BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Definisi Operasional
3.2.1. Status Gizi
Definisi : Status gizi adalah keadaan tubuh yang menggambarkan keseimbangan nutrisi dalam tubuh. Status gizi terdiri atas gizi buruk, kurang, normal,
dan lebih. Status gizi dinilai dengan menggunakan perbandingan berat badantinggi badan BBTB. Nilai yang didapatkan diplotkan dengan grafik standar pertumbuhan
BBTB World Health Organization WHO 2006. Cara pengukuran : mengukur berat badan dan tinggi badan
a Berat badan •
Anak sebaiknya memakai baju sehari – hari yang tipis, tidak memakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang atau
mengantongi sesuatu. •
Timbangan harus diletakkan di alas yang keras dan datar serta pastikan jarum atau angka menunjuk angka 0 saat digunakan.
• Anak berdiri tenang di tengah timbangan dan kepala menghadap lurus
ke depan tanpa dipegangi. Status Gizi
Perkembangan Anak KPSP
Universitas Sumatera Utara
• Membaca angka timbangan. Bila anak terus bergerak, perhatikan jarum,
baca angka di tengah – tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.
b Tinggi badan •
Anak melepaskan alas kaki sandal atau sepatu. •
Anak berdiri tegak menghadap ke depan dan pastikan punggung, pantat dan tumit menempel pada dinding.
• Turunkan batas atas pengukur sampai menempel pada ubun – ubun.
• Membaca angka pada batas tersebut.
Alat pengukuran : a Berat badan
: Timbangan badan digital merek Camry dengan ketelitian 0,1 kg
b Tinggi badan : Microtoise merek GEA dengan ketelitian 0,1 cm
c Status gizi : Grafik standar pertumbuhan BBTB WHO 2006
berdasarkan jenis kelamin dan usia Hasil pengukuran :
Tabel 3.1. Hasil Pengukuran Status Gizi Anak menurut kriteria WHO 2006 Status Gizi
BBTB WHO 2006 Gizi Lebih
+2 SD Normal
+2 SD hingga -2 SD Gizi kurang
-2 SD Skala pengukuran : Ordinal
3.2.2. Perkembangan Anak
Definisi : Perkembangan anak adalah proses pematangan fungsi
organ di dalam tubuh yang mendukung anak mempelajari kemampuan – kemampuan baru. Perkembangan biasanya sejalan dengan pertumbuhan.
Cara pengukuran : Pengamatan dan Wawancara
Alat pengukuran : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan KPSP
Universitas Sumatera Utara
Hasil pengukuran :
a Jumlah jawaban ‘Ya’ = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya S.
b Jumlah jawaban ‘Ya’ = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan M. c Jumlah jawaban ‘Ya’ = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan
P. Skala pengukuran
: Ordinal
3.3. Hipotesa
Terdapat hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak prasekolah yang dinilai dengan KPSP.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian analitik dengan rancangan cross sectional yang menilai hubungan status gizi dengan perkembangan anak yang dinilai dengan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan KPSP. Dalam studi cross sectional, variabel independen atau faktor resiko dan tergantung efek dinilai secara simultan pada satu
saat, jadi tidak ada follow-up pada studi cross sectional Sastroasmoro Ismael, 2011.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Taman Kanak – Kanak TK Kalam Kudus Medan pada bulan September 2015.
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi 4.3.1.1.Populasi Target
Semua anak prasekolah yang berusia di antara 3 - 5 tahun.
4.3.1.2.Populasi Terjangkau
Semua anak prasekolah yang berusia di antara 3 - 5 tahun yang bersekolah di TK Kalam Kudus Medan pada bulan September 2015.
4.3.2. Sampel
Semua anak prasekolah yang berusia di antara 3 - 5 tahun yang bersekolah di TK Kalam Kudus Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk dalam
kriteria eksklusi.
4.3.2.1.Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling. Pada consecutive sampling, semua subjek yang datang secara berurutan dan
Universitas Sumatera Utara
memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi Sastroasmoro Ismael, 2011.
4.3.2.2.Estimasi Besar Sampel
Perkiraan besar sampel berdasarkan rumus tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi
P = proporsi dari keadaan yang akan dicari dari pustaka
Q = 1 – P Z
α
= nilai Z pada tingkat kemaknaan ditetapkan d
= tingkat ketepatan absolute yang dikehendaki ditetapkan Sumber : Sastroasmoro Ismael, 2011
Dari penelitian sebelumnya diambil proporsi dari keadaan yang akan dicari sebesar 0,183. Tingkat kemaknaan yang digunakan adalah 95 = 1,96 dan tingkat
ketepatan absolut yang dikehendaki adalah 10 = 0,1. Maka besar sampel anak prasekolah yang diuji adalah
n = 1,96
2
0,1831-0,183 0,1
2
= 57,44 Dengan menggunakan rumus diatas maka didapat jumlah sampel minimal 58
orang.
4.3.2.3. Kriteria Pemilihan 4.3.2.3.1. Kriteria Inklusi
1. Bersedia menjadi responden 2. Anak berusia 3 – 5 tahun
n = Z
α 2
P Q d
2
Universitas Sumatera Utara
4.3.2.3.2. Kriteria Eksklusi
1. Anak dengan kelainan kongenital 2. Anak dengan cacat fisik maupun mental
3. Anak yang sedang menderita sakit
4.4. Metode Pengumpulan Data
4.4.1. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini merupakan data primer, semua data yang diperlukan diperoleh dari pengukuran berat badan dan tinggi badan sampel secara langsung serta
kuesioner. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner untuk observasi yang berisi check list pertanyaan – pertanyaan mengenai perkembangan anak. Berat badan dan
tinggi badan diukur untuk menentukan status gizi anak.
4.4.2. Alat Pengumpulan Data 4.4.2.1.Standar Pertumbuhan World Health OrganizationWHO untuk Menilai
Status Gizi Anak
Standar pertumbuhan yang digunakan adalah grafik z-score standar
pertumbuhan Berat
BadanTinggi Badan
WHO 2006. Status gizi anak diklasifikasikan menurut nilai z score hasil pembagian berat badan dengan tinggi
badan anak.
4.4.2.2.Kuesioner Perkembangan Anak
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner pra skrining perkembangan KPSP. Kuesioner terdiri dari 9 – 10 pertanyaan yang disesuaikan dengan umur
anak. Perkembangan anak yang dinilai terdiri atas gerak kasar, gerak halus, bicara, dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian. Ibu subjek diwawancarai dan subjek diminta
untuk melakukan sesuai instruksi pengamat. Jika anak dapat melakukannya dan jawaban ibu “iya” maka di check list di kolom “ya” sedangkan jika anak tidak mampu
melakukan dan jawaban ibu “tidak” maka di check list di kolom “tidak”.
Universitas Sumatera Utara
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
4.5.1. Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan dari pengukuran berat badan, tinggi badan, dan kuesioner, dilakukan pengolahan data dengan komputer. Proses pengolahan data
melalui tahap – tahap berikut: a Editing dilakukan untuk pengecekan identitas subjek, hasil pengukuran
subjek dan kelengkapan jawaban kuesioner. b Coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan. c Data entry yaitu data dalam bentuk kode dimasukkan ke dalam program
Statistical Product and Service Solutions SPSS. d Cleaning dilakukan setelah semua data dimasukkan untuk melihat
kemungkinan adanya kesalahan kode atau ketidaklengkapan, kemudian dilakukan koreksi.
Kemudian data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
4.5.2. Analisa Data
a Analisis univariate analisa deskriptif Menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel
penelitian. Analisis ini menyajikan distribusi frekuensi dan persentasi dari setiap variabel.
b Analisis bevariate Analisis ini dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan
atau berkorelasi.
Analisis proporsi
atau persentase
dengan membandingkan distribusi silang antara dua variabel yang bersangkutan.
Analisis dari hasil uji statistik dengan menggunakan fisher’s exact test.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian diperoleh dari pengukuran langsung tinggi badan, berat badan anak, pengisian pertanyaan pada kuesioner pra skrining perkembangan KPSP oleh
wali subjek penelitian dan observasi langsung peneliti terhadap subjek penelitian. Penelitian ini dilakukan di TK Kalam Kudus Medan Angkatan 20152016 pada
tanggal 12 September hingga 19 September 2015. Setelah semua data diperoleh dan dikumpulkan, dilakukan analisis data untuk menilai hubungan antara status gizi dan
perkembangan anak prasekolah.
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi untuk penelitian ini adalah TK Kalam Kudus Medan yang berada di Jalan Mayang No. 10 A Medan. Gedung sekolah ini merupakan gabungan gedung
tingkat Playgroup PG, Taman Kanak-Kanak TK dan Sekolah Dasar SD. Lantai
pertama, terdapat ruang administrasi, koperasi, kelas PG, sedangkan pada lantai kedua, terdapat 3 kelas TK A, 3 kelas TK B dan beberapa kelas SD. Penelitian ini
dilakukan di ruang bermain yang berada di lantai 1. Siswa-Siswi PG dan TK Kalam Kudus Medan berjumlah 163 orang yang
dibagi menjadi tiga tingkatan kelas yatu PG, TK A dan TK B. Siswa kelas PG berjumlah 28 orang, kelas TK A berjumlah 63 orang yang dibagi menjadi 3 kelas
masing-masing 21 orang dan kelas TK B dengan jumlah 72 orang yang dibagi menjadi 3 kelas masing-masing 24 orang. Jumlah siswa yang memenuhi kriteria
inklusi dan dijadikan subjek penelitian berjumlah 58 orang.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengukur berat badan, tinggi badan, menilai jawaban wali subjek penelitian pada KPSP dan hasil observasi langsung peneliti.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1. Tabel Distribusi Sosiodemografi Subjek Penelitian Karakteristik
Frekuensi Persentasi
Jenis Kelamin
Perempuan 28
48,3 Laki – Laki
30 51,7
Umur
36 Bulan 9
15,5 42 Bulan
10 17,2
48 Bulan 12
20,7 54 Bulan
12 20,7
60 Bulan 15
25,9
Jumlah Saudara
=2 43
74,1 2
15 25,9
Status Pendidikan Ibu
SMA 10
17,2 Perguruan Tinggi
48 82,8
Status Kerja Ibu
Tidak Bekerja 28
48,3 Bekerja
30 51,7
Status Pendidikan Ayah
SMA 5
8,6 Perguruan Tinggi
53 91,4
Pekerjaan Ayah
Wiraswasta 45
77,6 Pegawai Negeri
6 10,3
Pegawai Swasta 4
6,9 Rohaniawan
1 1,7
Universitas Sumatera Utara
Pensiunan 2
3,4
Pendapatan Keluarga
1,5 juta – 2,5 juta 3
5,2 2,5 juta
55 94,8
Total 58
100 Pada tabel 5.1. ditunjukkan bahwa 28 orang 48,3 subjek penelitian
berjenis kelamin perempuan sedangkan 30 orang 51,7 berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan umur, 9 orang 15,5 subjek penelitian berusia 36 bulan, 10 orang
17,2 berusia 42 bulan, 12 orang 20,7 berusia 48 bulan, 12 orang 20,7 berusia 54 bulan dan 15 orang 25,9 berusia 60 bulan. Subjek penelitian dengan
jumlah 43 orang 74,1 memiliki jumlah saudara =2 dan hanya 15 orang 25,9 yang memiliki jumlah saudara 2.
Untuk status pendidikan Ibu, hanya 10 orang 17,2 tamatan sekolah menengah atas SMA dan sisanya 48 orang 82,8 adalah tamatan perguruan tinggi
PT. Dari 58 orang subjek penelitian terlihat penyebaran yang rata antara status kerja ibu yaitu 28 orang 48,3 yang tidak bekerja dan 30 orang 51,7 yang bekerja.
Status pendidikan ayah sebagian besar tamatan perguruan tinggi 91,4 dan hanya sedikit yang tamatan SMA 8,6. Mayoritas status pekerjaan ayah subjek
penelitian dengan jumlah 42 orang 72,4 adalah wiraswasta. Sisanya sebanyak 6 orang 10,3 adalah pegawai negeri, 4 orang 6,9 adalah pegawai swasta, 1 orang
1,7 adalah rohaniawan, 2 orang 3,4 tidak bekerja dan 3 orang 5,2 tidak diketahui pekerjaannya. Dilihat dari pendapatan keluarga, semua subjek penelitian
memiliki pendapatan keluarga diatas upah minimum regional UMR yaitu 3 orang 5,2 dengan pendapatan 1,5 juta – 2,5 juta dan sisanya 55 orang 94,8 dengan
pendapatan 2,5 juta. Pada tabel 5.2. ditunjukkan bahwa 35 orang 60,3 subjek penelitian dengan
status gizi normal, sedangkan sisanya sebanyak 15 orang 25,9 subjek penelitian dengan status gizi lebih dan 8 orang 3,8 dengan status gizi kurang. Dilihat dari
Universitas Sumatera Utara
perkembangannya, 38 orang 65,5 subjek penelitian dengan perkembangan normal, 15 orang 25,9 dengane perkembangan meragukan dan hanya 5 orang
8,6 dengan perkembangan yang menyimpang. Tabel 5.2. Tabel Distribusi Status Gizi dan Perkembangan Subjek Penelitian
Karakteristik Frekuensi
Persentasi
Status Gizi
Kurang 8
13,8 Normal
35 60,3
Lebih 15
25,9
Perkembangan
Normal 38
65,5 Meragukan
15 25,9
Penyimpangan 5
8,6 Total
58 100,0
5.1.3. Hasil Analisa Data
Setelah data terkumpul, data dimasukkan ke dalam SPSS dan diuji hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak prasekolah dengan uji statistic Fisher’s
Exact Test. Tabel 5.3. Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Anak Prasekolah yang
dinilai dengan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan KPSP. Status
Gizi Perkembangan
Jumlah p
value Normal
Meragukan Penyimpangan
N N
N N
Kurang 1
1,7 5
8,6 2
3,4 8
13,8 0,004
Normal 24
41,4 9
15,5 2
3,4 35
60,3 Lebih
13 22,4
1 1,7
1 1,7
15 25,9
Jumlah 38
65,5 16
25,9 8
8,6 58
100
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengetahui hubungan antara hubungan status gizi dengan perkembangan anak prasekolah dibuat tabel kontigensi 3x3, tetapi ternyata ada 5 sel
55,6 yang mempunyai nilai ekspektasi kurang dari 5 sehingga tidak memenuhi syarat dilakukan uji chi square. Oleh karena itu, dilakukan pengujian dengan
menggunakan uji statistik fisher’s exact test .Dari pengujian tersebut, diperoleh hasil p value = 0,004 0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara status
gizi dengan perkembangan anak prasekolah. Pada tabel 5.3. ditunjukkan bahwa 24 orang 41,4 subjek penelitian dengan
status gizi normal dan perkembangan yang normal, diikuti dengan 9 orang 15,5 dengan status gizi normal namun perkembangan meragukan dan 2 orang 3,4
dengan status gizi normal namun perkembangan menyimpang.Untuk anak dengan gizi lebih, ditemukan 13 orang 22,4 dengan perkembangan normal dan masing-
masing satu orang 1,7 dengan perkembangan meragukan dan menyimpang. Berdasarkan hasil penelitian, anak dengan gizi kurang ditemukan hanya satu orang
8,6 dengan perkembangan yang normal, sisanya sebanyak 5 orang 8,6 dengan perkembangan meragukan dan 2 orang 3,4 dengan perkembangan menyimpang.
5.2. Pembahasan
5.2.1. Status Gizi Anak Prasekolah
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas siswa-siswi TK Kalam Kudus memiliki status gizi yang normal 60,3. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan di TK Nurul Huda, Aceh yang menunjukkan 77,4 anak dengan status gizi yang normal Junaidi, 2013. Penelitian sebelumnya di Puskesmas Glugur Darat
Medan juga ditemukan 64,9 anak dengan gizi normal Turnip, Aritonang Siregar, 2014. Hasil yang sama diperoleh dari survei penilaian status gizi di Kota Depok
yaitu 91,4 anak dengan status gizi normal Rahmadini, Sudiarti Utari, 2013. Penelitian yang dilakukan di Madhya Pradesh, salah satu negara terbelakang di India,
juga ditemukan 64 anak dengan gizi normal Das Sahoo, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Pada hasil penelitian ini diperoleh jumlah subjek penelitian dengan gizi lebih sebanyak 25,9. Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya di TK Kecamatan
Banjarbaru Utara dimana ditemukan 25,6 anak dengan obesitas Hapisah, 2015. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan dari World Health Organization WHO
bahwa kegemukan pada masa kanak-kanak childhood obesity menjadi salah satu masalah serius dalam bidang kesehatan masyarakat pada abad ke-21 WHO, 2010
dan juga sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya bahwa prevalensi anak dengan gizi lebih di negara Asia sebesar 60 dan paling tinggi jika dibandingkan dengan
negara lain Gupta et al., 2012. Dari data diperoleh ditunjukkan minoritas subjek penelitian dengan gizi
kurang 13,8 . Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Desa Wonosari, Mojokerto dimana ditemukan hanya 12 anak 23,5 dengan status gizi kurang
Khasanah, 2014. Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitian Kabupaten Karanganyar, hanya ditemukan 28 anak dengan status gizi kurang Alboneh, 2013.
Penelitian di TK GMIM Solafide Kelurahan Uner Kecamatan Kawangkoan Induk Kabupaten Minahasa juga menunjukkan minoritas anak dengan gizi kurang 14,3
Kasenda, Sarimin Obnibala, 2015.
5.2.2. Perkembangan Anak Prasekolah
Dari data yang diperoleh, ditemukan mayoritas subjek penelitian dengan perkembangan yang normal 65,5. Hasil yang sama diperoleh dari penelitian yang
dilakukan di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Passi Timur Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara dimana 73,4 anak memiliki perkembangan yang
sesuainormal Moonik, Lestari Wilar, 2015. Penelitian di Taman Kanak-Kanak dan PAUD di Kecamatan Klojen Kotamadya Malang juga memperoleh hasil
mayoritas anak dengan perkembangan normal 95,1 Ariani Yosoprawoto, 2012. Hasil sejalan juga diperoleh dari penelitian di TK ABA 1 Lamongan dimana
93,75 anak dengan hasil KPSP yang sesuai Kusbiantoro, 2015.
Universitas Sumatera Utara
Namun hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian di Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang dimana ditemukan mayoritas anak dengan perkembangan
meragukan 47,1 Hayu, Amalia Kurniati, 2013. Hal ini dikarenakan subjek penelitian tersebut merupakan balita dengan gizi kurang dan memiliki status ekonomi
rendah dengan penghasilan orang tua dibawah UMR sedangkan untuk perkembangan anak yang baik dibutuhkan kesehatan dan gizi yang baik dari ibu hamil, bayi dan
anak prasekolah Fida Maya, 2012. Penelitian sebelumnya di Taman Kanak- Kanak GMIM Baithani Koha juga memperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara pendapatan keluarga dengan status gizi anak Bunaen, Wahongan Onibala, 2013.
Dari data yang diperoleh ditunjukkan bahwa 5 dari 9 subjek penelitian berumur 3 tahun mengalami perkembangan meragukanmenyimpang sedangkan
hanya 4 dari 15 subjek penelitian berumur 5 tahun yang mengalami perkembangan meragukanmenyimpang. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar umur
anak, rasio anak yang mengalami perkembangan meragukanmenyimpang semakin kecil. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya di Taman Kanak-Kanak dan
PAUD di Malang yang menyatakan bahwa faktor umur anak merupakan salah satu resiko terjadinya gangguan tumbuh kembang anak dengan diperoleh hasil
keterlambatan perkembangan anak lebih banyak ditemukan pada usia muda Ariani Yosoprawoto, 2012.
5.2.3. Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Anak Prasekolah
Setelah dilakukan pengambilan data pada 58 subjek penelitian dan pengolahan data dengan uji statistik fisher’s exact test, diperoleh hasil nilai p value = 0.004
p0.05 yang menunjukkan adanya hubungan antara status gizi dengan
perkembangan anak prasekolah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya di Jepara dengan p value =0.001 menunjukkan adanya hubungan antara
status gizi dengan perkembangan anak Dewi, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Dari data yang diperoleh, ditemukan mayoritas subjek penelitian memiliki status gizi dan perkembangan yang normal 41,4. Hasil ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan di TK Al-Aqsha Desa Bangun Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto, 60,5 subjek penelitian memiliki status gizi dan
perkembangan normal Afita, 2015. Penelitian di Puskesmas Purwantoro 1 Wonogiri juga memperoleh hasil yang sama, sebesar 56 anak memiliki status gizi dan
perkembangan normal Dewi Arini, 2011. Hasil penelitian menunjukkan 7 dari 8 subjek penelitian dengan gizi kurang
memiliki perkembangan yang meragukanmenyimpang dimana 5 orang 8,6 dengan perkembangan meragukan dan 2 orang 3,4 dengan perkembangan
menyimpang. Penelitian yang dilakukan di Desa Tahunan Kabupaten Jepara juga memperoleh hasil bahwa anak dengan gizi kurang semua mengalami perkembangan
yang meragukanmenyimpang 14 Dewi, 2011. Hasil serupa diperoleh penelitian yang dilakukan di desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember, 67,9
anak dengan status bawah garis merah memiliki perkembangan yang meragukanmenyimpang 67,9 Arifah, Rahmawati Dewi, 2013. Namun hasil
penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian di Puskesmas Purwantoro 1 Wonogiri, 14 dari 24 anak dengan gizi kurangburuk memiliki perkembangan yang
normal. Hal ini dikarenakan pada penelitian tersebut ditemukan adanya pengaruh orang tua dalam memberikan stimulasi melalui sarana permainan Dewi Arini,
2011. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, mayoritas subjek penelitian
dengan gizi lebih memiliki perkembangan yang baik 22,4. Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan di Jepara dimana semua anak dengan gizi lebih
4,3 memiliki perkembangan yang meragukanmenyimpang Dewi, 2011. Adanya variasi dari hasil penelitian yang diperoleh disebabkan karena status gizi yang bukan
satu-satunya faktor yang mempengaruhi perkembangan anak. Dari penelitian sebelumnya di Spanyol, stimulasi psikososial baik secara
internal dalam keluarga bersama ibu maupun eksternal bersama teman-teman sebaya
Universitas Sumatera Utara
dan lingkungan, merupakan faktor penting yang mempengaruhi perkembangan anak selain status gizi Henningham Boo, 2010. Komponen utama dalam program
stimulasi anak adalah bermain karena anak-anak kebanyakan belajar melalui bermain UNICEF, 2012.. Dari penelitian sebelumnya, diperoleh hasil positif hubungan
antara alat permainan edukatif dengan perkembangan anak prasekolah dimana perkembangan 14 dari 17 anak menjadi normal setelah stimulasi dengan permainan
tersebut Sain, Ismanto Babakal, 2013. Selain itu, pola asuh orang tua juga mempengaruhi perkembangan anak, dari penelitian sebelumnya 7 dari 8 anak dengan
pola asuh orang tua otoriter memiliki perkembangan yang meragukan.menyimpang Rini Nikmah, 2013. Hasil yang sama diperoleh dari penelitian di Kota
Banjarmasin dimana 67,2 anak dengan pola asuh orang tua yang baik, memiliki perkembangan yang normal Hapisah Rusmilawaty, 2015.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa selain status gizi mempengaruhi perkembangan anak, terdapat juga beberapa faktor lain yang harus
dipenuhi agar perkembangan anak optimal.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dari 58 subjek penelitian yang diteliti ditemukan mayoritas subjek penelitian dengan status gizi dan perkembangan
normal dengan jumlah 24 orang 41,4. Selain itu, diantara subjek penelitian dengan status gizi normal ditemukan 9 orang 15,5 dengan perkembangan
meragukan dan 2 orang 3,4 dengan perkembangan menyimpang Dari 15 orang subjek penelitian 25,9 dengan gizi lebih, ditemukan 13 orang 22,4 dengan
perkembangan normal dan masing-masing satu orang 1,7 dengan perkembangan meragukan dan menyimpang. Sedangkan dari 8 orang 13,8 subjek penelitian
dengan gizi kurang ditemukan hanya satu orang 8,6 dengan perkembangan yang normal, sisanya sebanyak 5 orang 8,6 dengan perkembangan meragukan dan 2
orang 3,4 dengan perkembangan menyimpang. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa adanya
hubungan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan anak prasekolah p value = 0,004.
6.2. Saran