Pedoman Praktek Pertanian Padi Organik

ular sawah, yang dihormati dan dicintai para petani. Ular sawah itu menolong petani dalam menyuburkan dan menjaga sawahnya dari hama tikus yang sangat merugikan. Pertanian Organik sesuai dengan jiwa petani yang pada dasarnya mempunyai kecintaan dan perhatian yang tinggi terhadap lingkungan. Harta yang paling berharga bagi seorang petani adalah tanah yang subur dan sehat di mana terdapat populasi mikroba yang sesuai untuk terjadinya siklus nutrien. Dengan demikian sudah saatnya dikembangkan strategi pertanian yang baru. Strategi pertanian yang mampu memberikan perlindungan kepada lingkungan dan kehidupan masa depan manusia. Strategi baru tersebut bukan sekedar dalam aspek teknik dan metode bertani, melainkan juga cara pandang, sistem nilai, sikap dan keyakinan hidup. Strategi pertanian yang mendasarkan pada prinsip-prinsip hukum alam. Alam dipandang secara menyeluruh, dimana komponennya saling tergantung dan menghidupi, dimana manusia juga adalah bagian di dalamnya. Pertanian organik dinilai sebagai strategi pertanian yang mampu menjawab tantangan di atas. Strategi pertanian yang mampu menyediakan ketersediaan pangan secara berkelanjutan karena ramah lingkungan dan berkeadilan sosial. Untuk itu kesadaran masyarakat secara umum akan pentingnya mengkonsumsi produk – produk organik perlu ditingkatkan melalui berbagai cara. Demikian pula halnya dengan para pelaku dunia usaha pertanian untuk dapat melakukan kegiatan pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Selanjutnya produk pertanian organik pantas dihargai lebih tinggi bukan karena para petani sudah menghasilkan bahan pangan melainkan lebih sebagai penghargaan dan ucapan terima kasih kepada para petani yang telah menjaga kelestarian lingkungan.

2.2.4. Pedoman Praktek Pertanian Padi Organik

Usaha tani padi secara organik dalam kenyataan di lapangan dilaksanakan secara beragam. Hal ini karena para petani pendamping pertanian organik belum banyak mengadopsi berbagai standar yang sudah ada. Dalam kenyataan mereka menentukan standar sendiri – sendiri. Hal ini mengakibatkan pertanian organik dipahami dan dilaksanakan secara beragam. Ada yang dalam aspek budidayanya sudah tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia sintetis, ada yang masih mentoleransi penggunanaan pupuk kimia sebagai pupuk dasar, ada yang sudah tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia tetapi menggunakan bibit unggul hasil rekayasa genetika. Pedoman praktek untuk pelaksanaan budidaya penanaman organik tanaman pangan padi dan non padi sagu, umbi-umbian, jagung, kacang-kacangan, sorghum. sebagaimana yang dikeluarkan oleh Jaringan Kerja Pertanian Organik, 2005 adalah sebagai berikut : 1. Benihbibit a. Melarang benih hasil rekayasa genetika termasuk hybrida. b. Benih-benih berasal bukan dari proses produksi bahan kimia. c. Melalui proses adaptasi. d. Benih teruji minimal 3 periode musim tanam. e. Diutamakan dari pertanian organik dan seleksi alam. f. Asal usul harus jelas. g. Diutamakan benih lokal benih petani. 2. Lahan a. Masa konversi peralihan lahan bekas sawah selama 3-4 musim tanam berturut turut secara organik. Catatan : melihat karakteristik ciri khas sesuai jenis lahan. b. Lahan bukaan baru alami tanpa konversi. c. Percepatan pemulihan lahan menggunakan pupuk hijau. 3. Pupuk a. Melarang penggunaan bahan kimia sintetis dan pabrikan. b. Mendorong penggunaan pupuk hasil komposisasi. c. Mengutamakan dari pupuk kandang dan ternak sendiri. d. Pupuk cair dari bahan alami. e. Mendorong mikroorganisme lokal. 4. Teknik Produksi : a. Penyiapan lahan ¾ Tidak merusak lingkungan. ¾ Pengelolaan secara bertahap. ¾ Pengolahan seminimal mungkin. ¾ Mengutamakan alat tepat guna, contoh : alat tradisional. ¾ Sesuai sifat tanaman dan kondisi tanah. b. Penanaman. ¾ Sistem campuran tumpang sari, tumpang gilir dan mina padi. ¾ Keragaman varietas sesuai dengan musim dan mempertimbangkan kearifan lokal. ¾ Disesuaikan dengan kebutuhan c. Pemupukan ¾ Disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah. d. Pengolahan OPT ¾ Penceganah preventif alami ¾ Sehat dan aman ¾ Mengendalikan populasi hama dengan prinsip alami ¾ Pengamatan intensif e. Gulma ¾ Dikendalikan sebelum merugikan tanaman ¾ Dipandang sebagai sumber hara f. Kontaminasi ¾ Irigasi dibuat trap perangkap pada parit g. Konversi lahan dan air ¾ Mengutamakan pencegahan erosi ¾ Mendukung pertumbuhan dan perkembangan mikro-organisme. h. Metode panen ¾ Tepat waktu ¾ Teknologi tepat guna 5. Pasca Panen a. Teknologi tepat guna untuk mendapatkan padi kadar air ideal, contoh: pengeringan. b. Dilarang menggunakan bahan sintetis atau pengawet. c. Penyimpanan di lumbung padi. 6. Harga a. Sistem fair trade: penetapan harga harus mempertimbangkan jasa petani sebagai penyokong kebutuhan pangan nasional. b. Kemitraan produsen – konsumen. Selanjutnya komponen pertanian organik menurut Husnain, dkk, 2005 meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Lahan. Lahan yang dapat dijadikan lahan pertanian organik adalah lahan yang bebas cemaran bahan agrokimia dari pupuk dan pestisida. Terdapat dua pilihan lahan : 1 lahan pertanian yang baru dibuka, atau 2 lahan pertanian intensif yang dikonversi untuk lahan pertanian organik. Lama masa konversi tergantung sejarah penggunaan lahan, pupuk, pestisida dan jenis tanaman. b. Budidaya pertanian organik Selain aspek lahan, aspek pengelolaan pertanian organik dalam hal ini terkait dengan teknik budidaya. Teknik bertani yang dilakukan harus memperhatikan berbagai ketentuan yang ada. c. Aspek penting lainnya Sesuai dengan standar pertanian organik yang ditetapkan secara umum, dalam melaksanakan pertanian organik harus mengikuti aturan berikut : 9 Menghindari penggunaan benih bibit hasil rekayasa genetika. Sebaiknya benih berasal dari kebun pertanian organik. 9 Menghindari penggunaan pupuk kimia sintetis, zat pengatur tumbuh, pestisida. Pengendalian hama dilakukan dengan cara mekanis, biologis dan rotasi tanaman. 9 Peningkatan kesuburan tanah dilakukan secara alami melalui penambahan pupuk organik, sisa tanaman, pupuk alam, dan rotasi tanaman legume. Penanganan pasca panen dan pengawetan bahan pangan menggunakan cara-cara yang alami.

2.2.5. Benih, Pupuk dan Pestisida Hayati