Penghayatan Pertanian Organik dalam Hidup Keseharian

Seperti halnya dalam pengolahan pupuk, pembuatan pestisida hayati juga belum banyak dilakukan oleh para petani organik. Selama ini para petani lebih banyak melakukan pengelolaan lingkungan dengan menciptakan kondisi dimana berbagai hama tersebut dapat dihambat perkembangannya misalnya dengan melakukan pengeringan lahan. Berbagai tanaman pengalih perhatiaan ataupun pengusir hama belum dimanfaatkan oleh para petani.

4.7.5. Penghayatan Pertanian Organik dalam Hidup Keseharian

Pada setiap strata dalam masyarakat sebagaimana disampaikan sebelumnya, Pertanian Organik dipahami sebagai suatu sistem pertanian yang berwawasan lingkungan, menuju pertanian yang berkelanjutan dan bahkan diyakini mampu menyuburkan tanah dengan berbagai asupan pupuk organik yang dipergunakan. Meskipun demikian bagi sebagian anggota P2L daya tarik ekonomi merupakan kunci awal ketertarikan mereka terhadap pertanian organik. Dalam perjalanan waktu selain mendapat nilai lebih dari sisi ekonomi mereka semakin merasakan adanya berbagai kemudahan dalam melaksanakan sistem pertanian ini dan selanjutnya semakin dihayati bahwa pertanian organik memang mempunyai dampak positif terhadap lingkungan. Dalam tahapan saat ini nilai lebih yang ditawarkan dari sisi ekonomi menyebabkan pertanian organik masih lebih dihayati secara teknis dan belum sampai kepada taraf filosofis atau menjadi semacam sikap hidup. Beberapa petani anggota P2L yang selama ini menjalankan usaha tani padi secara organik dengan sebaik-baiknya masih membuat berbagai permakluman untuk menjalankan pertanian non organik dengan masih mengandalkan pupuk dan pestisida kimia sintetis. Penggunaan pupuk dan pestisida tersebut kebanyakan pada lahan kering. Seluruh sawah Bu Ning 40 tahun penduduk Nggaron Lor, Gondowangi saat ini ditanami padi menthik wangi dan dikelola secara organik. Di samping mengelola sawah ada satu petak lahan kering yang ditanami cabai. Selama ini untuk merawat tanaman tersebut Bu Ning menggunakan pupuk dan obat kimia seperti halnya yang dilakukan oleh para petani pada umumnya. Menurut Bu Ning penghasilan dari tanaman cabai tersebut untuk menopang kebutuhan harian. Ada pendapat yang berkembang di sebagian masyarakat bahwa tanaman hortikultura semacam cabai dan aneka sayuran, jagung manis dan berbagai tanaman lainnya tidak bisa diusahakan dengan hasil yang baik tanpa menggunakan pupuk dan obat kimia. Pendapat yang demikian juga disampaikan oleh Pak Sujarwo, Camat Sawangan , bahwa tanaman hortikultura harus menggunakan zat-zat tersebut untuk mencapai keberhasilan. Lain halnya dengan Bu Ning, Pak Pujo 50 tahun, penduduk Mbengan, Mangunsari mengelola sebagian lahan sawahnya secara organik dan sebagian yang lain secara konvensional. Untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek misalnya untuk biaya sekolah bertani secara konvensional lebih menjadi pilihan karena dapat memperoleh hasil dalam waktu yang lebih singkat. Pak Karmin saat ini mengelola sebagian kecil tanaman padinya secara secara konvensional oleh karena ia harus mengikuti kemauan pemilik lahan. 4.7.6. Pemahaman Masyarakat tentang Program Go Organik 2010 dan Peran Pemerintah Terhadap Pengembangan Pertanian Organik Pemerintah melalui Departemen Pertanian mencanangkan Program Go Organik pada Tahun 2001. Menurut program tersebut kurun waktu Tahun 2006 – 2010 masuk pada tahapan terbentuknya kondisi industrialisasi dan perdagangan. Banyak pihak yang pesimis program tersebut dapat mencapai sasaran seperti yang sudah ditetapkan. Program Go Organik belum dipahami atau setidaknya didengar oleh para petani di Sawangan baik yang bertani secara organik maupun tidak. Kebanyakan petani belum pernah mendengar adanya program tersebut. Sosialisasi atau pengertian mengenai program tersebut hanya dimengerti oleh kalangan sangat terbatas dengan penguasaan informasi yang sangat terbatas pula. Program Go Organik 2010 lebih banyak berupa wacana karena belum ada juklak dan juknis untuk mewujudkan program tersebut. Menurut Pak Nursaid dan Pak Slamet Riyanto berbagai informasi mengenai program Go Organik 2010 lebih banyak disampaikan secara lisan melalui berbagai rapat koordinasi . Pak Wartono, ketua Kelompok Tani Dusun Piyungan Tirtosari juga mengaku belum mendengar adanya Program Go Organik 2010. Menurut Mbah Dirjo ia juga belum pernah mendengar adanya program tersebut apalagi di media massa tidak banyak memberi informasi mengenai program Go Organik 2010. Sosialisasi dari pemerintah juga belum pernah diterima. Setelah melakukan pertanian organik Mbah Dirjo merasa tidak pernah lagi didampingi oleh Petugas Penyuluh Lapangan PPL. Peran pemerintah untuk mengembangkan pertanian organik masih jauh dari optimal sehingga pencapaian program Go Organik 2010 diragukan oleh banyak orang terlebih saat ini tinggal 2 tahun lagi sudah terlewati Tahun 2010. Berbagai dokumen baik itu yang setingkat menteri, dirjen maupun yang berupa juklak dan juknis tentang pelaksanaan Go Organik sangat sulit diperoleh atau bahkan belum ada karena dokumen – dokumen tersebut juga tidak dimiliki Dinas Pertanian Kabupaten. Berbagai peraturan yang mendukung terwujudnya program Go Organik 2010 juga belum banyak dibuat oleh pemerintah adapun kalau ada peraturan – peraturan tersebut belum tersosialisasi dengan baik ke masyarakat. Beberapa keputusan pemerintah yang berhubungan dengan pertanian organik adalah sebagai berikut : 1. Standar Nasional Indonesia Nomor 01-6729-2002 tentang Sistem Pangan Organik 2. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 432KptsOT.13092003 Tentang Penunjukkan Pusat Standarisasi dan Akreditasi sebagai Otoritas Kompeten Competent Authority Pangan Organik. 3. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 02PertHK.06022006 tentang Pupuk Organik dan Pembebah Tanah. Oleh banyak pengamat peraturan yang sebenarnya ditunggu-tunggu adalah adanya peraturan tentang pembatasan atau pengurangan pemakaian secara bertahap pupuk dan pestisida kimia sintetis. Rencana ke depan pertanian konvensional ini akan dikembangkan menjadi pertanian yang ramah lingkungan dengan penggunaan pupuk dan pestisida kimia secara terbatas tidak seperti yang dilakukan pada saat ini. Pengembangan pertanian yang ramah lingkungan ini sesuai dengan visi Dinas Pertanian Kabupaten Magelang. Meskipun di Sawangan pada saat ini terdapat banyak pelaku pertanian organik, Dinas Pertanian belum melakukan pembinaan yang intensif. Pak Riyadi, Mantri Tani Kecamatan Sawangan yang merupakan kepanjangan tangan dari Dinas Pertanian membenarkan hal tersebut. Dinas selama ini baru sekedar mengetahui keberadaan kelompok – kelompok tersebut. Di tingkat Kecamatan tidak banyak kebijakan yang dilakukan kaitannya dengan Go Organik 2010 maupun dengan pembangunan bidang pertanian secara umum. Berbagai program kebijakan pembangunan pertanian direncanakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten. Untuk mewujudkan berbagai program kebijakan tersebut secara teknis didampingi oleh para petugas PPL dari Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Magelang. Dalam pandangan Pak Hery, anggota Komisi C, DPRD Kabupaten Magelang meskipun ia bukan duduk dalam komisi yang membidangi pembangunan pertanian memang masih kurang perhatian pemerintah terhadap pertanian organik. Dalam Rencana Kerja Dinas Pertanian Kabupaten Magelang Tahun 2008 hanya ada satu kegiatan yang mendukung pertanian organik yaitu pembuatan pestisida alami dengan alokasi dana Rp. 15.000.000,- dengan outcome terbentuknya kelompok tani pembuat pestisida alami.

4.7.7. Tingkat Produksi dan Produktivitas Pertanian Padi Organik di Kecamatan Sawangan