cooperative play untuk kemampuan motorik kasar dan menggambar skill play untuk kemampuan motorik halus Sain, Ismanto Babakal,
2013. i Obat-obatan,
seperti pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan dan obat perangsang susunan saraf pusat
menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan Suganda, 2008.
2.2.5. Penilaian Perkembangan Anak dengan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan KPSP
2.2.5.1.Definisi
Frankenburg dkk mengembangkan prescreening developmental questionnaire PDQ yang dikembangkan dari skrining Denver developmental screening test
DDST. Formulir PDQ ini telah diterjemahkan dan dimodifikasi oleh tim Kemenkes RI pada tahun 1996 dan dikenal sebagai Kuesioner Praskrining Perkembangan
KPSP Dhamayanti, 2006. KPSP digunakan sebagai alat skrining pemeriksaan perkembangan anak
untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan Kemenkes, 2014.
Jadwal skriningpemeriksaan KPSP rutin adalah setiap 3 bulan untuk umur 3 bulan – 2 tahun dan setiap 6 bulan untuk umur diatas 2 tahun – 6 tahun.
Skriningpemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru Taman Kanan - Kanak TK, dan petugas Pendidikan Anak Dini Usia PADU terlatih Kemenkes, 2014.
2.2.5.2.Cara Penilaian Perkembangan Anak dengan KPSP
a Pada waktu pemeriksaanskrining, anak harus dibawa. b Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun anak
lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh : bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3
Universitas Sumatera Utara
bulan 15 hari, dibulatkan menjadi 3 bulan. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
c KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu: i. Pertanyaan yang dijawab oleh ibupengasuh anak, contoh: “Dapatkah
bayi makan kue sendiri ?” ii. Perintah kepada ibupengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan
tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: “Pada posisi bayi anda telentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-
lahan ke posisi duduk”. d Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu - ragu atau takut menjawab,
oleh karena itu, pastikan ibupengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.
e Tanyakan pertanyaan tersebut secara berturutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, ya atau tidak. Catat jawaban tersebut
pada formulir. f Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibupengasuh anak menjawab
pertanyaan terdahulu. g Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab Kemenkes, 2014.
2.2.5.3.Interpretasi Hasil
a Hitunglah berapa jumlah jawaban ya. b Jawaban ya, bila ibupengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah atau
sering atau kadang-kadang melakukannya. c Jawaban tidak, bila ibupengasuh anak menjawab: anak belum pernah
melakukan atau tidak pernah atau ibupengasuh anak tidak tahu. d Jumlah jawaban ‘Ya’ = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan
tahap perkembangannya S. e Jumlah jawaban ‘Ya’ = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan M.
Universitas Sumatera Utara
f Jumlah jawaban ‘Ya’ = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan P Kemenkes, 2014.
2.2.5.4.Tindakan Lanjutan dari Hasil KPSP
A. Bila perkembangan anak sesuai umur S, lakukan tindakan berikut: Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik.
Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak. Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin,
sesuai dengan umur dan kesiapan anak. Jika anak sudah memasuki usia prasekolah 36-72 bulan, anak dapat
diikutkan pada kegiatan di Pusat Pendidikan Anak Dini Usia PADU, Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak.
Lakukan pemeriksaanskrining rutin menggunakan KPSP setiap 6 bulan pada anak umur 24 sampai 72 bulan.
B. Bila perkembangan anak meragukan M, lakukan tindakan berikut: Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada
anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin. Ajarkan ibu cara melakukan tindakan intervensi dini berupa stimulasi
perkembangan terarah yang dilakukan secara intensif di rumah setiap hari sekitar 3-4 jam selama 2 minggu, stimulasi perkembangan anak
untuk mengatasi penyimpanganmengejar ketertinggalannya. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan, waktu intervensi dapat ditambah. Bila
anak menolak atau rewel, intervensi dihentikan dahulu, dilanjutkan apabila anak sudah dapat diintervensi lagi.
Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangannya.
Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.
Cara melakukan evaluasi hasil intervensi perkembangan adalah:
Universitas Sumatera Utara
i. Apabila umur anak sesuai dengan jadwal umur skrining umur 3, 6, 9, 12, 15, 18 bulan dan seterusnya, maka lakukan evaluasi hasil
intervensi dengan menggunakan formulir KPSP sesuai dengan umur anak.
ii. Apabila umur anak tidak sesuai dengan jadwal umur skrining umur 3, 6, 9, 12, 15, 18 bulan dan seterusnya, maka lakukan
evaluasi hasil intervensi dengan menggunakan formulir KPSP untuk umur yang lebih muda, paling dekat dengan umur anak,
seperti contoh :Anak umur 35 bulan lewat 20 hari, gunakan KPSP untuk umur 30 bulan.
iii. Bila hasil evaluasi intervensi ada kemajuan artinya jawaban “YA” 9 atau 10, artinya perkembangan anak sesuai dengan umur
tersebut, lanjutkan dengan skrining perkembangan sesuai dengan umurnya sekarang. Misalnya: umur 35 bulan lewat 20 hari, KPSP
umur 36 bulan. iv. Bila hasil evaluasi intervensi jawaban “YA” tetap 7 atau 8,
kerjakan langkah-langkah berikut: • Teliti kembali apakah ada masalah dengan:
• Intensitas intervensi perkembangan yang dilakukan di rumah,
apakah sudah dilakukan secara intensif ? • Jenis kemampuan perkembangan anak yang diintervensi,
apakah sudah dilakukan secara tepat dan benar ? • Cara memberikan intervensi, apakah sudah sesuai dengan
petunjuk dan nasihat tenaga kesehatan ? • Lakukan pemeriksaan fisik yang teliti, apakah ada masalah
gizi?, penyakit pada anak?, kelainan organ-organ terkait? v. Bila ditemukan salah satu atau lebih masalah di atas:
Universitas Sumatera Utara
• Bila ada masalah gizi atau anak sakit, tangani kasus tersebut sesuai pedomanstandar tatalaksana kasus yang ada di tingkat
pelayanan dasar seperti Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS, tatalaksana gizi buruk, dan sebagainya.
• Bila intervensi dilakukan tidak intensif, kurang tepat, atau tidak sesuai dengan petunjuknasihat tenaga kesehatan, sekali lagi,
ajari orang tua dan keluarga cara melakukan intervensi perkembangan yang intensif yang tepat dan benar. Bila perlu
dampingi orang tuakeluarga ketika melakukan intervensi pada anaknya.
vi. Kemudian lakukan evaluasi hasil intervensi yang ke-2 dengan cara yang sama, jika:
• Bila kemampuan perkembangan anak ada kemajuan, berilah pujian kepada orang tua dan anak. Anjurkan orang tua dan
keluarga untuk terus melakukan intervensi di rumah dan kontrol kembali pada jadwal umur skrining berikutnya.
• Bila kemampuan perkembangan tidak ada kemajuan tetap 7 atau 8 maka berarti ada penyimpangan perkembangan anak P,
dan anak perlu segera dirujuk ke rumah sakit yang memiliki tenaga dokter spesialis anak, kesehatan jiwa, rehabilitasi
medik, psikolog dan ahli terapi fisioterapis, terapis bicara, dan sebagainya.
C. Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan P, lakukan tindakan berikut:
Rujukan ke Rumah Sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan gerak kasar, gerak halus, bicara
bahasa, sosialisasi dan kemandirian Kemenkes, 2014
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang