Kandungan Merkuri pada Air Sungai Aek Sayu

49

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Kandungan Merkuri pada Air Sungai Aek Sayu

Berdasarkan pemeriksaan kadar merkuri pada air Sungai Aek Sayu diperoleh bahwa kadar merkuri tertinggi berada pada titik 3 yaitu sebesar 1,746 ppb atau 0,0017 ppm dan terendah terdapat pada titik 1 yaitu sebesar 0,893 ppb atau 0,0008 ppm. Hasil tersebut di atas menunjukkan bahwa air Sungai Aek Sayu sudah tercemar oleh merkuri diperkirakan merupakan ekses dari kegiatan penambangan emas tradisional di Desa Hutapungkut yang telah dilakukan selama lebih kurang 15 tahun oleh masyarakat sekitar. Kadar merkuri yang terdapat pada air sungai sudah melewati Nilai Ambang Batas NAB yang ditetapkan kecuali sampel air pada titik ke 1 pengambilan sampel tetapi bila pengolahan emas dan pembuangan lumpur sisa olahan yang mengandung merkuri masih tetap dilakukan pada air sungai dapat menyebabkan akumulasi merkuri akan meningkat pada air sungai dan endapan lumpur di dasar sungai. Kegiatan penambangan emas di Desa Hutapungkut ditandai dengan peralatan dan teknologi rendah tanpa teknik perencanaan yang baik. Penambangan dilakukan di daerah perbukitan dengan menggali lubang atau terowongan yang berukuran 1,5 x 1,5 m sampai ditemukan urat kuarsa atau batuan yang mengandung emas. Urat 50 kuarsa yang mengandung biji emas ditumbuk sampai berukuran 1 - 2 cm, proses penumbukan dilakukan dilokasi penambangan. Selanjutnya digiling dengan alat gelundungan trommel sampai berbentuk serbuk pasir. Kemudian diolah dengan teknik amalgamasi, yaitu mencampur serbuk pasir urat kuarsa dengan Merkuri membentuk amalgam alloy. Amalgam kemudian dipisahkan melalui proses penggarangan pemijaran sampai didapat logam paduan emas bullion, sebelumnya dicuci dengan menyemprotkan air pada campuran amalgam kemudian diperas dengan kain parasut. Sebagian merkuri ditampung untuk dipergunakan kembali dan sebagian lagi merkuri menyatu dengan amalgam. Semua proses pencampuran dengan menggunakan merkuri seperti di atas, dilakukan oleh pekerja tanpa menggunakan Alat Pelindung Diri APD seperti masker, sarung tangan karet, sepatu boot dan pakaian panjang. Tailing atau lumpur sisa olahan dari proses amalgamasi yang mengandung merkuri langsung dibuang ke lingkungan sungai tanpa diproses terlebih dahulu, sehingga sangat berpotensi timbulnya dampak yang menyebabkan pencemaran bagi lingkungan khususnya air dan ikan di Sungai Aek Sayu. Selain itu, lingkungan yang terkontaminasi oleh merkuri dapat membahayakan kehidupan manusia karena adanya rantai makanan. Pembuangan tailing ke sungai merupakan potensi terakumulasinya merkuri di sedimen atau endapan lumpur sehingga mengakibatkan tercemarnya air sungai. Keadaan yang menyebabkan kandungan merkuri pada air sungai berbeda pada setiap titik pengambilan sampel juga dipengaruhi oleh faktor-faktor: kemiringan 51 sungai, mikroorganisme, curah hujan dan kualitas tanah, Mukono 2008. Kemiringan sungai dan curah hujan yang tinggi akan menyebabkan pengenceran kandungan merkuri pada sedimen sungai. Sebaliknya pada musim kemarau kandungan merkuri akan meningkat pada sedimen atau endapan lumpur hasil pembuangan tailing. Jenis aliran akan berpengaruh terhadap proses pengedapan kadar merkuri pada air dan sedimen. Pada titik 1 sebagai titik pembanding kadar merkuri terukur adalah paling rendah yaitu 0,893 ppb atau 0,0008 ppm. Hal ini dapat di jelaskan bahwa pada titik ke 1 kadar merkuri belum melewati Nilai Ambang Batas karena terdapatnya merkuri pada titik ke 1 pengambilan sampel air selain dari aktifitas pengolahan penambangan emas, secara alamiah dalam tanah terdapat deposit-deposit merkuri Palar 2008, misalnya dari tanah bekas galian dari lubang-lubang tambang yang terdapat di atas bukit sekitar aliran sungai Aek Sayu yang hanyut oleh hujan sehingga kadar merkuri pada titik ke 1 masih rendah dan belum mengganggu ke tatanan lingkungan perairan. Kadar merkuri pada titik 2 dengan jarak 100 meter dari titik ke 1 ke arah hilir yaitu 1,030 ppb atau 0,001 ppm, belum melewati Nilai Ambang Batas yang diperbolehkan. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah galundung pada titik ke 2 hanya terdapat 2 galundung dan kemiringan sungai lebih curam sehingga lumpur sisa olahan tidak banyak yang mengendap dan tidak mengakibatkan peningkatan konsentrasi merkuri yang signifikan pada air sungai. Sedangkan kadar merkuri tertinggi terdapat pada titik 3 dengan jarak 100 meter ke arah hilir dari titik ke 2 pengambilan sampel air yaitu 1,746 ppb atau 0,0017 ppm dan titik ke 4 dengan jarak 100 meter dari titik ke 3 ke arah hilir yaitu 1,647 ppb atau 0.0016 ppm.. Dari hasil observasi di lapangan, 52 kemiringan aliran sungai antara titik 3 pengambilan sampel air sampai ke titik 4 termasuk landai sehingga lumpur sisa olahan yang mengandung merkuri akan mengendap dan menjadi sedimen di dasar sungai. Kemiringan sungai yang landai tersebut akan menambah kandungan merkuri yang terakumulasi pada sedimen meningkat. Juga di antara kedua titik pengambilan sampel air tersebut terdapat sebanyak 52 buah galundung pengolahan bijih emas. Hal tersebut dapat menjadi pendukung menigkatnya kadar merkuri yang terukur pada titik 3 dan 4 pengambilan sampel air yang berasal dari butiran-butiran merkuri pada lumpur sisa olahan yang dibuang ke sungai. Sedangkan kadar merkuri air sungai pada titik 5 adalah 1,258 ppb atau 0,0012 ppm, konsentrasi merkuri pada titik 5 dipengaruhi oleh kondisi kemiringan sungai yang tidak landai sehingga merkuri beserta lumpur sisa olahan akan hanyut oleh derasnya aliran sungai dan mengurangi endapan lumpur pada dasar sungai. Semakin jauh ke arah hilir titik pengambilan sampel dari tempat pengolahan emas, merkuri akan mengalami proses dispersi pengenceran sehingga kadar merkuri lebih rendah. Rata-rata kadar merkuri pada sampel air Sungai Aek Sayu yang terukur dalam penelitian ini adalah 1,314 ppb atau 0,0013 ppm. Dari rata-rata kadar merkuri pada sampel air menunjukkan bahwa kadar merkuri pada air Sungai Aek Sayu sudah melewati Nilai Ambang Batas yang diperbolehkan menurut Peraturan Pemerintah No. 82. Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yaitu 0,001 mgl. 53 Proses pengolahan batuan emas dengan teknik amalgamasi merupakan salah satu faktor terjadinya pencemaran air oleh merkuri Widodo, 2008. Proses pengolahan emas dengan menggunakan merkuri dan pembuangan lumpur sisa olahan yang telah mengandung merkuri oleh para penambang emas di duga menjadi penyebab ditemukannya merkuri pada air sungai Aek Sayu. Pencampuran merkuri ke dalam galundung akan mengakibatkan merkuri mengalami tumbukan-tumbukan dan percikan menjadi ukuran yang lebih kecil dan bercampur dengan tailing. Dalam lingkungan yang tercemar oleh merkuri upaya yang dilakukan adalah penyehatan kembali lingkungan dengan cara : 1. Memindahkan sedimen yang mengandung merkuri, lalu melakukan isolasi dengan membuat bak pengendap yang mampu menampung material yang tercecer pada saat dan sedang melakukan penggarangan di dalam ruang tertutup atau kedap udara sehingga uap merkuri yang terbentuk bisa dialirkan kembali ke dalam bak pengendap yang tertutup rapat Juliawan, 2006 dalam Widowati, 2008. 2. Treatment tanah atau air yang terpolusi secara fisik atau kimiawi. 3. Remediasi secara biologis atau fitoremediasi menggunakan tumbuhan yang mampu menyerap metil merkuri. Fitoremediasi mengguanakan tanaman sebagai alat untuk mengolah bahan pencemar. Jenis tanaman yang dapat digunakan adalah Stelaria setacea tumbuh subur di tanah yang mengandung merkuri. 54 4. Bioremoval Dengan menggunakan mikroorganisme yang mampu mengabsorbsi polutan logam berat seperti merkuri dan dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang mengandung merkuri seperti: Pseudomonas, Fluorescens, Staphylococcus aereus, dan Bacillus sp Markuling, 2007 dalam Widowati, 2008.

5.2. Kandungan Merkuri pada Ikan

Dokumen yang terkait

Tinjauan Sosial Dan Ekonomi Keluarga Penambang Emas Di Tambang Emas Rakyat di Desa Hutabargot Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal

3 66 133

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sumur Gali Masyarakat Di Sekitar Penambangan Emas Tradisional Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015

3 11 100

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sawah Masyarakat Di Lokasi Pertambangan Emas Tradisional Di Desa Saba Padang Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017

2 41 136

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sumur Gali Masyarakat Di Sekitar Penambangan Emas Tradisional Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015

0 0 14

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sawah Masyarakat Di Lokasi Pertambangan Emas Tradisional Di Desa Saba Padang Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017

0 0 16

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sawah Masyarakat Di Lokasi Pertambangan Emas Tradisional Di Desa Saba Padang Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017

0 0 2

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sawah Masyarakat Di Lokasi Pertambangan Emas Tradisional Di Desa Saba Padang Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017

0 0 5

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sawah Masyarakat Di Lokasi Pertambangan Emas Tradisional Di Desa Saba Padang Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017

0 0 30

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sawah Masyarakat Di Lokasi Pertambangan Emas Tradisional Di Desa Saba Padang Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017

0 0 2

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sawah Masyarakat Di Lokasi Pertambangan Emas Tradisional Di Desa Saba Padang Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017 Appendix

0 0 54