Status Gizi Anak Prasekolah

Untuk mengetahui hubungan antara hubungan status gizi dengan perkembangan anak prasekolah dibuat tabel kontigensi 3x3, tetapi ternyata ada 5 sel 55,6 yang mempunyai nilai ekspektasi kurang dari 5 sehingga tidak memenuhi syarat dilakukan uji chi square. Oleh karena itu, dilakukan pengujian dengan menggunakan uji statistik fisher’s exact test .Dari pengujian tersebut, diperoleh hasil p value = 0,004 0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara status gizi dengan perkembangan anak prasekolah. Pada tabel 5.3. ditunjukkan bahwa 24 orang 41,4 subjek penelitian dengan status gizi normal dan perkembangan yang normal, diikuti dengan 9 orang 15,5 dengan status gizi normal namun perkembangan meragukan dan 2 orang 3,4 dengan status gizi normal namun perkembangan menyimpang.Untuk anak dengan gizi lebih, ditemukan 13 orang 22,4 dengan perkembangan normal dan masing- masing satu orang 1,7 dengan perkembangan meragukan dan menyimpang. Berdasarkan hasil penelitian, anak dengan gizi kurang ditemukan hanya satu orang 8,6 dengan perkembangan yang normal, sisanya sebanyak 5 orang 8,6 dengan perkembangan meragukan dan 2 orang 3,4 dengan perkembangan menyimpang.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Status Gizi Anak Prasekolah

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas siswa-siswi TK Kalam Kudus memiliki status gizi yang normal 60,3. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di TK Nurul Huda, Aceh yang menunjukkan 77,4 anak dengan status gizi yang normal Junaidi, 2013. Penelitian sebelumnya di Puskesmas Glugur Darat Medan juga ditemukan 64,9 anak dengan gizi normal Turnip, Aritonang Siregar, 2014. Hasil yang sama diperoleh dari survei penilaian status gizi di Kota Depok yaitu 91,4 anak dengan status gizi normal Rahmadini, Sudiarti Utari, 2013. Penelitian yang dilakukan di Madhya Pradesh, salah satu negara terbelakang di India, juga ditemukan 64 anak dengan gizi normal Das Sahoo, 2011. Universitas Sumatera Utara Pada hasil penelitian ini diperoleh jumlah subjek penelitian dengan gizi lebih sebanyak 25,9. Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya di TK Kecamatan Banjarbaru Utara dimana ditemukan 25,6 anak dengan obesitas Hapisah, 2015. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan dari World Health Organization WHO bahwa kegemukan pada masa kanak-kanak childhood obesity menjadi salah satu masalah serius dalam bidang kesehatan masyarakat pada abad ke-21 WHO, 2010 dan juga sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya bahwa prevalensi anak dengan gizi lebih di negara Asia sebesar 60 dan paling tinggi jika dibandingkan dengan negara lain Gupta et al., 2012. Dari data diperoleh ditunjukkan minoritas subjek penelitian dengan gizi kurang 13,8 . Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Desa Wonosari, Mojokerto dimana ditemukan hanya 12 anak 23,5 dengan status gizi kurang Khasanah, 2014. Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitian Kabupaten Karanganyar, hanya ditemukan 28 anak dengan status gizi kurang Alboneh, 2013. Penelitian di TK GMIM Solafide Kelurahan Uner Kecamatan Kawangkoan Induk Kabupaten Minahasa juga menunjukkan minoritas anak dengan gizi kurang 14,3 Kasenda, Sarimin Obnibala, 2015.

5.2.2. Perkembangan Anak Prasekolah