Kriteria Rute Angkutan Umum

66 transportasi. Seperti pemilihan moda, pemilihan rute tergantung pada alternatif terpendek, tercepat, dan termurah, dan juga diasumsikan bahwa pemakai jalan mempunyai informasi yang cukup misalnya tentang kemacetan jalan sehingga mereka dapat menentukan rute yang terbaik Tamin, 2000:45.

2.8.3 Kriteria Rute Angkutan Umum

Rute angkutan umum pada dasarnya menganut dua filosofi dasar LPKM-ITB, 1997, yaitu pendekatan efisiensi dan efektivitas. Ditinjau dari pendekatan efektivitas, maka filosofi dasar perencanaan rute dapat dinyatakan sebagai berikut: Rute yang baik adalah rute yang mampu menyediakan pelayanan semaksimal mungkin pada daerah pelayanannya kepada penumpang dengan menggunakan sumber daya yang ada. Dari kedua pendekatan diatas, terlihat bahwa pendekatan pertama lebih ideal tetapi tidak realistik, sedangkan pendekatan kedua meskipun tidak ideal tetapi realistik Dengan mengacu pada filosofi dasar diatas, maka dalam perencanaan rute bus, berdasarkan LPKM-ITB 1997:IV-9 mengatakan kriteria utama yang sering digunakan untuk mengukur apakah suatu rute adalah baik, yaitu: kemampuan melayani daerah pelayanan, yaitu dengan ukuran-ukuran sebagai berikut:  Daerah pelayanan dengan lebar 0,8 km dan melayani 100 dari populasinya. 67  Daerah pelayanan selebar 0,5 km dan melayani 80 sd 100 dari populasinya.  Daerah pelayanan selebar 0,4 km dan melayani 60 sd 80 dari populasinya. Dari beberapa pengertian dan kriteria dalam penentuan maupun evaluasi rute angkutan umum, ada beberapa pendapatsumber tentang pengertiankriteria rute angkutan umum yang dapat disimpulkan sebagai berikut: SUMBER PENGERTIANKRITERIA RUTE ANGKUTAN UMUM Tamin, 2000 Prinsip dasar rute angkutan umum adalah untuk saling menghubungkan antara wilayah kota, permukiman, daerah komersial dan rekreasi. Menurutnya krieria suatu rute berdasarkan pengguna angkutan umum terdiri dari waktu tempuh, biaya perjalanan, dan biaya operasional kendaraan. Santoso, 1996 Suatu rute angkutan umum harus melayani karakteristik perjalanan, karakteristik ekonomi dan karateristik yang berbeda-beda. Dan yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan rute adalah:  Lokasi geografis dimana rute ditempatkan.  Luasan daerah pelayanan atau koridor daerah pelayanan yang direncanakan.  Karakteristik daerah atau koridor pelayanan ditinjau dari kondisi tata guna lahan.  Keterkaitan dengan rute lain.  Konfigurasi rute. Sedangkan yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lintasan rute adalah:  Struktur dan konfigurasi jaringan jalan yang ada.  Hirarki dan kelas masing-masing jalan yang ada.  Kondisi lalu lintas masing-masing ruas jalan yang ada.  Panjang lintasan.  Route directness.  Aksessibilitas. Santoso, 1996 Rute angkutan umum hendaknya:  Mampu membangkitkan kebutuhan pergerakan penumpang dengan jumlah minilmal tertentu.  Mempunyai ”route directness” rendah.  Tidak Overlap dengan rute lain.  Menghindari jalan dengan kondisi jelek.  Memungkinkan untuk dapat dicapai waktu tempuh yang memadai.  Mudah dicapai oleh sebanyak-banyaknya anggota masyarakat.  Sedemikian sehingga biaya operasi yang dikeluarkan operator masih pada batas-batas yang wajar. 68

2.8.4 Daerah Pelayanan Rute Coverage Area