Metode Analisis Keabsahan Data

1.7.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data sekunder, yaitu dokumen-dokumen berupa artikel-artikel dari koran maupun internet mengenai apa yang menjadi fokus penelitian serta buku- buku atau literatur yang dapat membantu analisis data. Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dari data yang bersifat fakta dan opini. Dalam proses analisis peneliti akan membandingkan serta menyinkronkan data berupa fakta dengan data berupa opini.

1.7.5. Metode Analisis

Metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah mempertimbangkan konteks historisnya bersama dengan prasangka-prasangka penafsiran, seperti tradisi, kepentingan praksis, bahasa, dan budaya. Dengan kata lain, yakni menggunakan teks, konteks, dan kontekstualisasi 20 Dalam setiap penelitian, diperlukan sebuah standar untuk melihat derajat kepercayaan atau kebenaran terhadap hasil penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, derajat penelitian itu disebut dengan keabsahan data. Keabsahan data dalam penelitian ini ditempuh melalui teknik koroborasi. Koroborasi adalah bagian utama yang kompleks dari metode penelitian kesejarahan dan studi pustaka. Teknik ini . Raharjo, 2008:31

1.7.6. Keabsahan Data

20 Analisis dalam penelitian ini berangkat dari data-data teks berupa berita tertulis, artikel, ataupun literatur. Kemudian dari data teks tersebut akan dicari konteks dari makna yang ada dalam sebuah informasi fakta atau ungkapan dari seeorang. Makna tersebut lalu akan dikontekstualisasikan dengan apa yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini. Universitas Sumatera Utara dilakukan dengan membandingkan antara dua atau lebih sumber untuk menentukan masalah atau bukti-bukti yang kontradiktif 21 . 21 Dalam hal ini sumber data perlu dikoroborasikan secara harfiah: bukti penguat dengan melakukan konfirmasi dengan fakta sejarah atau ilmiah lainnya. Caranya adalah dengan membandingkan antara data penelitian dengan literatur-literatur pustaka lainnya, baik yang mendukung maupun yang berlawanan sehingga di dapat keabsahan data Universitas Sumatera Utara

BAB II MILTIKULTURALISME DAN NILAI-NILAI BUDAYA AMERIKA DALAM

PROSES PEMILIHAN UMUM Budaya politik yang terdapat di sebuah negara tentunya dibentuk oleh budaya yang ada dalam masyarakat di negara tersebut. Dalam negara multikultur seperti Amerika, pergulatan berbagai macam budaya dari tiap bangsa yang ada di sana tentunya - mau atau tidak mau - akan mengalami sebuah proses asimilasi yang kemudian akan melahirkan sebuah budaya baru yang akan disebut sebagai budaya Amerika. Olson dan Degler dalam Suparlan, 1991:6 mengatakan bahwa kebudayaan Amerika itu bercorak heterogen dan majemuk. Dalam pengertian tersebut, kebudayaan Amerika dilihat sebagai sebuah kebudayaan yang muncul akibat pecampuradukan dari keanekaragaman kebudayaan asal etnik yang beradaptasi dengan lingkungan Amerika. Degler dalam Suparlan, 1991:6 menganalogikan corak kebudayaan Amerika sebagai salad bowl atau sepiring asinan, seperti kutipan berikut: “....some habits of all country were not discarded;. .. .the children of immigrants even into the third and fourth generations restrained their differences. In view of such failure to melt and to fuse, the metaphor of melting pot is unfortunate and misleading. A more accurate analogy would be salad bowl. Though salad is entity, the lecture can still be distinguished from chichory, the tomato from cabbage. “ Beberapa kebiasaan dari semua negara tidak dilewatkan begitu saja; ... anak- anak imigran sampai pada generasi ketiga atau keempat terus bertahan dengan perbedaan-perbedaan yang melekat di diri mereka. Berangkat dari kegagalan untuk larut dan melebur, akan berupa sepiring asinan melting pot tidak lagi menguntungkan dan tidak lagi tepat digunakan. Asinan adalan entitas, penasihat dapat tetap membedakan dari chichory, tomat dan kubis. Dari kutipan tersebut, dilihat bahwa pecampuradukan budaya mutlak terjadi. Namun demikian, pecampuradukan tersebut seharusnya tidak semata-mata membuat sebuah nilai-nilai budaya dari kelompok minoritas menghilang dan melebur jadi satu dengan Universitas Sumatera Utara