Nilai-Nilai Budaya Amerika Kebudayaan dan Masyarakat Amerika

sakral, maka keseluruhan kaitan hubungan dalam saling menghidupi nilai-nilai budaya yang ada dalam kebudayaan tersebut akan terungkap dan corak kebudayaan tersebut akan dipahami.

2.2.1. Nilai-Nilai Budaya Amerika

Amerika Serikat merupakan bangsa besar yang terdiri dari, bukan lagi beragam suku bangsa, akan tetapi beragam bangsa-bangsa. Keragaman bangsa yang ada dalam masyarakat Amerika tidak terlepas dari sejarah terbentuknya bangsa Amerika. Sejarah kedatangan bangsa-bangsa di Amerika bermula dari migrasi bangsa Asia melalui selat Bering yang membeku pada 28000 SM menuju Amerika Utara. Kemudian dilanjutkan dengan kedatangan bangsa-bangsa Eropa, seperti mendaratnya kapal Spanyol yang dipimpin Crhistopher Colombus pada tahun 1492, atau kedatangan bangsa lain seperti Perancis, Portugal, Inggris, Irlandia, dan Jerman. Kedatangan bangsa-bangsa tersebut di Amerika tentunya membawa berbagai macam nilai budaya dari kebudayaan daerah asalnya. Berbagai macam nilai-nilai tersebut kemudian berakulturasi dan membentuk suatu nilai budaya baru. Di antara nilai-nilai budaya yang ada di Amerika, ada satu nilai yang sangat berpengaruh terhadap terbentuknya nilai budaya Amerika. Nilai tersebut berasal dari ajaran yang dibawa oleh kaum migran dari Inggris, yaitu puritanisme. Nilai-nilai dari ajaran puritan tersebut adalah: 1 percaya bahwa manusia pasti berbuat dosa. Untuk itulah, penganut puritanisme senantiasa beribadah untuk menghapus dosa mereka; 2 percaya bahwa Tuhan telah menentukan takdir dari seluruh laki-laki dan perempuan. Kepercayaan inilah yang membuat penganut puritanisme yakin dan percaya diri bahwa mereka bisa membuat keadaan mereka menjadi lebih baik; 3 percaya bahwa setiap orang bertanggung jawab atas kehidupan moral mereka. Untuk itulah, penganut Universitas Sumatera Utara puritanisme yakin akan adanya kemurahan Tuhan dan Tuhan memanggil mereka untuk senantiasa bekerja keras serta memasang mata dengan tajam atas segala bentuk dosa; dan 4 percaya pada Bible yang merujuk kepada perkataan Tuhan. Untuk mengerti Bible, penganut puritanisme mengharuskan diri mereka untuk belajar membaca sehingga menurut mereka pendidikan itu sangat penting. Ajaran puritan tersebut kemudian tercermin dalam kehidupan bangsa Amerika dan melahirkan nilai-nilai dasar budaya Amerika. Nilai-nilai dasar tersebut adalah: 1 kebebasan individu dan kemandirian. Artinya, masyarakat Amerika mengakui adanya kebebasan individu untuk melakukan sesuatu hal yang tidak bertentangan dengan hukum yang telah disepakati bersama. Berawal dari kebebasan inidividu kemudian memunculkan suatu kemandirian dari individu-individu masyarakat Amerika. Kemandirian itu tidak hanya berada individu, tetapi juga menjadikan Amerika sebagai negara yang mandiri; 2 persamaan untuk memperoleh kesempatan dan kompetisi. Nilai ini berkaitan dengan kebebasan individu, setiap inidividu dalam masyarakat Amerika mempunyai jaminan atas kesempatan yang sama dalam berbagai bidang kehidupan, misalnya ekonomi, keamanan, dan politik. Adanya jaminan atas kesetaraan dalam memperoleh kesempatan itulah kemudian muncul kompetisi. Tuntutan untuk memenuhi kebutuhan dari setiap individu Amerika menuntut mereka untuk berkompetisi agar kebutuhannya tercapai; dan 3 kemakmuran dan kerja keras. Tuntutan akan kemakmuran bagi masyarakat Amerika juga mendasari adanya semangat kerja keras bagi masyarakat Amerika, karena percuma saja mereka mendapat kesempatan akan tetapi tidak mempergunakannya dengan maksimal. Prinsip ini juga yang mendasari pemikiran ‘time is money’. Masyarakat Amerika beranggapan bahwa waktu harus secara maksimal untuk mendapatkan hasil yang Universitas Sumatera Utara maksimal pula. Untuk itulah, diperlukan usaha yang keras. Selain itu, kerja keras dan penghargaan terhadap waktu juga melahirkan prinsip lain, yaitu ‘learning by doing’s. Artinya, bangsa Amerika tidak ingin membuang waktu terlalu banyak untuk mempelajari sesuatu dalam kehidupannya. Nilai ini turut dipengaruhi oleh pragmatisme. Hollinger dan Capper 1993 mengatakan: “It is clear that pragmatism in this sense of trial becomes the idea of having efforts to seek for the meaning of something; something crucial that can influence the life of individuals as human beings. One of the crucial things is truth in which it defines many aspects of human lives.“ Sudah jelas bahwa pragamtisme dalam arti coba-coba menjadi pemikiran untuk memiliki usaha dalam rangka pencarian terhadap makna suatu hal; sesuatu yang krusial yang dapat mempengaruhi kehidupan para individu sebagai manusia. Salah satu yang menjadi hal krusial adalah kebenaran yang menentukan banyak dari aspek kehidupan manusia. Dalam menghadapi permasalahan di kehidupannya, bangsa Amerika juga dipengaruhi oleh konsep biformity dua bentukan. Konsep biformity dalam istilah lain disebut dengan paradoks. Kammen dalam Suparlan, 1991:6 memperlihatkan bahwa kebudayaan Amerika itu penuh paradoks. Terjadi pertentangan antara satu unsur nilai budaya dengan unsur atau nilai budaya lainnya terhadap suatu permasalahan yang sama Paradoks bangsa Amerika sangat terlihat dalam pengambilan sebuah keputusan two fold judgement . Contohnya dalam kasus invansi Irak yang merupakan kebijakan Presiden George W. Bush, di satu sisi mayoritas masyarakat Amerika menentang invasi tersebut karena bertentangan dengan demokrasi, tetapi di sisi lain mereka ingin membuktikan apakah dugaan terhadap kepemilikian Irak atas senjata biologi yang ditakutkan oleh pemerintah Amerika benar adanya. Inilah salah satu contoh dari paradoks Amerika. Di satu sisi, Pemerintah Amerika harus membuktikan kebenaran akan adanya senjata biologi milik Irak. Sementara di sisi lain, Pemerintah Amerika harus menghadapi konflik dalam negeri sendiri. Dalam konteks Universitas Sumatera Utara membuktikan kebenaran itu, terdapat prinsip ‘seeing is believing’. Artinya, untuk mempercayai suatu kebenaran mereka harus melihat sendiri kebenaran tersebut, atau dengan kata lain bangsa Amerika berpegang pada prinsip rasionalitas. Nilai-nilai yang menjadi dasar kehidupan bangsa Amerika tersebut secara turun-temurun tertanam dengan baik oleh setiap individu dalam masyarakat Amerika. Sampai sekarang pun, nilai-nilai tersebut masih menjadi inspirasi bagi Amerika untuk menjadi bangsa yang besar.

2.2.2. Pluralisme Bangsa Amerika