Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Anak Prasekolah di TK Kalam Kudus Medan Tahun 2015

(1)

(2)

DAFTAR PUSTAKA

Afita, N., 2015. Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Anak Usia 48-60 Bulan di TK Al- Aqsha Desa Bangun Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto. Available from:

http://repository.poltekkesmajapahit.ac.id/index.php/PUB-KEB/article/view/607. [Accessed 29 November 2015]

Alboneh, F.A., 2013. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare pada Balita Usia 2-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar. Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Available from: http://eprints.ums.ac.id/22650/14/fahmi-_naskah_publikasi.pdf. [Accessed 1 December 2015]

Alderman, H. & Shekar, M., 2011. ’Nutrition, Food Security, and Health’. Dalam : Behrman, R.E.; Kliegman, R.M.; Stanton, B.F.; Schor, N.F. & Geme, J.W.S. (eds.). Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke–19. Philadelphia: Saunders. Almatsier, S., 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Amarullah, M.I. & Krisdianto, R.D., 2013. Gambaran Hasil Pelaksanaan KPSP, TDL, TDD Anak Usia 4 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pekajangan, Pekalongan. Available from: http://www.e-skripsi.stikesmuh-pkj.ac.id/e-skripsi/index.php?p=fstream-pdf&fid=524&bid=580. [Accessed 17 April 2015]

Arifah, N.; Rahmawati, I. & Dewi, E.I., 2013. ‘Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Balita (Asuh, Asah dan Asih) dengan Perkembangan Balita yang Berstatus BGM (Bawah Garis Merah) di Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember’.Jurnal IKESMA, vol. 9, no. 2, h. 1 –10.

Ariani & Yosoprawoto, M., 2012. ‘Usia Anak dan Pendidikan Ibu sebagai Faktor Resiko Gangguan Perkembangan Anak’. Jurnal Kedokteran Brawijaya, vol. 27, no. 2, h. 118–121.

Batubara, J.R.L., 2005. ‘Practices of Growth Assessment in Children: Is Anthropometric Measurement Important?’. Paediatrica Indonesiana, vol. 45, no. 7 - 8, h. 145–153.

Berk, L.E., 2008. Physical Development in Early Childhood. Illinois State

University, United States. Available from:

http://www.ablongman.com/html/productinfo/berkic6e/0205511384_ch8.pdf. [Accessed 20 April 2015]


(3)

Black, M.M. & Dewey, K.G., 2014. Promoting Equity through Integrated Early Child Development and Nutrition Interventions. New York Academy of

Sciences, New York. Available from:

http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/nyas.12351/pdf. [Accessed 22 April 2015]

Bunaen, M.R.H.; Wahongan, G. & Onibala, F., 2013. ‘Hubungan Sosial Ekonomi Keluarga dengan Status Gizi pada Anak Usia Pra Sekolah 3-5 Tahun di Taman Kanak-Kanak GMIM Baithani Koha’. Ejournal keperawaatan (e-Kp), vol. 1, no. 1, h. 1–6.

Burrows, T.L.; Martin, R.J. & Collins C.E., 2010. ‘A Systemic Review of the Validity of Dietary Assessment Methods in Children when Compared with the Method of Doubly Labeled Water’. American Dietetic Association, vol. 110, no. 10, h. 1501 - 1510.

Central for Disease Control and Prevention, 2015. Child Development : Positive Parenting Tips. Available from: http://www.cdc.gov/ncbddd/childdevelopment/positiveparenting/. [Accessed 5 May 2015]

Das, S. & Sahoo, H., 2011. ‘An Investigation into Factors Affecting Child Undernutrition in Madhya Pradesh’.Kamla-Raj, vol. 13, no. 3, h. 227 - 233. Dhamayanti, M., 2006. ‘Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak’.

Sari Pediatri, vol. 8, no. 1, h. 9 - 15.

Dewi, A. & Arini, S.W.A., 2011. Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun di Puskesmas Purwantoro 1 Wonogiri Tahun 2011.

Available from:

http://jurnal.akbid-mu.ac.id/index.php/jurnalmus/article/download/27/16. [Accessed 29 November 2015]

Dewi, R.S., 2011. Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Balita di Tahunan Kabupaten Jepara. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Available from: http://eprints.uns.ac.id/9476/1/220320811201105141.pdf. [Accessed 25 Maret 2015]

Feigelman, S., 2011. ’The Preschool Years’. Dalam: Behrman, R.E.; Kliegman, R.M.; Stanton, B.F.; Schor, N.F. & Geme, J.W.S. (eds.). Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke–19. Philadelphia: Saunders.

Fida & Maya, 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta: D-Medika. Gahagan, S., 2011.’Overweight and Obesity’. Dalam: Behrman, R.E.; Kliegman,

R.M.; Stanton, B.F.; Schor, N.F. & Geme, J.W.S. (eds.). Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke–19. Philadelphia: Saunders.


(4)

Gerber, R.J.; Wilks, T. & Lalena, C.E.,2010. ‘Developmental Milestones: Motor Development’.American Academy of Pediatrics, vol. 31, no. 7, h. 267–277. Gupta, N.; Goel, K.; Shah, P. & Misra, N., 2012. ’Childhood Obesity in

Developing Countries: Epidemiology, Determinants and Prevention’. The Endocrine Society, vol. 33, no. 1, h. 48 - 70.

Hapisah, 2015. ’Hubungan Riwayat ASI Eksklusif dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Usia Prasekolah (4-6 Tahun) di Taman Kanak-Kanak Wilayah Kecamatan Banjarbaru Utara Tahun 2014’.Caring, vol. 1, no. 2, h. 177 - 186.

Hapisah & Rusmilawaty, 2015. ‘Pengaruh Pengasuhan Ibu Terhadap Perkembangan Anak Prasekolah di Kecamatan Banjarmasin Barat Kota Banjarmasin Tahun 2012’.Caring, vol. 2, no. 1, h. 88–100.

Hayu, R.; Amalia, R. & Kurniati, E., 2013. Gambaran Perkembangan Balita Gizi Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang. Kebidanan

STIKES Pemkab, Jombang. Available from:

http://stikespemkabjombang.ac.id/ejurnal/index.php/Juli-2013/article/download/30/48. [Accessed 29 November 2015]

Henningham, H.B. & Boo, F.L., 2010. Early Childhood Stimulation Interventions in Developing Countries: A Comprehensive Literature Review. Banco Interamericano de Desarrollo, New York. Available from:

http://idbdocs.iadb.org/wsdocs/getdocument.aspx?docnum=35349131. [Accessed 10 November 2015]

Junaidi, 2013. ’Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak Usia Prasekolah di Taman Kanak-Kanak Nurul Huda Kecamatan Indra Jaya Kabupaten Pidie Tahun 2012’. Sains Riset, vol. 3, no.1, h. 1 - 11.

Kasenda, M.G.; Sarimin, S. & Obnibala, F., 2015. ‘Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Motorik Halus pada Anak Usia Prasekolah di TK GMIM Solafide Kelurahan Uner Kecamatan Kawangkoan Induk Kabupaten Minahasa’.Ejournal keperawatan (e-Kp), vol. 3, no. 1, h. 1–8.

Kementerian Republik Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Available from: www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Riskesdas2013.P DF. [Accessed 10 April 2015]

Kementerian Kesehatan, 2014. Status Gizi Balita Berdasarkan Tinggi dan Berat Badan. Available from: http://data.go.id/dataset/status-gizi-balita- berdasarkan-tinggi-dan-berat-badan/resource/14839842-501e-41ee-b485-f4a7b6031a06. [Accessed 9 May 2015].


(5)

Khasanah, N.A., 2014. ‘Hubungan Sikap Ibu Tentang Kesulitan Makan dengan Status Gizi Anak Usia Pra Sekolah (3-6 Tahun) di Desa Wonosari Ngoro Mojokerto’.Hospital Majapahit, vol. 6, no. 1, h. 40–59.

Kleinman, R.E. & Greer, F.R., 2014. Pediatric Nutrition. Edisi ke –7. American

Acamedy of Pediatrics. Available from:

http://reader.aappublications.org/pediatric-nutrition-7th-edition-sponsored-member-benefit/2. [Accessed 24 April 2015]

Kusbiantoro, D., 2015. ‘Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah di Taman Kanak-Kanak ABA 1 Lamongan’.Surya, vol. 7, no. 1, h. 1–8. Laura, 2009. Development Milestones 2 4 years. American Academy of

Pediatrics. Available from:

http://www.healthyfuturesva.com/resources/pdf/milestones.pdf. [Accessed 20 April 2015]

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 tentang Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan, dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak.

Available from:

http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_permenkes/PMK%20No.%2066%20 ttg%20Pemantauan%20Tumbuh%20Kembang%20Anak.pdf. [Accessed 8 April 2015]

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia. Available from:

http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_permenkes/PMK%20No.%2075%20 ttg%20Angka%20Kecukupan%20Gizi%20Bangsa%20Indonesia.pdf.

[Accessed 6 May 2015]

Moonik, P.; Lestari, H. & Wilar, R., 2015. ’Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan Perkembangan Anak Taman Kanak-Kanak’. Jurnal e-Clinic (eCl), vol. 3, no. 1, h. 124–132.

Prado, E. & Dewey, K., 2012. Nutrition and Brain Development in Early Life. Alive & Thrive, Washington, DC. Available from: http://aliveandthrive.org/wp-content/uploads/2014/11/Technical-Brief-4-Nutrition-and-brain-development-in-early-life-English.pdf. [Accessed 22 April 2015]

Rahmadini, N.; Sudiarti, T. & Utari, D.M., 2013. ’Status Gizi Balita Berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure’. Jurnal Kesehatan Masyarakat, vol. 7, no. 12, h. 538-544.


(6)

Rini, R.S. & Nikmah, N., 2013. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun di TK PGRI Kangenan Desa Langkap Kecamatan Burneh Kabupaten Bangkalan. STIKES Insan, Surabaya. Available from: http://www.stikes-insan-seagung.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/No.3-Publikasi-Jurnal-Web-Nurun.pdf. [Accessed 29 November 2015]

Rolfes, S.D.; Pinna, K. & Whitney, E., 2012. Understanding Normal and Clinical Nutrition. Edisi ke–7. USA: Wadsworth.

Sain, S.N.H.; Ismanto, A.Y. & Babakal, A., 2013. ‘Pengaruh Alat Permainan Edukatif Terhadap Aspek Perkembangan Pada Anak Pra Sekolah di Wilayah Puskesmas Ondong Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro’. Jurnal e-NERS (eNS), vol. 1, no. 1, h. 16–20.

Sastroasmoro, S. & Ismael, S., 2011. Dasar–dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke–4. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Simangunsong, S.W.; Machfudz, S. & Sitaresmi, M.N., 2012.’Accuracy of the Indonesian Child Development Pre-screening Questionnaire’. Paediatrica Indonesiana, vol. 52, no. 1, h. 1–9.

Sjarif, D.R.; Nasar, S.S.; Devaera, Y. & Tanjung, C.F., 2011. Asuhan Nutrisi Pediatrik (Pediatric Nutrition Care). Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. Soetjiningsih, 2008. ‘Perkembangan Anak dan Permasalahannya’. Dalam:

Moersintowati, B.; Narendra; Sularyo, T.S.; Soetjiningsih; Suyitno, H. & Ranuh, I.N.G. (eds.). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Edisi ke – 1. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Soetjiningsih & Suandi IKG, 2008. ‘Gizi untuk Tumbuh Kembang Anak’. Dalam: Moersintowati, B.; Narendra; Sularyo, T.S.; Soetjiningsih; Suyitno, H. & Ranuh, I.N.G. (eds.). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Edisi ke – 1. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Suganda T., 2008. ‘Kebutuhan Dasar Tumbuh Kembang Anak’. Dalam: Moersintowati, B.; Narendra; Sularyo, T.S.; Soetjiningsih; Suyitno, H. & Ranuh, I.N.G. (eds.). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Edisi ke – 1. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Suganda T., 2008. ‘Konsep Umum Tumbuh dan Kembang’. Dalam: Moersintowati, B.; Narendra; Sularyo, T.S.; Soetjiningsih; Suyitno, H. & Ranuh, I.N.G. (eds.). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Edisi ke – 1. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Sultan, S., 2014. ‘Health, Nutrition and Care as Key Components for Early Childhood Development’. International Journal of Social Science, vol. 3, no.


(7)

Supriyantoro; Primadi, O.; Sitohang, V.; Budijanto, D.; Hardhana, B.; Soenardi, T.A. ; et al., 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Turnip, O.S.; Aritonang, E.Y. & Siregar, M.A., 2014. Hubungan Pendapatan, Penyakit Infeksi dan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Gizi Kurang pada Balita di Wilayah Puskesmas Glugur Darat Tahun 2014. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan. Available from:

http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/download.php?id=1125. [Accessed 29 November 2015]

United Nations Children's Fund (UNICEF) & World Health Organization (WHO), 2012. Integrating Early Childhood Development (ECD) activities into Nutrition Programmes in Emergencies. Why, What and How. Available from: http://www.who.int/mental_health/emergencies/ecd_note.pdf. [Accessed 10 November 2015]

United Nations Children’s Fund (UNICEF) ; World Health Organization & The World Bank, 2014. UNICEF WHO –World Bank Joint Child Malnutrition Estimates. Available from: http://www.data.unicef.org/corecode/uploads/document6/uploaded_pdfs/corec ode/LevelsandTrendsMalNutrition_Summary_2014_132.pdf. [Accessed 9 May 2015]

World Health Organization (WHO), 2006. Child Growth Standards: Methods and Development. Available form: www.who.int/childgrowth/standards/en/. [ Accessed 24 April 2015]

World Health Organization (WHO), 2010. Global Strategy on Diet, Physical Activity and Health. Available from:

http://www.who.int/dietphysicalactivity/childhood/en/index.html. [Accessed 10 November 2015]


(8)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Status Gizi

Definisi : Status gizi adalah keadaan tubuh yang menggambarkan keseimbangan nutrisi dalam tubuh. Status gizi terdiri atas gizi buruk, kurang, normal, dan lebih. Status gizi dinilai dengan menggunakan perbandingan berat badan/tinggi badan (BB/TB). Nilai yang didapatkan diplotkan dengan grafik standar pertumbuhan BB/TB World Health Organization (WHO) 2006.

Cara pengukuran : mengukur berat badan dan tinggi badan a) Berat badan

• Anak sebaiknya memakai baju sehari – hari yang tipis, tidak memakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang atau mengantongi sesuatu.

• Timbangan harus diletakkan di alas yang keras dan datar serta pastikan jarum atau angka menunjuk angka 0 saat digunakan.

• Anak berdiri tenang di tengah timbangan dan kepala menghadap lurus ke depan tanpa dipegangi.

Status Gizi Perkembangan Anak


(9)

• Membaca angka timbangan. Bila anak terus bergerak, perhatikan jarum, baca angka di tengah – tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.

b) Tinggi badan

• Anak melepaskan alas kaki (sandal atau sepatu).

• Anak berdiri tegak menghadap ke depan dan pastikan punggung, pantat dan tumit menempel pada dinding.

• Turunkan batas atas pengukur sampai menempel pada ubun–ubun. • Membaca angka pada batas tersebut.

Alat pengukuran :

a) Berat badan : Timbangan badan digital merek Camry dengan ketelitian 0,1 kg

b) Tinggi badan : Microtoise merek GEA dengan ketelitian 0,1 cm c) Status gizi : Grafik standar pertumbuhan BB/TB WHO 2006

berdasarkan jenis kelamin dan usia Hasil pengukuran :

Tabel 3.1. Hasil Pengukuran Status Gizi Anak menurut kriteria WHO 2006

Status Gizi BB/TB WHO 2006

Gizi Lebih >+2 SD

Normal +2 SD hingga -2 SD

Gizi kurang <-2 SD

Skala pengukuran : Ordinal 3.2.2. Perkembangan Anak

Definisi : Perkembangan anak adalah proses pematangan fungsi organ di dalam tubuh yang mendukung anak mempelajari kemampuan– kemampuan baru. Perkembangan biasanya sejalan dengan pertumbuhan.

Cara pengukuran : Pengamatan dan Wawancara


(10)

Hasil pengukuran :

a) Jumlah jawaban ‘Ya’ = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya (S).

b) Jumlah jawaban ‘Ya’ = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M). c) Jumlah jawaban ‘Ya’ = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan

(P).

Skala pengukuran : Ordinal 3.3. Hipotesa

Terdapat hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak prasekolah yang dinilai dengan KPSP.


(11)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian analitik dengan rancangan cross sectional yang menilai hubungan status gizi dengan perkembangan anak yang dinilai dengan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Dalam studi cross sectional, variabel independen atau faktor resiko dan tergantung (efek) dinilai secara simultan pada satu saat, jadi tidak ada follow-up pada studi cross sectional (Sastroasmoro & Ismael, 2011).

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Taman Kanak – Kanak (TK) Kalam Kudus Medan pada bulan September 2015.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

4.3.1.1.Populasi Target

Semua anak prasekolah yang berusia di antara 3 - 5 tahun. 4.3.1.2.Populasi Terjangkau

Semua anak prasekolah yang berusia di antara 3 - 5 tahun yang bersekolah di TK Kalam Kudus Medan pada bulan September 2015.

4.3.2. Sampel

Semua anak prasekolah yang berusia di antara 3 - 5 tahun yang bersekolah di TK Kalam Kudus Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk dalam kriteria eksklusi.

4.3.2.1.Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling. Pada consecutive sampling, semua subjek yang datang secara berurutan dan


(12)

memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro & Ismael, 2011).

4.3.2.2.Estimasi Besar Sampel

Perkiraan besar sampel berdasarkan rumus tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi

P = proporsi dari keadaan yang akan dicari (dari pustaka) Q = 1–P

Zα = nilai Z pada tingkat kemaknaan (ditetapkan)

d = tingkat ketepatan absolute yang dikehendaki (ditetapkan) Sumber : Sastroasmoro & Ismael, 2011

Dari penelitian sebelumnya diambil proporsi dari keadaan yang akan dicari sebesar 0,183. Tingkat kemaknaan yang digunakan adalah 95% = 1,96 dan tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki adalah 10% = 0,1.

Maka besar sampel anak prasekolah yang diuji adalah n = (1,96)2(0,183)(1-0,183)

(0,1)2 = 57,44

Dengan menggunakan rumus diatas maka didapat jumlah sampel minimal 58 orang.

4.3.2.3. Kriteria Pemilihan 4.3.2.3.1. Kriteria Inklusi

1. Bersedia menjadi responden 2. Anak berusia 3–5 tahun

n = Zα2P Q d2


(13)

4.3.2.3.2. Kriteria Eksklusi

1. Anak dengan kelainan kongenital 2. Anak dengan cacat fisik maupun mental 3. Anak yang sedang menderita sakit 4.4. Metode Pengumpulan Data

4.4.1. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini merupakan data primer, semua data yang diperlukan diperoleh dari pengukuran berat badan dan tinggi badan sampel secara langsung serta kuesioner. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner untuk observasi yang berisi check list pertanyaan – pertanyaan mengenai perkembangan anak. Berat badan dan tinggi badan diukur untuk menentukan status gizi anak.

4.4.2. Alat Pengumpulan Data

4.4.2.1.Standar Pertumbuhan World Health Organization(WHO) untuk Menilai Status Gizi Anak

Standar pertumbuhan yang digunakan adalah grafik z-score standar pertumbuhan Berat Badan/Tinggi Badan WHO 2006. Status gizi anak diklasifikasikan menurut nilai z score hasil pembagian berat badan dengan tinggi badan anak.

4.4.2.2.Kuesioner Perkembangan Anak

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP). Kuesioner terdiri dari 9 – 10 pertanyaan yang disesuaikan dengan umur anak. Perkembangan anak yang dinilai terdiri atas gerak kasar, gerak halus, bicara, dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian. Ibu subjek diwawancarai dan subjek diminta untuk melakukan sesuai instruksi pengamat. Jika anak dapat melakukannya dan jawaban ibu “iya”maka di check listdi kolom “ya” sedangkan jika anak tidak mampu melakukan dan jawaban ibu “tidak”maka di check listdi kolom “tidak”.


(14)

4.5. Pengolahan dan Analisa Data 4.5.1. Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan dari pengukuran berat badan, tinggi badan, dan kuesioner, dilakukan pengolahan data dengan komputer. Proses pengolahan data melalui tahap–tahap berikut:

a) Editing dilakukan untuk pengecekan identitas subjek, hasil pengukuran subjek dan kelengkapan jawaban kuesioner.

b) Coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

c) Data entry yaitu data dalam bentuk kode dimasukkan ke dalam program Statistical Product and Service Solutions (SPSS).

d) Cleaning dilakukan setelah semua data dimasukkan untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode atau ketidaklengkapan, kemudian dilakukan koreksi.

Kemudian data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. 4.5.2. Analisa Data

a) Analisis univariate (analisa deskriptif)

Menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis ini menyajikan distribusi frekuensi dan persentasi dari setiap variabel.

b) Analisis bevariate

Analisis ini dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Analisis proporsi atau persentase dengan membandingkan distribusi silang antara dua variabel yang bersangkutan. Analisis dari hasil uji statistik dengan menggunakanfisher’s exact test.


(15)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian diperoleh dari pengukuran langsung tinggi badan, berat badan anak, pengisian pertanyaan pada kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP) oleh wali subjek penelitian dan observasi langsung peneliti terhadap subjek penelitian. Penelitian ini dilakukan di TK Kalam Kudus Medan Angkatan 2015/2016 pada tanggal 12 September hingga 19 September 2015. Setelah semua data diperoleh dan dikumpulkan, dilakukan analisis data untuk menilai hubungan antara status gizi dan perkembangan anak prasekolah.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi untuk penelitian ini adalah TK Kalam Kudus Medan yang berada di Jalan Mayang No. 10 A Medan. Gedung sekolah ini merupakan gabungan gedung tingkat Playgroup (PG), Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD). Lantai pertama, terdapat ruang administrasi, koperasi, kelas PG, sedangkan pada lantai kedua, terdapat 3 kelas TK A, 3 kelas TK B dan beberapa kelas SD. Penelitian ini dilakukan di ruang bermain yang berada di lantai 1.

Siswa-Siswi PG dan TK Kalam Kudus Medan berjumlah 163 orang yang dibagi menjadi tiga tingkatan kelas yatu PG, TK A dan TK B. Siswa kelas PG berjumlah 28 orang, kelas TK A berjumlah 63 orang yang dibagi menjadi 3 kelas masing-masing 21 orang dan kelas TK B dengan jumlah 72 orang yang dibagi menjadi 3 kelas masing-masing 24 orang. Jumlah siswa yang memenuhi kriteria inklusi dan dijadikan subjek penelitian berjumlah 58 orang.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengukur berat badan, tinggi badan, menilai jawaban wali subjek penelitian pada KPSP dan hasil observasi langsung peneliti.


(16)

Tabel 5.1. Tabel Distribusi Sosiodemografi Subjek Penelitian

Karakteristik Frekuensi Persentasi (%)

Jenis Kelamin

Perempuan 28 48,3

Laki–Laki 30 51,7

Umur

36 Bulan 9 15,5

42 Bulan 10 17,2

48 Bulan 12 20,7

54 Bulan 12 20,7

60 Bulan 15 25,9

Jumlah Saudara

<=2 43 74,1

>2 15 25,9

Status Pendidikan Ibu

SMA 10 17,2

Perguruan Tinggi 48 82,8

Status Kerja Ibu

Tidak Bekerja 28 48,3

Bekerja 30 51,7

Status Pendidikan Ayah

SMA 5 8,6

Perguruan Tinggi 53 91,4

Pekerjaan Ayah

Wiraswasta 45 77,6

Pegawai Negeri 6 10,3

Pegawai Swasta 4 6,9


(17)

Pensiunan 2 3,4 Pendapatan Keluarga

1,5 juta–2,5 juta 3 5,2

>2,5 juta 55 94,8

Total 58 100

Pada tabel 5.1. ditunjukkan bahwa 28 orang (48,3%) subjek penelitian berjenis kelamin perempuan sedangkan 30 orang (51,7%) berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan umur, 9 orang (15,5%) subjek penelitian berusia 36 bulan, 10 orang (17,2%) berusia 42 bulan, 12 orang (20,7%) berusia 48 bulan, 12 orang (20,7%) berusia 54 bulan dan 15 orang (25,9%) berusia 60 bulan. Subjek penelitian dengan jumlah 43 orang (74,1%) memiliki jumlah saudara <=2 dan hanya 15 orang (25,9%) yang memiliki jumlah saudara >2.

Untuk status pendidikan Ibu, hanya 10 orang (17,2%) tamatan sekolah menengah atas (SMA) dan sisanya 48 orang (82,8%) adalah tamatan perguruan tinggi (PT). Dari 58 orang subjek penelitian terlihat penyebaran yang rata antara status kerja ibu yaitu 28 orang (48,3%) yang tidak bekerja dan 30 orang (51,7%) yang bekerja.

Status pendidikan ayah sebagian besar tamatan perguruan tinggi (91,4%) dan hanya sedikit yang tamatan SMA (8,6%). Mayoritas status pekerjaan ayah subjek penelitian dengan jumlah 42 orang (72,4%) adalah wiraswasta. Sisanya sebanyak 6 orang (10,3%) adalah pegawai negeri, 4 orang (6,9%) adalah pegawai swasta, 1 orang (1,7%) adalah rohaniawan, 2 orang (3,4%) tidak bekerja dan 3 orang (5,2%) tidak diketahui pekerjaannya. Dilihat dari pendapatan keluarga, semua subjek penelitian memiliki pendapatan keluarga diatas upah minimum regional (UMR) yaitu 3 orang (5,2%) dengan pendapatan 1,5 juta – 2,5 juta dan sisanya 55 orang (94,8%) dengan pendapatan >2,5 juta.

Pada tabel 5.2. ditunjukkan bahwa 35 orang (60,3%) subjek penelitian dengan status gizi normal, sedangkan sisanya sebanyak 15 orang (25,9%) subjek penelitian dengan status gizi lebih dan 8 orang (!3,8%) dengan status gizi kurang. Dilihat dari


(18)

perkembangannya, 38 orang (65,5%) subjek penelitian dengan perkembangan normal, 15 orang (25,9%) dengane perkembangan meragukan dan hanya 5 orang (8,6%) dengan perkembangan yang menyimpang.

Tabel 5.2. Tabel Distribusi Status Gizi dan Perkembangan Subjek Penelitian

Karakteristik Frekuensi Persentasi (%)

Status Gizi

Kurang 8 13,8

Normal 35 60,3

Lebih 15 25,9

Perkembangan

Normal 38 65,5

Meragukan 15 25,9

Penyimpangan 5 8,6

Total 58 100,0

5.1.3. Hasil Analisa Data

Setelah data terkumpul, data dimasukkan ke dalam SPSS dan diuji hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak prasekolah dengan uji statisticFisher’s Exact Test.

Tabel 5.3. Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Anak Prasekolah yang dinilai dengan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP).

Status Gizi

Perkembangan

Jumlah p

value Normal Meragukan Penyimpangan

N % N % N % N %

Kurang 1 1,7 5 8,6 2 3,4 8 13,8

0,004

Normal 24 41,4 9 15,5 2 3,4 35 60,3

Lebih 13 22,4 1 1,7 1 1,7 15 25,9


(19)

Untuk mengetahui hubungan antara hubungan status gizi dengan perkembangan anak prasekolah dibuat tabel kontigensi 3x3, tetapi ternyata ada 5 sel (55,6%) yang mempunyai nilai ekspektasi kurang dari 5 sehingga tidak memenuhi syarat dilakukan uji chi square. Oleh karena itu, dilakukan pengujian dengan menggunakan uji statistik fisher’s exact test .Dari pengujian tersebut, diperoleh hasil p value = 0,004 (<0,05) yang menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara status gizi dengan perkembangan anak prasekolah.

Pada tabel 5.3. ditunjukkan bahwa 24 orang (41,4%) subjek penelitian dengan status gizi normal dan perkembangan yang normal, diikuti dengan 9 orang (15,5%) dengan status gizi normal namun perkembangan meragukan dan 2 orang (3,4%) dengan status gizi normal namun perkembangan menyimpang.Untuk anak dengan gizi lebih, ditemukan 13 orang (22,4%) dengan perkembangan normal dan masing-masing satu orang (1,7 %) dengan perkembangan meragukan dan menyimpang. Berdasarkan hasil penelitian, anak dengan gizi kurang ditemukan hanya satu orang (8,6%) dengan perkembangan yang normal, sisanya sebanyak 5 orang (8,6%) dengan perkembangan meragukan dan 2 orang (3,4%) dengan perkembangan menyimpang. 5.2. Pembahasan

5.2.1. Status Gizi Anak Prasekolah

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas siswa-siswi TK Kalam Kudus memiliki status gizi yang normal (60,3%). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di TK Nurul Huda, Aceh yang menunjukkan 77,4% anak dengan status gizi yang normal (Junaidi, 2013). Penelitian sebelumnya di Puskesmas Glugur Darat Medan juga ditemukan 64,9% anak dengan gizi normal (Turnip, Aritonang & Siregar, 2014). Hasil yang sama diperoleh dari survei penilaian status gizi di Kota Depok yaitu 91,4% anak dengan status gizi normal (Rahmadini, Sudiarti & Utari, 2013). Penelitian yang dilakukan di Madhya Pradesh, salah satu negara terbelakang di India, juga ditemukan 64% anak dengan gizi normal (Das & Sahoo, 2011).


(20)

Pada hasil penelitian ini diperoleh jumlah subjek penelitian dengan gizi lebih sebanyak 25,9%. Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya di TK Kecamatan Banjarbaru Utara dimana ditemukan 25,6% anak dengan obesitas (Hapisah, 2015). Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan dari World Health Organization (WHO) bahwa kegemukan pada masa kanak-kanak (childhood obesity) menjadi salah satu masalah serius dalam bidang kesehatan masyarakat pada abad ke-21 (WHO, 2010) dan juga sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya bahwa prevalensi anak dengan gizi lebih di negara Asia sebesar 60% dan paling tinggi jika dibandingkan dengan negara lain (Gupta et al., 2012).

Dari data diperoleh ditunjukkan minoritas subjek penelitian dengan gizi kurang (13,8 %). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Desa Wonosari, Mojokerto dimana ditemukan hanya 12 anak (23,5%) dengan status gizi kurang (Khasanah, 2014). Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitian Kabupaten Karanganyar, hanya ditemukan 28% anak dengan status gizi kurang (Alboneh, 2013). Penelitian di TK GMIM Solafide Kelurahan Uner Kecamatan Kawangkoan Induk Kabupaten Minahasa juga menunjukkan minoritas anak dengan gizi kurang (14,3%) (Kasenda, Sarimin & Obnibala, 2015).

5.2.2. Perkembangan Anak Prasekolah

Dari data yang diperoleh, ditemukan mayoritas subjek penelitian dengan perkembangan yang normal (65,5%). Hasil yang sama diperoleh dari penelitian yang dilakukan di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Passi Timur Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara dimana 73,4 anak memiliki perkembangan yang sesuai/normal (Moonik, Lestari & Wilar, 2015). Penelitian di Taman Kanak-Kanak dan PAUD di Kecamatan Klojen Kotamadya Malang juga memperoleh hasil mayoritas anak dengan perkembangan normal (95,1%) (Ariani & Yosoprawoto, 2012). Hasil sejalan juga diperoleh dari penelitian di TK ABA 1 Lamongan dimana 93,75% anak dengan hasil KPSP yang sesuai (Kusbiantoro, 2015).


(21)

Namun hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian di Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang dimana ditemukan mayoritas anak dengan perkembangan meragukan (47,1%) (Hayu, Amalia & Kurniati, 2013). Hal ini dikarenakan subjek penelitian tersebut merupakan balita dengan gizi kurang dan memiliki status ekonomi rendah dengan penghasilan orang tua dibawah UMR sedangkan untuk perkembangan anak yang baik dibutuhkan kesehatan dan gizi yang baik dari ibu hamil, bayi dan anak prasekolah (Fida & Maya, 2012). Penelitian sebelumnya di Taman Kanak-Kanak GMIM Baithani Koha juga memperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan status gizi anak (Bunaen, Wahongan & Onibala, 2013).

Dari data yang diperoleh ditunjukkan bahwa 5 dari 9 subjek penelitian berumur 3 tahun mengalami perkembangan meragukan/menyimpang sedangkan hanya 4 dari 15 subjek penelitian berumur 5 tahun yang mengalami perkembangan meragukan/menyimpang. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar umur anak, rasio anak yang mengalami perkembangan meragukan/menyimpang semakin kecil. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya di Taman Kanak-Kanak dan PAUD di Malang yang menyatakan bahwa faktor umur anak merupakan salah satu resiko terjadinya gangguan tumbuh kembang anak dengan diperoleh hasil keterlambatan perkembangan anak lebih banyak ditemukan pada usia muda (Ariani & Yosoprawoto, 2012).

5.2.3. Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Anak Prasekolah

Setelah dilakukan pengambilan data pada 58 subjek penelitian dan pengolahan data dengan uji statistik fisher’s exact test, diperoleh hasil nilai p value = 0.004 (p<0.05) yang menunjukkan adanya hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak prasekolah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya di Jepara dengan p value =0.001 menunjukkan adanya hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak (Dewi, 2011).


(22)

Dari data yang diperoleh, ditemukan mayoritas subjek penelitian memiliki status gizi dan perkembangan yang normal (41,4%). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di TK Al-Aqsha Desa Bangun Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto, 60,5% subjek penelitian memiliki status gizi dan perkembangan normal (Afita, 2015). Penelitian di Puskesmas Purwantoro 1 Wonogiri juga memperoleh hasil yang sama, sebesar 56% anak memiliki status gizi dan perkembangan normal (Dewi & Arini, 2011).

Hasil penelitian menunjukkan 7 dari 8 subjek penelitian dengan gizi kurang memiliki perkembangan yang meragukan/menyimpang dimana 5 orang (8,6%) dengan perkembangan meragukan dan 2 orang (3,4%) dengan perkembangan menyimpang. Penelitian yang dilakukan di Desa Tahunan Kabupaten Jepara juga memperoleh hasil bahwa anak dengan gizi kurang semua mengalami perkembangan yang meragukan/menyimpang (14%) (Dewi, 2011). Hasil serupa diperoleh penelitian yang dilakukan di desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember, 67,9% anak dengan status bawah garis merah memiliki perkembangan yang meragukan/menyimpang (67,9%) (Arifah, Rahmawati & Dewi, 2013). Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian di Puskesmas Purwantoro 1 Wonogiri, 14 dari 24 anak dengan gizi kurang/buruk memiliki perkembangan yang normal. Hal ini dikarenakan pada penelitian tersebut ditemukan adanya pengaruh orang tua dalam memberikan stimulasi melalui sarana permainan (Dewi & Arini, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, mayoritas subjek penelitian dengan gizi lebih memiliki perkembangan yang baik (22,4%). Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan di Jepara dimana semua anak dengan gizi lebih (4,3%) memiliki perkembangan yang meragukan/menyimpang (Dewi, 2011). Adanya variasi dari hasil penelitian yang diperoleh disebabkan karena status gizi yang bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi perkembangan anak.


(23)

dan lingkungan, merupakan faktor penting yang mempengaruhi perkembangan anak selain status gizi (Henningham & Boo, 2010). Komponen utama dalam program stimulasi anak adalah bermain karena anak-anak kebanyakan belajar melalui bermain (UNICEF, 2012).. Dari penelitian sebelumnya, diperoleh hasil positif hubungan antara alat permainan edukatif dengan perkembangan anak prasekolah dimana perkembangan 14 dari 17 anak menjadi normal setelah stimulasi dengan permainan tersebut (Sain, Ismanto & Babakal, 2013). Selain itu, pola asuh orang tua juga mempengaruhi perkembangan anak, dari penelitian sebelumnya 7 dari 8 anak dengan pola asuh orang tua otoriter memiliki perkembangan yang meragukan.menyimpang (Rini & Nikmah, 2013). Hasil yang sama diperoleh dari penelitian di Kota Banjarmasin dimana 67,2% anak dengan pola asuh orang tua yang baik, memiliki perkembangan yang normal (Hapisah & Rusmilawaty, 2015).

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa selain status gizi mempengaruhi perkembangan anak, terdapat juga beberapa faktor lain yang harus dipenuhi agar perkembangan anak optimal.


(24)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dari 58 subjek penelitian yang diteliti ditemukan mayoritas subjek penelitian dengan status gizi dan perkembangan normal dengan jumlah 24 orang (41,4%). Selain itu, diantara subjek penelitian dengan status gizi normal ditemukan 9 orang (15,5%) dengan perkembangan meragukan dan 2 orang (3,4%) dengan perkembangan menyimpang Dari 15 orang subjek penelitian (25,9%) dengan gizi lebih, ditemukan 13 orang (22,4%) dengan perkembangan normal dan masing-masing satu orang (1,7 %) dengan perkembangan meragukan dan menyimpang. Sedangkan dari 8 orang (13,8%) subjek penelitian dengan gizi kurang ditemukan hanya satu orang (8,6%) dengan perkembangan yang normal, sisanya sebanyak 5 orang (8,6%) dengan perkembangan meragukan dan 2 orang (3,4%) dengan perkembangan menyimpang.

Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa adanya hubungan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan anak prasekolah (p value = 0,004).

6.2. Saran

6.2.1. Bagi Masyarakat

Diharapkan bagi ibu yang memiliki anak prasekolah agar memeriksakan pertumbuhan dan perkembangan anaknya secara rutin, memberikan stimulasi dengan alat permainan yang edukatif dan mengembangkan pola asuh yang baik kepada anak agar anak dapat tumbuh kembang secara optimal.

6.2.2. Bagi Peneliti yang Lain

Diharapkan dapat mempertimbangkan faktor lain seperti faktor stimulasi psikososial dan pola asuh orang tua dalam penelitian selanjutnya dengan jumlah


(25)

kerja sama yang baik dengan wali subjek penelitian serta melakukan pendekatan dengan subjek penelitian.

6.2.3. Bagi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan dapat memberikan penyuluhan kepada ibu yang memiliki anak prasekolah tentang kebutuhan gizi dan tumbuh kembang anak untuk menurunkan kejadian kurang gizi dan perkembangan yang tidak normal.

6.2.4. Bagi Instansi Pendidikan

Diharapkan dapat meningkatkan kegiatan bermain yang dapat menstimulasi perkembangan anak. Jika terdapat anak dengan status gizi dan perkembangan yang tidak normal sebaiknya dibicarakan kepada orang tua sehingga dapat ditindaklanjuti.


(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Gizi

2.1.1. Definisi

Nutrisi adalah proses pencernaan, absorbsi, distribusi, dan metabolisme nutrien, serta ekskresi zat sisa yang tidak dibutuhkan tubuh. Nutrien adalah zat kimia yang ada dalam makanan dan digunakan tubuh untuk menghasilkan energi, mendukung pertumbuhan, dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak serta mengurangi resiko terserang penyakit. Nutrien terdiri atas makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien adalah lemak, protein, dan karbohidrat yang dibutuhkan dalam proses fisiologis tubuh sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral yang walaupun hanya dalam jumlah yang kecil tetap diperlukan tubuh (Rolfes, Pinna & Whitney, 2012).

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi dan dibedakan atas gizi buruk, kurang, baik, dan lebih (Almatsier, 2009). Malnutrisi diakibatkan oleh kelebihan atau kekurangan nutrien yang menyebabkan ketidakseimbangan nutrien. Undernutrition adalah keadaan kekurangan nutrien seperti underweight, stunting, dan wasting sedangkan overnutrition adalah keadaan kelebihan nutrien (Rolfes, Pinna & Whitney, 2012). 2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

2.1.2.1.Faktor Primer

Kuantitas dan kualitas susunan makanan seseorang yang salah yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, dan sebagainya (Almatsier, 2009).


(27)

2.1.2.2.Faktor Sekunder

Berat badan lahir rendah memiliki resiko terjadinya gizi kurang dan lebih mudah terserang penyakit (Sultan, 2014).

Semua faktor yang menyebabkan zat - zat gizi tidak sampai di sel - sel tubuh setelah makanan dikonsumsi, terdiri atas:

a) Faktor yang menyebabkan gangguan pencernaan, seperti gigi-gerigi yang tidak baik, kelainan struktur saluran cerna, dan kekurangan enzim.

b) Faktor yang menganggu absorpsi zat gizi, seperti adanya parasit, penggunaan laksan/obat pencuci perut, dan sebagainya.

c) Faktor yang mempengaruhi metabolisme dan utilisasi zat gizi, seperti penyakit hati, diabetes melitus, kanker, penggunaan obat-obat tertentu, minuman beralkohol, dan sebagainya.

d) Faktor yang mempengaruhi ekskresi, seperti yang menyebabkan banyak kehilangan zat gizi yaitu banyak kencing (polyuria), banyak berkeringat, dan penggunaan obat-obat (Almatsier, 2009).

2.1.3. Masalah Kesehatan Akibat Malnutrisi 2.1.3.1.Gizi Lebih

Gizi lebih menyebabkan kegemukan dan obesitas. Kelebihan energi yang dikonsumsi disimpan dalam jaringan dalam bentuk lemak (Almatsier, 2009). Anak yang gemuk meningkatkan resiko terjadinya obesitas di masa dewasa. Komplikasi dari kegemukan dari anak-anak dapat berlanjut hingga usia dewasa dan menyebabkan berbagai penyakit komorbid (Gahagan, 2011).

Tabel 2.1. Penyakit Komorbid Akibat Obesitas Kardiovaskuler Dislipidemia dan Hipertensi

Endokrin Diabetes melitus tipe 2, sindrom metabolik, dan Polycystic ovary syndrome

Gastrointestinal Penyakit kantung empedu dan Nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD)


(28)

Neurologis Pseudotumor cerebri

Ortopedi/Tulang Blount disease (tibia vara), gangguan muskuloskeletal, dan Slipped capital femoral epiphysis

Psikologikal Gangguan sifat (Behavioral Complication) Paru–paru Asma dan Obstructive Sleep Apnea

Sumber : Gahagan, 2011 2.1.3.2.Gizi Kurang

Pada anak balita, resiko gizi kurang meningkat seiring dengan kebutuhan nutrisi dan nafsu makan yang berkurang serta muncul sifat memilih –milih makanan (Gahagan, 2011). Akibat gizi kurang dapat menyebabkan terganggunya:

a) Pertumbuhan

Kekurangan makronutrien menyebabkan anak pendek dan berat badan rendah (Black & Dewey, 2014). Selain itu, kekurangan protein sebagai zat pembakar menyebabkan otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok.

b) Produksi tenaga

Energi dibutuhkan anak untuk keperluan metabolisme basal, pertumbuhan, dan aktifitas (Soetjiningsih & Suandi, 2008).

c) Pertahanan tubuh

Sistem imunitas dan antibodi berkurang sehingga mudah terserang penyakit seperti pilek, batuk, dan diare. Hal ini dapat menyebabkan kematian pada anak (Almatsier, 2009).

d) Struktur dan fungsi otak

Perkembangan berbagai organ tubuh termasuk otak memerlukan nutrisi yang adekuat. Kekurangan mikronutrien dan makronutrien (asam lemak esensial) berpengaruh terhadap perkembangan otak. Nutrien diperlukan untuk membuat sel saraf baru, pertumbuhan axon dan dendrit, pembentukan sinaps, selubung mielin yang terbuat dari lemak, sintesis


(29)

neurotransmitter, dan pemeliharaan jaringan otak (Prado & Dewey, 2012). Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen yang akan berpengaruh pada perkembangan anak.

e) Perilaku

Anak yang kekurangan gizi menunjukkan perilaku tidak tenang, mudah tersinggung, cengeng, dan apatis (Almatsier, 2009).

2.1.4. Penilaian Status Gizi Anak 2.1.4.1.Cara Penilaian Status Gizi Anak

a) Penilaian asupan makanan

Untuk evaluasi kuantitatif asupan makanan digunakan riwayat asupan makanan 3 - 5 hari. Metode ini menunjukkan asupan makanan sehari – hari sehingga dapat dinilai defisiensi nutrien dari asupan makanannya ataupun hubungan antara makanan dengan kondisi tubuh (Kleinman & Greer, 2014).

Metode yang paling akurat dalam memperkirakan total asupan energi pada anak usia 4 – 11 tahun adalah 24 - hour multiple pass recall (Burrows, Martin & Collins. 2014).

Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) adalah taraf konsumsi zat–zat gizi esensial, yang berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat (Almatsier, 2009). Tabel 2.2. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat, dan Air

yang dianjurkan untuk orang Indonesia (perorang perhari) Kelompok umur BB (kg) TB (cm) Energi (kkal) Protein (g)

Lemak (g) Karb ohidr at (g) Serat (g) Air (ml) Total n-6 n-3

1 - 3 tahun 13 91 1125 26 44 7 0,7 155 16 1200

4 - 6 tahun 19 112 1600 35 62 10 0,9 220 22 1500

Sumber : Kemenkes, 2013 b) Pemeriksaan klinis


(30)

Inspeksi berguna untuk menilai perubahan tubuh yang signifikan seperti edema, dehidrasi, lemak subkutan yang berlebih atau tidak adekuat, dan massa otot. Selain itu, dilakukan penilaian gejala klinis dari defisien nutrien tertentu namun gejalanya tidak spesifik/khas.

c) Penilaian pertumbuhan

Pengukuran antropometri digunakan untuk menilai pertumbuhan. • Pengukuran panjang badan dan tinggi badan

Untuk anak diatas 2 tahun diukur tinggi badan dengan stadiometer, microtoise, dan tinggi duduk. Untuk anak > 2 tahun, pada saat pengukuran anak melepas alas kaki, berdiri tegak dengan kedua telapak kaki membentuk sudut 60 derajat, dan menghadap kedepan. • Pengukuran berat badan

Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan elektronik/injak. Pada saat pengukuran, pastikan alat ukur pada angka 0, anak memakai baju dalam (minimal) dan melepas alas kaki.

• Lingkar lepala

Lingkar Kepala digunakan untuk menilai pertumbuhan otak dan untuk mendeteksi hidrosefalus. Pengukuran dari supraorbital ridges mengelilingi kepala melewati occipital. Batas penggunaan parameter ini adalah lahir–3 tahun.

Body Mass Index (BMI) dan lingkar lengan atas

BMI dihitung dengan cara berat badan dibagi kuadrat tinggi badan (kg/cm2). Lingkar lengan atas sebagai indikator pertumbuhan jaringan lunak (otot, tendon, dan ligamen). Pengukuran dilakukan di tengah acromion (bahu) dan olecranon (siku) (Kleinman & Greer, 2014). Pengukuran BMI dan lingkar lengan atas untuk indeks jaringan lemak anak namun keakuratannya masih perlu didiskusikan (Batubara, 2005).


(31)

d) Komposisi tubuh

Memberikan informasi tentang fat (lemak), lean mass, dan kompartemen jaringan tulang. Lemak sebagai indikator cadangan energi, gizi kurang, dan gizi lebih. Lean mass terdiri dari organ dan otot rangka sebagai indikator kadar protein dalam tubuh. Tulang sebagai tempat penyimpanan kalsium dan pertumbuhan tulang pada masa balita penting sebagai indikator kesehatan rangka tubuh. Namun, berbagai metode penilaian komposisi tubuh belum standarisasi.

e) Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium untuk status gizi adalah pemeriksaan status darah (hematokrit dan hemoglobin) dan protein (kadar albumin, protein visceral yang disintesis hati, asam amino esensial, 3-methyl histidine, kreatinin, dan hydroxyproline). Pemeriksaan nutrien spesifik berguna untuk menilai status gizi seseorang, tapi kegunaanya terbatas karena variasi nilai normal dan metode penilaian yang sulit (Kleinman & Greer, 2014).

Secara global, untuk menilai status gizi di tingkat populasi direkomendasikan penilaian pertumbuhan dengan menggunakan pengukuran antroprometri yaitu tinggi badan dan berat badan (Batubara, 2005).

Penentuan status gizi dilakukan berdasarkan berat badan (BB) menurut panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) (BB/PB atau BB/TB). Grafik pertumbuhan yang digunakan sebagai acuan adalah grafik z-score standar pertumbuhan WHO 2006 untuk anak kurang dari 5 tahun (Sjarif et al., 2011).

BB/TB sebagai indikasi masalah gizi yang sifatnya akut (diare) dan malabsorpsi. Pengukuran ini menunjukkan status nutrisi anak yang lebih lengkap (Kleinman & Greer, 2014)


(32)

2.1.4.2.Interpretasi Status Gizi

Tabel 2.3. Penentuan status gizi menurut kriteria WHO 2006

Status Gizi BB/TB WHO 2006

Obesitas >+3 SD

Overweight >+2 hingga +3 SD

Normal +2 SD hingga -2 SD

Gizi kurang <-2 SD hingga -3 SD

Gizi buruk <-3 SD

Sumber : WHO, 2006

2.2. Perkembangan Anak 2.2.1. Definisi

Perkembangan merupakan sederetan perubahan fungsi organ tubuh yang berkelanjutan, teratur, dan saling berkait. Perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan. Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, yang meliputi perkembangan sistem neuromuskular, bicara, emosi, dan sosial (Suganda, 2008).

2.2.2. CiriCiri Perkembangan Anak a) Perkembangan melibatkan perubahan

Karena perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan, maka setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.

b) Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya

Seseorang tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan, sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.

c) Perkembangan mempunyai pola yang tetap

Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu :


(33)

i. Perkembangan terjadi terlebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju arah kaudal. Pola ini disebut pola sefalokaudal.

ii. Perkembangan terjadi terlebih dahulu di daerah proksimal (gerakan kasar) lalu ke bagian distal seperti jari – jari yang mempunyai kemampuan dalam gerak halus. Pola ini disebut proksimodistal.

d) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan

Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan, tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik.

e) Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda

Kaki dan tangan berkembang pesat pada awal masa remaja, sedangkan bagian tubuh lainnya mungkin berkembang pesat pada masa lainnya. f) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan

Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi, dll. (Suganda, 2008)

g) Perkembangan dan belajar berlangsung berkelanjutan sebagai hasil dari interaksi dengan orang, benda, dan lingkungan di sekitarnya.

Anak sebagai peserta aktif diberi kesempatan membangun pengetahuannya melalui eksplorasi, interaksi dengan bahan, dan meniru peran. Kesempatan untuk terlibat aktif dalam kegiatan sehari – hari di rumah atau di sekolah (Soetjiningsih, 2008).

2.2.3. Perkembangan Anak Prasekolah

Keberhasilan perkembangan anak ditentukan oleh keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan otak (Suganda, 2008).

Usia prasekolah adalah anak dengan usia 3–5 tahun (CDC, 2012). Pada masa prasekolah terjadi perkembangan otak yang signifikan, yaitu:


(34)

2. Pada umur ke-4, terjadi peningkatan produksi sinaps di korteks otak yang mendukung plastisitas otak.

3. Pada umur 3 – 6 tahun, terjadi peningkatan aktivitas neuron di bagian frontal yang berperan dalam konsentrasi dan juga pada hemisfer kiri yang berperan dalam kemampuan motorik dan berbahasa.

4. Terjadi pertumbuhan fiber yang menghubungkan cerebellum dan korteks, serta mielinasi yang berfungsi untuk koordinasi motorik dan proses berpikir.

5. Pada usia 3 - 5 tahun terjadi pembentukan sinaps dan mielinasi dengan cepat di reticular formation dan hippocampus yang berperan dalam kesadaran dan memori.

6. Pembentukan sinaps dan mielinasi pada corpus callosum mencapai puncaknya pada usia 3 - 6 tahun yang berperan dalam koordinasi motorik dan berpikir (persepsi, perhatian, memori, bahasa, dan pemecahan masalah) (Berk, 2008).

2.2.3.1.Perkembangan Fisik dan Motorik

Antara usia 2 - 5 tahun, nafsu makan anak menurun dan muncul sifat memilih – milih makanan sehingga rata – rata pertambahan berat badan anak kira - kira 2 kg dan tinggi badan 7 cm setiap tahun. Puncak energi fisik dan kebutuhan tidur menurun sampai 11 – 13 jam/24 jam, biasanya termasuk sekali tidur siang. Ketajaman penglihatan mencapai 20/30 pada usia 3 tahun dan 20/20 pada usia 4 tahun (Feigelman, 2011).

Perkembangan motorik terdiri atas dua, yaitu:

a) Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot – otot besar tubuh. Contohnya melempar dan menangkap bola.

b) Motorik halus adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot - otot kecil tangan, mata, dan otak. Contohnya menggengam pensil (Laura, 2009).


(35)

Tabel 2.4. Perkembangan Motorik Balita

Umur Motorik Kasar Motorik Halus

3 Tahun

Berdiri satu kaki selama 3 detik Menggambar lingkaran Menaiki tangga dengan kaki

bergantian dan tidak berpegangan

Menggunting dengan kurang baik

Mengayuh sepeda roda tiga Merangkai manik-manik pada satu benang

Berjalan dari heel to toe Membentuk jembatan dengan kubik Menangkap bola

4 Tahun

Berdiri satu kaki selama 4 - 8 detik Menggambar persegi Melompat dengan satu kaki 2 - 3

kali

Mengikat tali 1 ikatan

Melompat sejauh 30 - 60 cm Menggunting lingkaran

Bermain congklang Menggunakan tong untuk

memindahkan barang

Melempar Bola Menulis bagian dari nama depan Menangkap Bola Basket Membentuk pintu dengan kubik 5

Tahun

Turun tangga dengan berpegangan dan kaki bergantian

Menggambar segitiga

Berdiri satu kaki > 8 detik Menjepit kertas dengan penjepit Melompat dengan satu kaki 15

kali

Memindahkan barang kecil dengan penjepit

Bermain lompat tali (skipping) Menggunting dengan baik Berlari dan melompat sejauh 60

-90 cm

Menulis nama depan

Berjalan mundur dari heel to toe Membentuk tangga sesuai model Melompat mundur


(36)

2.2.3.2.Perkembangan Bicara dan Bahasa

Perkembangan bahasa paling cepat antara usia 2 - 5 tahun. Pembendaharaan kata bertambah dari 50 - 100 kata sampai 2.000 lebih. Bahasa adalah barometer yang kritis antara kemampuan kognitif dan emosi. Keterlambatan bicara menjadi salah satu tanda terjadinya retardasi mental. Selain itu, bahasa memegang peranan penting dalam pengaturan perilaku anak (Feigelman, 2011).

Tabel 2.5. Perkembangan Bahasa

Umur Pemahaman bahasa Kemampuan berbahasa

3 Tahun

Menunjuk bagian gambar (mis : hidung sapi)

Menggunakan > 200 kata

Membentuk kalimat dengan 3 kata Mengerti arti kata negatif Menggunakan kata ganti dengan baik Menggelompokkan benda

(makanan , mainan)

75% kata yang diucapkan dapat dipahami

Menggunakan bentuk kata jamak Mengetahui nama dan fungsi

bagian tubuh

Menyebut nama bagian tubuh sesuai fungsinya

Mampu membaca 4

Tahun

Melaksanakan 2 - 3 perintah Menggunakan 300 - 1000 kata Mampu menunjukkan persamaan

dan perbedaan

Mampu bercerita

Mengerti kata sifat seperti tebal, tipis dan tajam

100% kata dapat dipahami

Menyebutkan nama dari tindakan yang dideskripsikan seperti berenang dan bersepeda

Mampu mengungkapkan perasaan menggunakan kata yang berhubungan dengan waktu

5 Tahun

Mengetahui kiri dan kanan tubuh Membentuk kalimat dengan 6 - 8 kata Mengetahui hal yang berbeda

dalam rangkaian kalimat


(37)

Mengerti kata sifat dengan baik Respon dengan pertanyaan Memahami kata keterangan

tempat seperti samping, tengah, ujung, dll.

Mampu bercerita dengan lengkap dari awal sampai akhir

Menyukai kata yang memiliki persamaan bunyi seperti topi -kopi

Menyebutkan nomor telepon

Sumber : Gerber, Wilks & Lalena, 2010

2.2.3.3.Perkembangan Kognitif, Sosial Emosional dan Kemandirian

Periode prasekolah dapat disamakan dengan stadium praoperasional Piaget yang ditandai dengan magical thinking, egosentris, dan pemikiran yang didominasi kesadaran (Feigelman, 2011).

Tantangan emosi yang dihadapi anak balita adalah memusatkan perhatian pada diri sendiri, agresif, muncul rangsangan seksual, berinteraksi dengan lingkungan orang tua, dan teman sebaya yang lebih luas (Feigelman, 2011)

Tabel 2.6. Perkembangan Kognitif, Sosial Emosional dan Kemandirian Balita

Umur Kemandirian Pemecahan Masalah

(Kognitif)

Sosial Emosional

3 Tahun

makan sendiri mengerti arti panjang -lebar, besar - kecil, banyak–sedikit

belajar berbagi

menuangkan air dari satu wadah ke yang lain

mengetahui jenis kelamin dan umurnya

bermain dengan imajinasi

memakai sepatu tanpa tali

menunjukkan angka / huruf sesuai contoh

takut pada benda yang dihayalkan melepas kancing menggambar 2 - 3 bagian

tubuh

Dengan kata


(38)

pemikiran orang lain

4 Tahun

pergi ke toilet sendiri menggambar 4 - 6 bagian tubuh

mulai belajar berbohong dan takut dibohongi

mencuci muka dan tangan

berhitung sampai angka 5 dengan baik

ada teman yang lebih disukai

menggosok gigi mengetahui 5 - 6 warna mengetahui arti bahagia, sedih, takut, dan marah

mengancingkan baju menunjukkan angka / huruf sesuai yang dilisankan

bermain secara berkelompok

menggunakan garpu dengan baik

membaca petunjuk umum dan tempat toko

5 Tahun

memakai baju sendiri menggambar 8 - 10 bagian tubuh

mempunyai sekelompok teman makan sendiri berhitung sampai angka

10 secara beurutan

meminta maaf jika berbuat salah

menggunakan pisau saat makan

mengetahui 10 warna mengucapkan selamat kepada orang lain yang menerima hal baik

membaca 25 kata

mengetahui bunyi huruf konsonan dan vokal mengetahui bentuk koin

menghafal dan

menyebutkan huruf/angka sesuai urutan


(39)

2.2.4. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

a) Gizi yang adekuat diperlukan untuk tumbuh kembang yang baik (Sultan, 2014). Anak dengan malnutrisi akut memiliki gangguan fungsi kognitif, tingkat inteligensi yang lebih rendah, dan penyimbangan perilaku. Sedangkan anak malnutrisi kronik mengalami perkembangan kognitif dan motorik yang lebih lambat (Prado & Dewey, 2012).

b) Penyakit kronis/kelainan kongenital, seperti tuberkulosa, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.

c) Lingkungan fisik dan kimia seperti, sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, dan zat kimia (Pb, Mercuri, rokok) mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.

d) Psikologis, seperti hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak dihendaki orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya. e) Endokrin, seperti gangguan hormon misalnya pada penyakit hipotiroid

akan menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan. Defisiensi hormon pertumbuhan menyebabkan anak kerdil.

f) Sosio-ekonomi, seperti kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek, dan ketidaktahuan yang akan menghambat pertumbuhan anak.

g) Lingkungan pengasuhan, seperti interaksi ibu – anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.

h) Stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya menyediakan alat mainan, sosialisasi anak, perlakuan ibu terhadap perilaku anak, keterlibatan ibu, dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak (Suganda, 2008). Permainan yang dimaksud seperti bermain peran (role play) untuk kemampuan berbahasa, berinteraksi bersama teman (assosiative play)


(40)

(cooperative play) untuk kemampuan motorik kasar dan menggambar (skill play) untuk kemampuan motorik halus (Sain, Ismanto & Babakal, 2013).

i) Obat-obatan, seperti pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan dan obat perangsang susunan saraf pusat menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan (Suganda, 2008).

2.2.5. Penilaian Perkembangan Anak dengan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

2.2.5.1.Definisi

Frankenburg dkk mengembangkan prescreening developmental questionnaire (PDQ) yang dikembangkan dari skrining Denver developmental screening test (DDST). Formulir PDQ ini telah diterjemahkan dan dimodifikasi oleh tim Kemenkes RI pada tahun 1996 dan dikenal sebagai Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) (Dhamayanti, 2006).

KPSP digunakan sebagai alat skrining/ pemeriksaan perkembangan anak untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan (Kemenkes, 2014).

Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah setiap 3 bulan untuk umur 3 bulan – 2 tahun dan setiap 6 bulan untuk umur diatas 2 tahun – 6 tahun. Skrining/pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru Taman Kanan - Kanak (TK), dan petugas Pendidikan Anak Dini Usia (PADU) terlatih (Kemenkes, 2014). 2.2.5.2.Cara Penilaian Perkembangan Anak dengan KPSP

a) Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.

b) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh : bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3


(41)

bulan 15 hari, dibulatkan menjadi 3 bulan. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.

c) KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu:

i. Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh: “Dapatkah bayi makan kue sendiri ?”

ii. Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: “Pada posisi bayi anda telentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk”.

d) Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu - ragu atau takut menjawab, oleh karena itu, pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.

e) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berturutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, ya atau tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.

f) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab pertanyaan terdahulu.

g) Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab (Kemenkes, 2014). 2.2.5.3.Interpretasi Hasil

a) Hitunglah berapa jumlah jawaban ya.

b) Jawaban ya, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya.

c) Jawaban tidak, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.

d) Jumlah jawaban ‘Ya’ = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya (S).


(42)

f) Jumlah jawaban ‘Ya’ = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P) (Kemenkes, 2014).

2.2.5.4.Tindakan Lanjutan dari Hasil KPSP

A. Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut:  Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik.  Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak.  Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin,

sesuai dengan umur dan kesiapan anak.

 Jika anak sudah memasuki usia prasekolah (36-72 bulan), anak dapat diikutkan pada kegiatan di Pusat Pendidikan Anak Dini Usia (PADU), Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak.

 Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP setiap 6 bulan pada anak umur 24 sampai 72 bulan.

B. Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut:  Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada

anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin.

 Ajarkan ibu cara melakukan tindakan intervensi dini berupa stimulasi perkembangan terarah yang dilakukan secara intensif di rumah setiap hari sekitar 3-4 jam selama 2 minggu, stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi penyimpangan/mengejar ketertinggalannya. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan, waktu intervensi dapat ditambah. Bila anak menolak atau rewel, intervensi dihentikan dahulu, dilanjutkan apabila anak sudah dapat diintervensi lagi.

 Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangannya.  Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan

menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak. Cara melakukan evaluasi hasil intervensi perkembangan adalah:


(43)

i. Apabila umur anak sesuai dengan jadwal umur skrining (umur 3, 6, 9, 12, 15, 18 bulan dan seterusnya), maka lakukan evaluasi hasil intervensi dengan menggunakan formulir KPSP sesuai dengan umur anak.

ii. Apabila umur anak tidak sesuai dengan jadwal umur skrining (umur 3, 6, 9, 12, 15, 18 bulan dan seterusnya), maka lakukan evaluasi hasil intervensi dengan menggunakan formulir KPSP untuk umur yang lebih muda, paling dekat dengan umur anak, seperti contoh :Anak umur 35 bulan lewat 20 hari, gunakan KPSP untuk umur 30 bulan.

iii. Bila hasil evaluasi intervensi ada kemajuan artinya jawaban “YA” 9 atau 10, artinya perkembangan anak sesuai dengan umur

tersebut, lanjutkan dengan skrining perkembangan sesuai dengan umurnya sekarang. Misalnya: umur 35 bulan lewat 20 hari, KPSP umur 36 bulan.

iv. Bila hasil evaluasi intervensi jawaban “YA” tetap 7 atau 8, kerjakan langkah-langkah berikut:

• Teliti kembali apakah ada masalah dengan:

• Intensitas intervensi perkembangan yang dilakukan di rumah, apakah sudah dilakukan secara intensif ?

• Jenis kemampuan perkembangan anak yang diintervensi, apakah sudah dilakukan secara tepat dan benar ?

• Cara memberikan intervensi, apakah sudah sesuai dengan petunjuk dan nasihat tenaga kesehatan ?

• Lakukan pemeriksaan fisik yang teliti, apakah ada masalah gizi?, penyakit pada anak?, kelainan organ-organ terkait? v. Bila ditemukan salah satu atau lebih masalah di atas:


(44)

• Bila ada masalah gizi atau anak sakit, tangani kasus tersebut sesuai pedoman/standar tatalaksana kasus yang ada di tingkat pelayanan dasar seperti Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), tatalaksana gizi buruk, dan sebagainya.

• Bila intervensi dilakukan tidak intensif, kurang tepat, atau tidak sesuai dengan petunjuk/nasihat tenaga kesehatan, sekali lagi, ajari orang tua dan keluarga cara melakukan intervensi perkembangan yang intensif yang tepat dan benar. Bila perlu dampingi orang tua/keluarga ketika melakukan intervensi pada anaknya.

vi. Kemudian lakukan evaluasi hasil intervensi yang ke-2 dengan cara yang sama, jika:

• Bila kemampuan perkembangan anak ada kemajuan, berilah pujian kepada orang tua dan anak. Anjurkan orang tua dan keluarga untuk terus melakukan intervensi di rumah dan kontrol kembali pada jadwal umur skrining berikutnya. • Bila kemampuan perkembangan tidak ada kemajuan tetap 7

atau 8 maka berarti ada penyimpangan perkembangan anak (P), dan anak perlu segera dirujuk ke rumah sakit yang memiliki tenaga dokter spesialis anak, kesehatan jiwa, rehabilitasi medik, psikolog dan ahli terapi (fisioterapis, terapis bicara, dan sebagainya).

C. Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan tindakan berikut:

 Rujukan ke Rumah Sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara & bahasa, sosialisasi dan kemandirian) (Kemenkes, 2014)


(45)

(46)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah gizi anak masih menjadi permasalahan serius di bidang kesehatan yang belum terselesaikan, bukan hanya di Indonesia namun juga secara global. Status gizi anak digunakan untuk menilai keseimbangan nutrisi anak dengan cara pengukuran umur, berat (BB) badan, dan tinggi badan (TB) (Riskesdas, 2013). Dari status gizi anak secara global yang dilaporkan, terdapat 370 juta anak dengan permasalahan status gizi yang terdiri dari BB kurang sebanyak 99 juta, BB lebih 42 juta, wasted (kurus) 51 juta, severely wasted (sangat kurus) 17 juta, dan stunted (pendek) sebanyak 161 juta anak. Prevalensi status gizi anak di Asia dari data diatas adalah 66,67% anak dengan BB kurang, kurus, dan sangat kurus, 42,86% anak dengan BB berlebih, dan 50% anak pendek (WHO, 2014).

Secara nasional pada tahun 2013, prevalensi gizi buruk - kurang adalah 19,6%, terdiri dari 5,7% gizi buruk, dan 13,9% gizi kurang. Selain itu, prevalensi pendek sebesar 37,2%, prevalensi sangat kurus 5,3%, prevalensi kurus 6,8%, dan prevalensi gemuk sebesar 11,9% (Riskesdas, 2013). Sumatera Utara memiliki prevalensi di atas angka prevalensi nasional yaitu 22,4% gizi buruk - kurang, 42,5% pendek, dan 14,9% kurus (Profil Kesehatan Indonesia, 2013). Selain itu, prevalensi gizi lebih sebesar 7,5% dan 16,1% anak yang gemuk (Kemenkes, 2014).

Status gizi yang rendah menyebabkan gangguan perkembangan otak yang akan mempengaruhi perkembangan kognitif, motorik, dan keterampilan interpersonal anak, terutama pada anak balita (Alderman & Shekar, 2011). Status gizi anak yang berlebih dapat menimbulkan obesitas. Keadaan ‘obese’ pada anak dapat menyebabkan masalah medis, psikososial, dan menjadi faktor resiko obesitas di masa dewasa (Gahagan, 2011). Penelitian sebelumnya di Jepara, anak dengan status gizi baik mengalami perkembangan normal sebesar 71% dan yang meragukan sebesar


(47)

perkembangan yang meragukan sebesar 18,3% dan tidak ada yang normal (Dewi, 2011). Dengan prevalensi status gizi buruk dan status gizi lebih yang tinggi serta resiko terserang penyakit di masa depan, maka diperlukan deteksi dini tumbuh kembang anak dan jika terjadi gangguan dapat ditangani dengan stimulasi dan intervensi (Simangunsong, Machfudz & Sitaresmi, 2012).

Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) adalah kuesioner yang berisi 9-10 pertanyaan mengenai tumbuh kembang anak dan digunakan untuk deteksi dini penyimpangan perkembangan anak khususnya di tingkat layanan primer. Skrining ini mudah dilakukan oleh tenaga kesehatan bahkan oleh orang tua dan guru Taman Kanak-Kanak (TK) (Kemenkes, 2014). KPSP memiliki sensitivitas 68,8%, spesifisitas 86,6%, dan akurasi 81,9% (Simangunsong, Machfudz & Sitaresmi, 2012), serta dapat mendeteksi sekitar 60% anak yang mempunyai kecurigaan keterlambatan perkembangan (Dhamayanti, 2006).

Berdasarkan penelitian di Pekalongan menggunakan KPSP menunjukkan bahwa perkembangan anak yang menyimpang sebanyak 20,3%, perkembangan meragukan sebanyak 62,5%, dan perkembangan sesuai sebanyak 17,2% (Amarullah & Krisdianto, 2013).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana interpretasi status gizi anak prasekolah berdasarkan standar pertumbuhan BB/TB World Health Organization (WHO) 2006?

2. Bagaimana hasil pemeriksaan dengan KPSP dan interpretasinya?

3. Apakah terdapat hubungan antara status gizi dengan perkembangan pada anak prasekolah yang dinilai menggunakan KPSP?


(48)

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan perkembangan anak prasekolah yang dinilai dengan KPSP.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran status gizi anak prasekolah di Taman Kanak

–Kanak (TK) Kalam Kudus Medan.

2. Untuk mengetahui perkembangan anak prasekolah dari hasil KPSP di TK Kalam Kudus Medan.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada para ibu yang memiliki anak prasekolah bahwa status gizi berhubungan dengan tumbuh kembang anak.

1.4.2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pelayanan kesehatan untuk menaruh perhatian khusus pada masalah status gizi anak dan tumbuh kembang anak serta meningkatkan mutu pelayanananya.

1.4.3. Bagi Instansi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada pihak sekolah tentang gambaran status gizi dan perkembangan dari murid-murid yang sedang berada di bawah naungannya.

1.4.4. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan untuk mengadakan program yang dapat memperbaiki status gizi anak dan menunjang tumbuh kembang anak di Kota Medan.

1.4.5. Bagi Peneliti yang lain


(49)

ABSTRAK

Latar Belakang : Masalah gizi anak masih menjadi permasalahan serius di bidang kesehatan yang belum terselesaikan. Salah satu dampak dari malnutrisi akan mempengaruhi perkembangan anak yang dapat dinilai dengan kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP).

Metode: Penelitian ini bersifat analitik dengan desain penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah consecutive sampling yang melibatkan siswa PG dan TK dengan jumlah 58 orang di TK Kalam Kudus Medan. Data status gizi diperoleh dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan sedangkan perkembangan anak dinilai dengan KPSP. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan program komputer SPSS dan uji diagnostik fisher’s exact test untuk melihat hubungan status gizi dengan perkembangan anak prasekolah yang dinilai dengan KPSP.

Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 35 orang (60,3%) subjek penelitian dengan status gizi normal, ditemukan 24 orang (41,4%) dengan perkembangan normal, 9 orang (15,5%) perkembangan meragukan dan 2 orang (3,4%) dengan perkembangan menyimpang. Untuk 15 orang (25,9%) subjek penelitian dengan status gizi lebih, ditemukan 13 orang (22,4%) dengan perkembangan normal dan masing-masing satu orang (1,7 %) dengan perkembangan meragukan dan menyimpang. Sedangkan untuk 8 orang (13,8%) subjek penelitian dengan gizi kurang ditemukan hanya satu orang (8,6%) dengan perkembangan yang normal, sisanya sebanyak 5 orang (8,6%) dengan perkembangan meragukan dan 2 orang (3,4%) dengan perkembangan menyimpang.

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak prasekolah yang dinilai dengan KPSP dan telah dibuktikan dengan uji statistik (p value = 0.004)


(50)

ABSTRACT

Background: Child Nutrition issues still become serious health problems that have not been solved. One of the impact from child malnutrition is towards a child development which can be measured by Pre Screening Development Questionnaire, Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP).

Methods: This research is an analytic study with cross sectional research design, which samples are collected by using consecutive sampling that involve Kalam Kudus Medan’s Playgroup and Kindergarten students with total of 58 students. Nutritional status is measured by body weight and height whereas child development is measured by KPSP. The data is analyzed with SPSS computerized programmed and diagnosed by fisher’s exact test to see the correlations between nutritional status and preschool child development which are measured by KPSP.

Results: The results show that in 35 students (60,3%) with normal nutritional status, 24 students (41,4%) have normal development, 9 students (15,5%) have dubious development and 2 students (3,4%) have deviated development. In 15 overnutrition students (25,9%), 13 students (22,4%) have normal development whereas each of deviated/dubious development have one student (1,7%). On the other hand, in 8 undernutrition students (13,8%), only one student (1,7%) have normal development, and the rest tend to experience dubious/deviated development respectively 5 students (8,6%) and 2 students (2,4%).

Conclusion: There is a positive correlations between nutritional status and preschool child development which is measured by KPSP and is proved by statistical test (p value = 0,004).


(51)

(52)

(53)

(54)

ABSTRAK

Latar Belakang : Masalah gizi anak masih menjadi permasalahan serius di bidang kesehatan yang belum terselesaikan. Salah satu dampak dari malnutrisi akan mempengaruhi perkembangan anak yang dapat dinilai dengan kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP).

Metode: Penelitian ini bersifat analitik dengan desain penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah consecutive sampling yang melibatkan siswa PG dan TK dengan jumlah 58 orang di TK Kalam Kudus Medan. Data status gizi diperoleh dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan sedangkan perkembangan anak dinilai dengan KPSP. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan program komputer SPSS dan uji diagnostik fisher’s exact test untuk melihat hubungan status gizi dengan perkembangan anak prasekolah yang dinilai dengan KPSP.

Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 35 orang (60,3%) subjek penelitian dengan status gizi normal, ditemukan 24 orang (41,4%) dengan perkembangan normal, 9 orang (15,5%) perkembangan meragukan dan 2 orang (3,4%) dengan perkembangan menyimpang. Untuk 15 orang (25,9%) subjek penelitian dengan status gizi lebih, ditemukan 13 orang (22,4%) dengan perkembangan normal dan masing-masing satu orang (1,7 %) dengan perkembangan meragukan dan menyimpang. Sedangkan untuk 8 orang (13,8%) subjek penelitian dengan gizi kurang ditemukan hanya satu orang (8,6%) dengan perkembangan yang normal, sisanya sebanyak 5 orang (8,6%) dengan perkembangan meragukan dan 2 orang (3,4%) dengan perkembangan menyimpang.

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak prasekolah yang dinilai dengan KPSP dan telah dibuktikan dengan uji statistik (p value = 0.004)


(55)

ABSTRACT

Background: Child Nutrition issues still become serious health problems that have not been solved. One of the impact from child malnutrition is towards a child development which can be measured by Pre Screening Development Questionnaire, Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP).

Methods: This research is an analytic study with cross sectional research design, which samples are collected by using consecutive sampling that involve Kalam Kudus Medan’s Playgroup and Kindergarten students with total of 58 students. Nutritional status is measured by body weight and height whereas child development is measured by KPSP. The data is analyzed with SPSS computerized programmed and diagnosed by fisher’s exact test to see the correlations between nutritional status and preschool child development which are measured by KPSP.

Results: The results show that in 35 students (60,3%) with normal nutritional status, 24 students (41,4%) have normal development, 9 students (15,5%) have dubious development and 2 students (3,4%) have deviated development. In 15 overnutrition students (25,9%), 13 students (22,4%) have normal development whereas each of deviated/dubious development have one student (1,7%). On the other hand, in 8 undernutrition students (13,8%), only one student (1,7%) have normal development, and the rest tend to experience dubious/deviated development respectively 5 students (8,6%) and 2 students (2,4%).

Conclusion: There is a positive correlations between nutritional status and preschool child development which is measured by KPSP and is proved by statistical test (p value = 0,004).


(56)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga peneliti mampu menyelesaikan laporan hasil penelitian karya tulis ilmiahyang berjudul “Hubungan Status Gizi

denganPerkembangan Anak Prasekolah di TK Kalam Kudus Medan Tahun 2015” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan dan penyelesaian proposal penelitian ini, peneliti menerima banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan dan kesehatan dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

2. Orang Tua Peneliti dan saudara-saudari peneliti yang selalu memberikan kasih sayang, mendoakan dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan proposal penelitian dan pendidikan penulis.

3. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Bapakdr. H. Emil Azlin, M.Ked (Ped), Sp.A(K), selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga proposal penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Ibu dr. R. Lia Kesumawati, MS, Sp.MK(K), selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan proposal penelitian ini.

6. Bapak dr. Ashri Yudhistira, Sp.THT-KL, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan proposal penelitian ini.


(1)

vii

2.2.2. Ciri–Ciri Perkembangan Anak……….... 10

2.2.3. Perkembangan Anak Prasekolah………... 11

2.2.3.1. Perkembangan Fisik dan Motorik……… 12

2.2.3.2. Perkembangan Bicara dan Bahasa………... 14

2.2.3.3. Perkembangan Kognitif, Sosial Emosional, dan Kemandirian……… 15

2.2.4. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak 17 2.2.5. Penilaian Perkembangan Anak dengan KPSP……….. 18

2.2.5.1. Definisi…..……….. 18

2.2.5.2. Cara Penilaian Perkembangan Anak dengan KPSP .. 18

2.2.5.3. Interpretasi Hasil……… 19

2.2.5.4. Tindakan Lanjutan dari Hasil KPSP……… 20

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL…….... 24

3.1. Kerangka Konsep Penelitian………... 24

3.2. Definisi Operasional……… 24

3.2.1. Status Gizi………. 24

3.2.3. Perkembangan Anak………. 25

3.3. Hipotesa………... 26

BAB 4 METODE PENELITIAN………... 27

4.1. Jenis Penelitian………... 27

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian……… 27

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian………. 27

4.3.1. Populasi……… 27

4.3.1.1. Populasi Target………... 27

4.3.1.2. Populasi Terjangkau………... 27

4.3.2. Sampel………. 27

4.3.2.1. Teknik Pengambilan Sampel………. 27

4.3.2.2. Estimasi Besar Sampel………... 28

4.3.2.3. Kriteria Pemilihan……….. 28

4.3.2.3.1. Kriteria Inklusi………... 28

4.3.2.3.2. Kriteria Eksklusi……… 29

4.4. Metode Pengumpulan Data……… 29

4.4.1. Teknik Pengumpulan Data……….. 29

4.4.2. Alat Pengumpulan Data………... 29

4.4.2.1. Standar Pertumbuhan WHO untuk Menilai Status Gizi Anak………... 29

4.4.2.2. Kuesioner Perkembangan Anak………. 29

4.5. Pengolahan dan Analisa Data………. 30

4.5.1. Pengolahan Data……….. 30

4.5.2. Analisa Data………. 30


(2)

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN....……… 31

5.1. Hasil Penelitian ……… 31

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ………... 31

5.1.2. Deskripsi KarakteristikSubjek Penelitian ………... 31

5.1.3. Hasil Analisa Data ………. 34

5.2. Pembahasan ……….. 35

5.2.1. Status Gizi Anak Prasekolah ………. 35

5.2.2. Perkembangan Anak Prasekolah ……… 36

5.2.3. Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Anak Prasekolah 37 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……….. 40

6.1. Kesimpulan ………... 40

6.2. Saran ………. 40

6.2.1. BagiMasyarakat ………. 40

6.2.2. Bagi Peneliti yang lain ………... 40

6.2.3. Bagi Pelayanan Kesehatan ………. 41

6.2.4. Bagi Instansi Pendidikan ……… 41


(3)

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Penyakit Komorbid Akibat Obesitas……… 5

2.2. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat, dan Air yang dianjurkan untuk orang Indonesia (perorang perhari)……… 7

2.3. Penentuan status gizi menurut kriteria WHO 2006……... 10

2.4. Perkembangan Motorik Balita………...13

2.5. Perkembangan Bahasa………... 14

2.6. Perkembangan Kognitif, Sosial Emosional, dan Kemandirian Balita………...15

3.1. Hasil Pengukuran Status Gizi Anak menurut kriteria WHO 2006……….25

5.1. Tabel Distribusi Sosiodemografi Subjek Penelitian….…….... 32

5.2. Tabel Distribusi Status Gizi dan Perkembangan Subjek Penelitian……….. 34

5.3. Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Anak Prasekolah yang dinilai dengan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)……….. 34


(4)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Alur Rujukan Dini Gangguan Tumbuh Kembang Anak………23 3.1. Kerangka Konsep Penelitian………..24


(5)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup (Curriculum Vitae)

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Kepada Wali Calon Subjek Penelitian Lampiran 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)

Lampiran 4 Lembaran Kuesioner

Lampiran 5 Grafik Standar Pertumbuhan BB/TB WHO 2006 Laki–laki Lampiran 6 Grafik Standar Pertumbuhan BB/TB WHO 2006 Perempuan Lampiran 7 Tabel Kuesioner Pra Skrining Perkembangan 36 bulan Lampiran 8 Tabel Kuesioner Pra Skrining Perkembangan 42 bulan Lampiran 9 Tabel Kuesioner Pra Skrining Perkembangan 48 bulan Lampiran 10 Tabel Kuesioner Pra Skrining Perkembangan 54 bulan Lampiran 11 Tabel Kuesioner Pra Skrining Perkembangan 60 bulan Lampiran 12 Data Induk Penelitian

Lampiran 13 Output Hasil Penelitian Lampiran 14 Persetujuan Komisi Etik Lampiran 15 Surat Izin Penelitian Lampiran 16 Surat Keterangan Sekolah


(6)

DAFTAR SINGKATAN AKG Angka Kecukupan Gizi

BB Berat Badan BMI Body Mass Index

CDC Centers for Disease Control and Prevention DDST Denver Developmental Screening Test Kemenkes Kementerian Kesehatan

KPSP Kuesioner Pra Skrining Perkembangan MTBS Manajemen Terpadu Balita Sakit NAFLD Nonalcoholic Fatty Liver Disease PAUD Pendidikan Anak Usia Dini PB Panjang Badan

PDQ Prescreening Developmental Questionnaire

PG Playgroup

PT Perguruan Tinggi

Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat Riskesdas Riset Kesehatan Dasar SD Sekolah Dasar

SMA Sekolah Menengah Atas

SPSS Statistical Product and Service Solutions TB Tinggi Badan