Pada hasil penelitian ini diperoleh jumlah subjek penelitian dengan gizi lebih sebanyak 25,9. Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya di TK Kecamatan
Banjarbaru Utara dimana ditemukan 25,6 anak dengan obesitas Hapisah, 2015. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan dari World Health Organization WHO
bahwa kegemukan pada masa kanak-kanak childhood obesity menjadi salah satu masalah serius dalam bidang kesehatan masyarakat pada abad ke-21 WHO, 2010
dan juga sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya bahwa prevalensi anak dengan gizi lebih di negara Asia sebesar 60 dan paling tinggi jika dibandingkan dengan
negara lain Gupta et al., 2012. Dari data diperoleh ditunjukkan minoritas subjek penelitian dengan gizi
kurang 13,8 . Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Desa Wonosari, Mojokerto dimana ditemukan hanya 12 anak 23,5 dengan status gizi kurang
Khasanah, 2014. Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitian Kabupaten Karanganyar, hanya ditemukan 28 anak dengan status gizi kurang Alboneh, 2013.
Penelitian di TK GMIM Solafide Kelurahan Uner Kecamatan Kawangkoan Induk Kabupaten Minahasa juga menunjukkan minoritas anak dengan gizi kurang 14,3
Kasenda, Sarimin Obnibala, 2015.
5.2.2. Perkembangan Anak Prasekolah
Dari data yang diperoleh, ditemukan mayoritas subjek penelitian dengan perkembangan yang normal 65,5. Hasil yang sama diperoleh dari penelitian yang
dilakukan di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Passi Timur Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara dimana 73,4 anak memiliki perkembangan yang
sesuainormal Moonik, Lestari Wilar, 2015. Penelitian di Taman Kanak-Kanak dan PAUD di Kecamatan Klojen Kotamadya Malang juga memperoleh hasil
mayoritas anak dengan perkembangan normal 95,1 Ariani Yosoprawoto, 2012. Hasil sejalan juga diperoleh dari penelitian di TK ABA 1 Lamongan dimana
93,75 anak dengan hasil KPSP yang sesuai Kusbiantoro, 2015.
Universitas Sumatera Utara
Namun hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian di Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang dimana ditemukan mayoritas anak dengan perkembangan
meragukan 47,1 Hayu, Amalia Kurniati, 2013. Hal ini dikarenakan subjek penelitian tersebut merupakan balita dengan gizi kurang dan memiliki status ekonomi
rendah dengan penghasilan orang tua dibawah UMR sedangkan untuk perkembangan anak yang baik dibutuhkan kesehatan dan gizi yang baik dari ibu hamil, bayi dan
anak prasekolah Fida Maya, 2012. Penelitian sebelumnya di Taman Kanak- Kanak GMIM Baithani Koha juga memperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara pendapatan keluarga dengan status gizi anak Bunaen, Wahongan Onibala, 2013.
Dari data yang diperoleh ditunjukkan bahwa 5 dari 9 subjek penelitian berumur 3 tahun mengalami perkembangan meragukanmenyimpang sedangkan
hanya 4 dari 15 subjek penelitian berumur 5 tahun yang mengalami perkembangan meragukanmenyimpang. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar umur
anak, rasio anak yang mengalami perkembangan meragukanmenyimpang semakin kecil. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya di Taman Kanak-Kanak dan
PAUD di Malang yang menyatakan bahwa faktor umur anak merupakan salah satu resiko terjadinya gangguan tumbuh kembang anak dengan diperoleh hasil
keterlambatan perkembangan anak lebih banyak ditemukan pada usia muda Ariani Yosoprawoto, 2012.
5.2.3. Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Anak Prasekolah