109
4.1 Analisis Pola Perkembangan Dan Penggunaan Lahan.
4.1.1 Pola Perkembangan Kota.
Wilayah Kota Palembang merupakan kota Metropolitan Metropolitan Area
Palembang dan sekitarnya. Wilayah metropolis ini meliputi wilayah kota Palembang dan bagian-bagian wilayah kabupaten Muba Musi Banyu Asin,
Kabupaten OKI Ogan dan Komering Ilir dan Kabupaten Muara Enim, yang terletak disekitar kota Palembang. Berdasarkan RTRWN, maka fungsi kota
Palembang adalah sebagai pusat jasa, pusat pengolahan, dan simpul transportasi .
Sebagai pusat jasa, bentuk-bentuk fungsinya akan meliputi pusat-pusat kegiatan bersekala nasional dan regional yaitu sebagai:
1. Pusat perdagangan dan jasa komersial; 2. Pusat pemerintahan;
3. Pusat jasa publik seperti pendidikan, kesehatan; 4. Pusat pariwisata.
Pertumbuhan dan perkembangan fisik Kota Palembang cenderung mengikuti pola perkembangan secara sentrifugal, yaitu proses bertambahnya
ruang kota ke arah luar dari daerah terbangun menuju ke daerah pinggiran kota. Dari Gambar 4.1, dapat dijelaskan bahwa perkembangan fisik Kota
Palembang termasuk ke dalam tipe campuran antara pola leap frog Development dengan ribbon development. Pola ribbon development ini dapat diidentifikasikan
dengan memperhatikan perkembangan fisik kota Palembang cenderung merembet sepanjang jalan utama, khususnya jalan masuk dan keluar kota. Pola ini dapat
dilihat pada perkembangan pembangunan fisik sepanjang jalan Kol. H. Burlian–
110
Jl. Jend. Sudirman, Jl. Ahmad Yani Kearah Plaju dan Kertapati, Jl. Basuki Rahmat-Jl. R Sukamto, dan pada koridor jaringan jalan utama lainnya. Pola leap
frog development dapat dilihat pada perkembangan pembangunan fisik kawasan
perumahan dan permukiman yang cenderung tersebar dengan pola tidak teratur dan berada diantara lahan non urban.
Pola perkembangan fisik perumahan dan permukiman di Kota Palembang dilakukan dengan dua cara yaitu secara individu, umumnya memiliki pola
menerus atau contiguous perluasan kluster permukiman yang telah ada; dan pola yang dikembangkan oleh pengembang, umumnya mengikuti pola melompat
skipping, yaitu memilih lokasi yang diperkirakan memiliki ”nilai jual” yang menguntungkan secara ekonomi. Berdasarkan kecenderungan tersebut, maka arah
pertumbuhan dan perkembangan fisik Kota Palembang lebih banyak ke arah Utara dan Barat. Kebijaksanaan rencana bagi pusat kota adalah dengan mengurangi
tingkat kepadatan di pusat kota dengan jalan menumbuhkembangkan bagian wilayah
di pinggiran
dan tengah
kota. Mulai
berkembangnya permukimanperumahan di lahan rawa yang potensial misalnya di Kecamatan
Seberang Ulu I Keramasan, Karya Jaya dan Kecamatan Ilir Barat II Gandus. Pengembangan lahan rawa demikian ini sering kali tidak mengikuti pola
pengembangan tata ruang yang ada, dimana pembangunan tersebut hanya mencari harga lahan yang murah dan menyebar tanpa melihat peruntukkan fungsi dari
lahan tersebut. Secara spasial arah perkembangan Kota Palembang disajikan dalam
Gambar 4.1 berikut:
111
Gambar 4.1 Pola Perkembangan Kota.
112
Sumber : Bappeda Kota Palembang, 2008
GAMBAR 4.2. KONSEP PENGEMBANGAN
STRUKTUR RUANG KOTA PALEMBANG
4.1.2 Penggunaan Lahan