Apr 22 Guam
4 2
2 -
May 3 Indiana
North Carolina 72
115 32
67 38
48 -
May 6 West Virginia
28 8
20 -
May 13 Kentucky
Oregon 51
52 14
31 37
21 -
Jun 1 Puerto Rico
55 17
38 -
Jun 3 Montana
South Dakota 16
15 9
6 7
9 -
-
Sumber: www.barackobama.com\result Dengan kemenangan yang diperoleh dalam Democratic Primary Election ini,
maka Obama berhasil menjadi laki-laki kulit hitam pertama yang memenangi Primary Election sekaligus berkesempatan menjadi presiden pertama Amerika Serikat yang
memilih darah Amerika-Afrika. Selanjutnya, Obama hanya tinggal menunggu pengesahan dirinya sebagai calon presiden ke-44 Amerika Serikat dari Partai
Demokrat melalui konvensi nasional Partai Demokrat di Denver, Colorado, yang dimulai pada bulan Agustus 2008. Jika dilihat dengan teliti, konvensi Partai Demokrat
hanya sebatas formalitas saja karena proses kandidasi yang sebenarnya adalah pada Primary Election. Terlepas dari itu, konvensi Partai Demokrat bisa dilihat sebagai
forum untuk mendengarkan pendapat dari suara Super Delegates yang merupakan wakil dari tiap negara bagian.
3.6. Solusi Perubahan untuk Amerika
Dalam konsep political marketing, image atau pencitraan yang baik dapat berpengaruh secara signifikan terhadap popularitas seorang kandidat untuk meraih
Universitas Sumatera Utara
dukungan politik. Pencitraan seorang kandidat tersebut salah satunya dapat dilihat dari slogan yang diusung. Slogan dalam political marketing dapat memunculkan sebuah
stimulus politik yang selanjutnya akan mempengaruhi sikap, aspirasi, dan perilaku, termasuk pilihan politik. Oleh karena itu, pemilihan slogan dari seorang kandidat
harus merepresentasikan kebutuhan konstituen. Seperti halnya tayangan iklan sebuah produk komersil, slogan politik dari seorang kandidat dapat mempengaruhi individu
dari tataran kognitif sampai adaptif. Artinya, slogan kampanye akan berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah suara yang akan didapatkan seorang kandidat dalam
sebuah pemilihan umum. Hillary dan Obama dalam Democratic Primary Election tahun 2008
menawarkan dua buah slogan yang berbeda, Hillary dengan slogan “Solutions for America” dan Obama dengan slogan “Change We Can Believe In”. Dua slogan yang
berbeda tersebut tentunya memiliki makna dan tujuan yang berbeda pula. Secara sederhana, ketika kita melihat dua slogan tersebut tentunya kita akan bertanya: Solusi
seperti apa? Kemudian, perubahan seperti apa? Berangkat dari dua pertanyaan tersebut, agaknya harus disepakati bahwa pemilihan slogan-slogan tersebut tidak
sekedar asal pilih. Slogan-slogan tersebut pastilah merepresentasikan sebuah visi, misi dan tujuan dari kedua calon tersebut.
Hillary Clinton merupakan pemain lama dalam pentas politik dan pemerintahan Amerika. Untuk itulah, dapat dilihat bahwa Hillary merepresentasikan
pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman yang luar biasa dalam politik dan pemerintahan Amerika. Jadi, dapat dilihat bahwa slogan “Solutions for America”
yang diusungnya merupakan representasi dari penawaran atas pengetahuan, pemahaman dan pengalaman yang dimiliki oleh Hillary. Hal ini sesuai dengan apa
yang dikatakan oleh Hillary www.voa.com, yaitu: “I see what is happening and we
Universitas Sumatera Utara
have to reserve it. Some people think elections are a game. They think it like who is up or who is down. It is about our country.” Saya melihat apa yang sedang terjadi dan
kita harus memperbaikinya. Beberapa orang berpikir bahwa pemilihan adalah sebuah permainan. Mereka berpikir pemilihan hanyalah sebatas siapa yang ada di atas atau
siapa yang ada dibawah. Ini tentang negara kita. “Our country”yang dikatakan oleh Hillary adalah Amerika Serikat sebagai sebuah negara federal . Hal ini menjelaskan
bahwa memang Hillary menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan individu maupun komunitas. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa nilai yang sakral
dalam budaya Amerika, yaitu posisi negara diatas komunitas dan individu dalam piramida terbalik, memang benar-benar terepresentasi dalam slogan yang diusungnya.
Dalam hal ini, jelas terlihat bahwa slogan yang diusung oleh Hillary merupakan pencerminan dari nilai sakral yang ada di Amerika. Meskipun demikian, slogan yang
diusung oleh Hillary tidak bisa mengonstruksi citra lebih dari itu. Bahkan ada kecenderungan bahwa citra Hillary terlampau terbebani oleh sejarah, terutama pada
saat dia harus menemani skandal demi skandal yang menimpa Bill Clinton. Di berbagai media muncul kecenderungan asumsi bahwa Hillary tidak jujur di beberapa
kesempatan terhadap berbagai isu yang menjadi pertanyaan publik. Selain itu, juga ada kekhawatiran intervensi atau asistensi berlebihan yang sangat mungkin dilakukan
oleh Bill Clinton. Isu inilah yang beberapa waktu lalu mencuatkan sebutan sinis untuk perpaduan Bill dan Hillary yakni’Billary’.
Berbeda dengan Hillary, Obama mengusung sebuah slogan yang cukup menjanjikan, yaitu “Change We Can Believe In”. Dari kata‘Change’, dilihat bahwa
slogan ini merepresentasikan sebuah semangat muda yang gerah melihat kebobrokan pemerintahan yang digawangi oleh generasi tua. Namun demikian, nilai yang ingin
disampaikan dalam slogan ini bukanlah nilai yang hanya sekedar berharap dan tidak
Universitas Sumatera Utara
mau bergerak. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Obama: “The politics of hope has never meant that we ignore difficult problems.” Politik harapan tidak pernah
berarti bahwa kami mengabaikan masalah-masalah yang sulit. Ini menjelaskan bahwa Obama mencoba sebuah harapan tentang perubahan yang akan direalisasikan dengan
program-program yang ditawarkannya. Jika dicermati, slogan ini mirip dengan iklan politik ’Daisy’ milik Lyndon Bay Johnson yang pada waktu itu secara tegas dan
eksplisit menolak penggunaan nuklir atau kekerasan berdarah-darah di Kremlin. Selain itu pula, slogan ini berupaya mengasosiasikan diri Obama dengan tema yang
ditawarkannya, yaitu ingin membawa Amerika ke era baru perubahan. Slogan ”change” ini secara faktual sangat digandrungi oleh kaum muda, kelompok terdidik
dan kaum kritis. Ini tentu saja mengingatkan kita pada suksesnya Bill Clinton pada 1992, yang waktu itu juga mengusung slogan ”change ” dan dengan konsepnya ”a
time for change” hingga mengalahkan George H.W. Bush yang berkuasa sejak 1988. Pertarungan slogan antara “Solutions for America” dan “Change We can Believe in”
memperlihatkan sebuah pertentangan pemikiran dan orientasi dari dua kandidat yang mewakili dua generasi yang berbeda. Pertentangan pemikiran ini tidak hanya terjadi
pada Hillary dan Obama sebagai dua kandidat yang sedang berkandidasi, namun juga memperlihatkan pertentangan pemikiran dan orientasi dari generasi tua dan generasi
muda yang termasuk dalam konstituen Partai Demokrat. “We can Believe in” memperlihatkan semangat dan optimisme Obama untuk melakukan perubahan di
Amerika. Semangat ini sangat mengena pada konstituen Partai Demokrat berusia di bawah 40 tahun yang notabene sebagai konstituen dengan jumlah terbesar. Ini jelas
berbeda dengan slogan Hillary yang hanya mampu menarik simpati dari konstituen Partai Demokrat di atas usia 40 tahun. Dengan perbedaan tersebut, maka dapat dilihat
bahwa slogan yang diusung Obama lebih efektif dalam meraih suara dari konstituen
Universitas Sumatera Utara
Partai Demokrat dan mampu memberi ruang lebih bagi Obama untuk dapat memenangkan Democratic Primary Election 2008.
3.7. Pragmatisme Amerika: Pilihan Rasional sebagai Faktor Penentu Kemenangan Obama.