pimpinan menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan tersebut kepada bawahan, dalam artian pimpinan menginginkan agar bawahan bisa mengendalikan diri mereka sendiri didalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Pimpinan tidak akan membuat peraturan-peraturan tentang pelaksanaan pekerjaan tersebut, dan hanya sedikit melakukan kontak dengan para bawahan. Dengan demikian para bawahan dituntut untuk memiliki kemampuankeahlian yang tinggi. Universitas Sumatera Utara

2.1.4. Motivasi Kerja