a. Alasan ekologis : pengembangan pertanian berkelanjutan mendasarkan diri pada pengembangan ekosistem setempat di mana interaksi masyarakat dengan ekosistem
tersebut bersifat menentukan. Interaksi terjadi tidak hanya pada dimensi jasmani tetapi juga pada dimensi rohani, dimensi sosio-kultural bahkan religius.
b. Alasan prinsip keberlanjutan : pengembangan pertanian akan berkelanjutan hanya terjadi kalau didukung secara penuh serta terus-menerus oleh masyarakat setempat.
c. Alasan prinsip pendidikan : bahwa masyarakatlah yang harus diberdayakan . cara pemberdayaan paling efektif haruslah dilakukan melalui proses pendidikan bercorak
partisipatif.
2.6. Pertanian Organik sebagai Wujud Pertanian Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan
Isu pelestarian lingkungan kini begitu kuat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, dengan demikian segala usaha atau tindakan yang berkaitan dengan
pembangunan perlu memasukkan unsur pelestarian lingkungan. Unsur pelestarian lingkungan menjadi semakin penting dilakukan pada bidang pertanian. Kondisi
lingkungan yang ada akan berpengaruh langsung terhadap hasil pertanian. Berkaitan dengan hal itu, teknologi pertanian yang banyak menimbulkan efek negatif terhadap
keseimbangan ekosistem perlu ditinjau kembali untuk dicarikan jalan keluar atau penggantinya. Pertanian organik merupakan alternatif dalam menuju pertanian
berwawasan lingkungan. Revolusi hijau menerapkan strategi mengubah kondisi lingkungan untuk
mendukung peningkatan produksi , tetapi kurang mengindahkan kondisi lingkungan yang ada. Penerapan strategi yang demikian menyebabkan program revolusi hijau hanya
berhasil di wilayah yang mempunyai infrastuktur mendukung Sutanto, 2002. Bertolak dari kondisi tersebut perlu dikembangkan sistem pertanian yang spesifik lokasi dengan
mempertimbangkan agroekosistem. Melalui sistem pertanian yang spesifik diharapkan terjadi pengembangan yang sepadan dengan kondisi lingkungan.
Prinsip – prinsip pertanian berwawasan lingkungan secara lebih rinci seperti yang dikemukakan oleh Sutanto, 2002, adalah hal – hal sebagai berikut :
- Produktif, dikontrol oleh keragaman sistem - Memadukan tanaman pohon-pangan-pakan ternak-tanaman spesifik yang lain
- Bahan tercukupi secara swadaya dan memanfaatkan daur energi - Mempertahankan kesuburan tanah melalui prinsip daur ulang
- Menerapkan teknologi masukan rendah - Produksi tinggi
- Stabilitas pertanaman tinggi - Pengelolan tanah secara mekanik dilakukan pada aras sedang
- Erosi dikontrol secara biologi - Petak usaha tani dipisahkan menggunakan pagar hidup
- Menggunakan varietas yang tahan terhadap hama dan penyakit - Pertanaman campuran
- Tanaman toleran terhadap gulma Pembangunan pertanian berwawasan lingkungan erat kaitannya dengan upaya
mewujudkan pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan sustainable agriculture merupakan implementasi dari konsep pembangunan
berkelanjutan sustainable development pada sektor pertanian. Konsep pembangunan berkelanjutan mulai dirumuskan pada akhir tahun 1980’an sebagai respon terhadap
strategi pembangunan sebelumnya yang terfokus pada tujuan pertumbuhan ekonomi tinggi yang terbukti telah menimbulkan degradasi kapasitas produksi maupun kualitas
lingkungan hidup. Konsep pertama dirumuskan dalam Bruntland Report yang merupakan hasil kongres Komisi Dunia Mengenai Lingkungan dan Pembangunan
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Menurut WCED, 1987, dalam Suryana, 2005 , “Pembangunan berkelanjutan ialah pembangunan yang mewujudkan kebutuhan saat ini
tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk mewujudkan kebutuhan mereka” Berdasarkan definisi pembangunan berkelanjutan tersebut, selanjutnya
Organisasi Pangan Dunia FAO, dalam Suryana, 2005, mendefinisikan pertanian berkelanjutan sebagai berikut: …… manajemen dan konservasi basis sumberdaya alam,
dan orientasi perubahan teknologi dan kelembagaan guna menjamin tercapainya dan terpuaskannya kebutuhan manusia generasi saat ini maupun mendatang. Pembangunan
pertanian berkelanjutan menkonservasi lahan, air, sumberdaya genetik tanaman maupun hewan, tidak merusak lingkungan, tepat guna secara teknis, layak secara
ekonomis, dan diterima secara social. Selanjutnya the Agricultural Research Service
USDA dalam Saptana, dkk, 2007, mendefinisikan pertanian berkelanjutan sebagai pertanian yang pada waktu mendatang dapat bersaing, produktif, menguntungkan,
mengkonservasi sumber daya alam, melindungi lingkungan, serta meningkatkan kesehatan, kualitas pangan, dan keselamatan.
Pertanian berkelanjutan menurut Mulongov, 1993 dalam Kadir, 2002, mempunyai lima kriteria, yaitu : sehat secara ekologis ecologically sound, manusiawi
humane, dapat hidup secara ekonomis economically viable, dan dapat beradaptasi adaptable, pantas atau adil secara sosial socially just,. Sehat secara ekologis berarti
kualitas sumberdaya alam terpelihara dan vitalitas semua agrosistem manusia, hewan, dan organisme tanah meningkat. Keadaan ini dapat dicapai jika tanah dikelola dan
kesehatan tanaman, hewan, dan manusia dipelihara melalui proses biologis. Manusiawi berarti seluruh bentuk kehidupan manusia, hewan dan tanaman dihargai, martabat
dasar manusia diakui, hubungan diarahkan untuk menggabungkan nilai-nilai kemanusiaan seperti, kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerjasama dan rasa simpati.
Juga integritas budaya dan spritual dari masyarakat dilindungi dan dipelihara. Dapat beradaptasi berarti bahwa komunitas pedesaan mampu menyesuaikan diri terhadap
kondisi, antara lain pertumbuhan populasi, kebijakan dan permintaan yang selalau berubah. Dapat hidup secara ekonomis berarti bahwa petani dapat memproduksi
tanaman hewan dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi keperluannya serta memperoleh penghasilan karena mampu mengganti keperluan biaya produksi
pertaniannya. Pantas atau adil secara sosial berarti bahwa sumberdaya dan tenaga didistribusikan untuk keperluan dasar seluruh anggota masyarakat terpenuhi dan hak
mereka atas penggunaan lahan, modal yang cukup, bantuan teknis dan kesempatan pemasaran hasil terjamin.
Menurut Gips, 1986, dalam Sutanto, 2002, sistem pertanian berkelanjutan harus dievaluasi berdasarkan pertimbangan beberapa kriteria, antara lain:
1. Aman menurut wawasan lingkungan, berarti kualitas sumberdaya alam dan vitalitas keseluruhan agroekosistem dipertahankan mulai dari kehidupan manusia, tanaman
dan hewan sampai organisme tanah dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dicapai apabila tanah terkelola dengan baik, kesehatan tanah dan tanaman ditingkatkan, demikian
juga kehidupan manusia maupun hewan ditingkatkan melalui proses biologi.
Sumberdaya lokal dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga dapat menekan kemungkinan terjadinya kehilangan hara, biomassa dan energi, dan menghindarkan
terjadinya polusi. Menitikberatkan pada pemanfaatan sumberdaya terbarukan. 2. Menguntungkan secara ekonomi, berarti petani dapat menghasilkan sesuatu yang
cukup untuk memenuhi kebutuhannya sendiripendapatan, dan cukup memperoleh pendapatan untuk membayar buruh dan biaya produksi lainnya. Keuntungan menurut
ukuran ekonomi tidak hanya diukur langsung berdasarkan basil usahataninya, tetapi juga berdasarkan fungsi kelestarian sumberdaya dan menekan kemungkinan resiko
yang terjadi terhadap lingkungan. 3. Adil menurut pertimbangan sosial, berarti sumberdaya dan tenaga tersebar
sedemikian rupa sehingga kebutuhan dasar semua anggota masyarakat dapat terpenuhi, demikian juga setiap petani mempunyai kesempatan yang sama dalam
memanfaatkan lahan, memperoleh modal cukup, bantuan teknik dan memasarkan hasil. Semua orang mempunyai kesempatan yang sama berpartisipasi dalam
menentukan kebijkan, baik di lapangan maupun dalam lingkungan masyarakat itu sendiri.
4. Manusiawi terhadap semua bentuk kehidupan, berarti tanggap terhadap semua bentuk kehidupan tanaman, hewan dan manusia prinsip dasar semua bentuk kehidupan
adalah saling mengenal dan hubungan kerja sama antar makhluk hidup adalah kebenaran, kejujuran, percaya diri, kerja sama dan saling membantu. Integritas
budaya dan agama dari suatu masyarakat perlu dipertahankan dan dilestarikan. 5. Dapat dengan mudah diadaptasi, berarti masyarakat pedesaanpetani mampu dalam
menyesuaikan dengan perubahan kondisi usahatani: pertambahan penduduk, kebijakan dan permintaan pasar. Hal ini tidak hanya berhubungan dengan masalah
perkembangan teknologi yang sepadan, tetapi termasuk juga inovasi sosial dan budaya.
Pada prinsipnya pertanian organik sejalan dengan pengembangan pertanian dengan masukan teknologi rendah low input technology dan upaya menuju
pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Menurut Mugnisyah, 2001 dalam Kadir, 2002, penerapan teknologi budidaya yang berkelanjutan bila mana lahan yang dikelola
dapat memberikan produksi tanaman dan atau hewan yang memuaskan tanpa
menimbulkan kerusakan atas lahan tersebut sehingga produktivitasnya dapat dipertahankan oleh sistem pertanian itu sendiri Tuntutan untuk membangun sistem
pertanian yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan merupakan suatu keharusan dan bukan merupakan sesuatu yang boleh ditawar – tawar lagi seiring dengan kerusakan
lingkungan pertanian yang selama ini mengandalkan masukan input yang tinggi berbasis revolusi hijau. Indonesia, secara tertulis telah menganut konsep pembangunan pertanian
berkelanjutan. Hal ini termuat dalam amandemen UUD 1945, pasal 33 bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.
2.7. Dukungan Pemerintah Terhadap Pertanian Organik