Pertanian Kabupaten. Untuk mewujudkan berbagai program kebijakan tersebut secara teknis didampingi oleh para petugas PPL dari Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian
dan Kehutanan Kabupaten Magelang. Dalam pandangan Pak Hery, anggota Komisi C, DPRD Kabupaten Magelang
meskipun ia bukan duduk dalam komisi yang membidangi pembangunan pertanian memang masih kurang perhatian pemerintah terhadap pertanian organik. Dalam Rencana
Kerja Dinas Pertanian Kabupaten Magelang Tahun 2008 hanya ada satu kegiatan yang mendukung pertanian organik yaitu pembuatan pestisida alami dengan alokasi dana Rp.
15.000.000,- dengan outcome terbentuknya kelompok tani pembuat pestisida alami.
4.7.7. Tingkat Produksi dan Produktivitas Pertanian Padi Organik di Kecamatan Sawangan
Pertanian organik diyakini sebagai sistem pertanian yang berkelanjutan. Ada tiga dimensi yang saling berkait dalam cakupan keberlanjutan yaitu dimensi
lingkungan, dimensi sosial dan dimensi ekonomi. Tinjauan keberlanjutan dari dimensi ekonomi apabila produksi hasil pertanian mampu mencukupi kebutuhan dan
memberikan pendapatan yang cukup untuk melaksanaan keberlanjutan penghidupan. Untuk mencapai tingkat produksi yang diharapkan maka perlu dilakukan berbagai
upaya meningkatkan produktivitas lahan. Produktivitas dapat diartikan sebagai suatu keluaran dari setiap produk persatuan baik satuan total maupun tambahan terhadap
setiap masukan atau faktor produksi tertentu, misalnya sebagai hasil per satuan benih, tenaga kerja, atau air selain terhadap satuan luas lahan. Produktivitas adalah rasio
output dan input suatu proses produksi dalam periode tertentu. Secara lebih mudah produksi pertanian diartikan sebagai hasil total dari luas
lahan yang dikelola dalam jangka waktu 1 tahun atau 1 musim atau jumlah kumulatif hasil dari seluruh luas lahan. Produktivitas diartikan sebagai hasil total dibagi luas
lahan sehingga akan didapatkan satuan hasil tonhektar. Selanjutnya data produksi dan produktivitas lahan yang dikelola oleh Paguyuban Petani Lestari disajikan dalam tabel
berikut : Tabel 4.9
Data Produksi dan Produktivitas Lahan Padi Menthik Wangi Organik P2L Luas Panen Ha
Produksi Ton Produktivitas kwha
15 121 40,33
Sumber : Analisis Data, 2008 Luas Panen lahan dari petani yang tergabung dalam P2L seluruhnya ada 15 hektar.
Dari luas lahan 15 ha tersebut dalam waktu satu tahun dapat menghasilkan produksi gabah kering giling sebanyak 121 ton yang merupakan hasil panen dari 2 musim
tanam. Capaian tingkat produktivitas lahan pada saat sekarang ini adalah 40,33 kwha gabah kering giling.
Data lapangan yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat produktivitas sebesar 40,33 kwha tersebut dapat dicapai pada lahan sawah yang sudah dikelola
secara organik sedikikitnya selama 4 musim tanam. Peralihan sistem usaha tani dari sistem konvensional ke sistem organik tentu saja akan menurunkan tingkat
produktivitas lahan. Penurunan tingkat produktivitas berbanding lurus dengan riwayat pemakaian pupuk kimia sebelumnya. Bila pemakaian pupuk kimia sebelumnya
semakin banyak maka penurunan produktivitas juga semakin besar. Hasil penggalian data di lapangan menunjukkan laju produktivitas lahan yang dikelola secara organik
adalah sebagaimana disajikan dalam tabel berikut : Tabel 4.10
Produktivitas Lahan Padi Menthik Wangi Organik Pada Musim Tanam pertama s.d. Musim Tanam ke empat
No. Masa Tanam
Asupan Pupuk Kandang kwha
Produktivitas kwha 1. Masa
Tanam 1
permulaan organik 20 rit colt 20 x 500 kg =
100 kwha 30 kwha
2. Masa Tanam 2
10 rit colt 10 x 500 kg = 50 kwha
32,5 kwha 3.
Masa Tanam 3 10 rit colt 10 x 500 kg =
50 kwha 35 kwha
4. Masa Tanam 4
10 rit colt 10 x 500 kg = 50 kwha
40 kwha
Sumber : Analisis Data, 2008 Pengalaman di lapangan menunjukkan setelah masa tanam secara organik yang
keempat tingkat produktivitas lahan yang dikelola secara organik sudah setara dengan tingkat produktivitas lahan yang dikelola secara organik yaitu pada kisaran angka 40 –
50 kw ha yang dipengaruhi salah satunya oleh musim. Pada musim kemarau biasanya akan diperoleh hasil panen yang lebih baik dibandingkan dengan musim penghujan.
Penurunan hasil pada masa awal dimulainya usaha tani secara organik merupakan masa kritis dimana petani menanggung kerugian yang cukup besar.
Kerugian akan semakin dirasakan terutama bagi petani buruh karena hasil panen masih harus dibagi dengan pemilik lahan. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah
petani betul-betul mengalami kerugian ? Berapa besar kerugian tersebut dibandingkan apabila usaha tani dilaksanakan secara konvensional? Perhitungan secara lebih
lengkap akan disajikan pada pembahasan selanjutnya.
4.8. Keuntungan dari Bertani Secara Organik
Berbagai keuntungan yang dapat diraih melalui pelaksanaan pertanian organik adalah hal – hal sebagai berikut :
1. Keuntungan Ekologis
Penggunaan pupuk dan pestisida kimia secara terus-menerus menyebabkan pengaruh yang nyata pada kondisi tanah persawahan di Kecamatan Sawangan. Akibat
pemakaian pupuk dan obat – obatan kimia tanah persawahan yang seharusnya begitu kaya dengan berbagai kehidupan menjadi tempat yang kurang bersahabat bagi banyak
kehidupan. Para petani merasakan adanya perubahan yang nyata pada lahan persawahan mereka akibat menggunakan pupuk dan pestisida kimia sintetis secara terus menerus.
Kebutuhan pupuk terus meningkat dari waktu kewaktu dan kondisi tanah menjadi keras dan bantat. Para petani harus mengeluarkan lebih banyak tenaga untuk menggarap lahan
sawah mereka. Selain merasakan tanah yang bantat dan keras, para petani juga melihat bahwa cacing yang berperan besar dalam menggemburkan tanah tidak banyak lagi
ditemui pada lahan sawah mereka. Cacing dan belut yang mempunyai peranan besar dalam menggemburkan tanah
tidak lagi banyak ditemukan. Kawanan burung bangau yang mengitari petani yang sedang membajak tanah untuk memperoleh makanan merupakan pemandangan yang
asing dan bahkan terkesan aneh bagi banyak orang yang sebenarnya suatu hal yang biasa pada waktu lampau.
Pertanian organik yang sudah beberapa tahun dilaksanakan di Kecamatan Sawangan membawa perubahan nyata padi kondisi lahan sawah. Perubahan kondisi