Analisis Penentuan Pelayanan Angkutan Umum Dari Zona Potensial

170 terbesar berasal dari zona 9 sendiri, yaitu sebesar 66,67, sisanya berasal dari zona 1 sebesar 25, dan zona 2 sebesar 8,33. 10. Zona 10 memiliki jumlah penduduk dengan kepadatan sedang, mempunyai fungsi kawasan perkebunan, hutan, persawahan, danaurawa, permukiman, tegalantanah kosongbelukar. Persentase coverage area terlayani rendah, yaitu 60,00 dari luasan kawasan permukiman yang ada, tinggi persentase pelayanan rute angkutan umum pada wilayah zona 10 ini disebabkan kawasan permukiman yang ada dizona ini rata-rata berada di pinggiran jalan utama yang dilalui lintasan rute. Jumlah bangkitan terbesar merupakan bangkitan menuju zona 1 87,18, sisanya menuju zona 4 5,13, serta zona 2, zona 5 dan zona 10 sendiri masing-masing sebesar 2,56. Jumlah tarikan terbesar berasal dari zona 1 yaitu sebesar 46,15, sisanya berasal dari zona 8 yaitu sebesar 15,38, serta zona 2, zona 3, zona 4, zona 5 dan zona 10 sendiri masing-masing sebesar 7,69.

4.5 Analisis Penentuan Pelayanan Angkutan Umum Dari Zona Potensial

Yang Tidak Terlayani. Analisis penentuan pelayanan angkutan umum dari zona potensial yang dimaksud disini adalah zona-zona yang termasuk dalam hirarki serta kepadatan yang cukup tinggi namun karena luas cakupan dari buffer atau jangkauan sesuai standar yang dilakukan tidak terlayani secara keseluruhan, maka dibangun suatu analisis baru yang kaitannya untuk mengakomodasi terhadap tindakan penyelesaian permasalahan dengan menempatkan hasil output berupa wilayah yang kurang terlayani tersebut untuk direncanakan penempatan angkutan feeder. 171 Alternatif moda yang masuk kedalam kategori adalah moda yang memilki kapasitas angkut yang kecil hingga sedang. Adapun alternatif moda yang mungkin diterapkan untuk jalur feeder yaitu mikrolet, ojek, becak, bajaj. Berdasarkan hasil analisis pola pergerakan zona yang berpotensi sebagai bangkitan pergerakan, analisis jangkauan pelayanan rute AU terhadap daerah sekitar dan analisis pencapaian Lintasan Rute Angkutan Umum, terhadap variabel pelayanan yang perlu diperbaikiditingkatkan pelayanannya yaitu terhadap variabel coverage area, maka didapat kawasan-kawasan yang berpotensi untuk dilayani adalah:  Zona 9 terutama pada kelurahan Pulo Kerto, Gandus dan sebagian wilayah kelurahan Karang Jaya dimana memiliki persentase tidak terlewatidilintasi oleh pelayanan AU sebesar 90,91 dan persentase pencapaian lintasan rute dengan ojek dan becak yaitu sebesar 100. Hal ini mengidefikasikan bahwa dalam pemenuhan kebutuhan pergerakan mobilitasnya, penduduk kota Palembang yang belum terlayani oleh rute angkutan umum dilayani oleh angkutan-angkutan sewa Angkutan feeder yaitu kendaraan umum yang berukuran kecil dengan frekuwensi yang tidak begitu tinggi, seperti ojek, becak, bajaj dan lainnya.  Zona 8 terutama pada Kelurahan Lebong Gajah, Kelurahan Sri Mulya dan sebagian wilayah Kelurahan Sialang, dan Kelurahan Suka Maju.  Zona 6 terutama pada Kelurahan Talang Putri, Kelurahan Komperta, Kelurahan Plaju Ilir, dan Kelurahan Talang Bubuk serta sebagian wilayah Kelurahan Plaju Ulu. 172  Zona 7 terutama pada Kelurahan Suka Mulya, sebagian wilayah Kelurahan Sei Lincah dan Kelurahan Sei Lais.  Zona 5 terutama pada Kelurahan Kalidoni dan sebagian wilayah Kelurahan 2 Ilir, Kelurahan Bukit Sangkat, Kelurahan Duku serta Kelurahan 5 ilir  Zona 4 terutama pada Kelurahan Talang Kelapa, Suka Jaya dan sebagian wilayah Kelurahan Srijaya, Karya Baru, Alang-Alang lebar, Talang Betutu dan Kebun Bunga.  Zona 10 terutama pada Kelurahan Bukit Baru dan sebagian wilayah Kelurahan Demang Lebar Daun, dan Kelurahan Siring Agung.  Zona 2 terutama pada Kelurahan Sentosa, Kelurahan Plaju Barat, dan sebagian wilayah Kelurahan 15 Ulu, dan 16 Ulu.  Zona 3 terutama pada Kelurahan Karya Jaya, dan sebagian wilayah Kelurahan Keramasan, Kelurahan Kemas Rindo, dan Kelurahan Ogan Baru. Dari sembilan zona yang berpotensi untuk dilayani oleh angkutan umum, zona 5, zona 6, zona 8 dan zona 4 merupakan zona yang paling potensial. Untuk itulah pada zona-zona ini akan dilakukan penambahan rute untuk angkutan feeder sejenis mikrolet dimana rute-rute yang dibangun tersebut merupakan rute-rute perintis. Dari hasil perhitungan luas area terhadap penambahan rute perintis didapat penambahan coverage area sebesar 40,83 km 2 sehingga luas lahan terbangun yang tidak terlayani semula sebesar 47,16 menjadi tinggal 22,06. Sisa lahan terbangun ini dapat dilayani dengan angkutan feeder lainnya, seperti becak, ojek atau bajaj. Adapun rute-rute perintis tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.20 berikut: 173 Gambar : 4.20 Rute Perintis Dari kawasan yang tidak terlayani AU 174

4.6. Temuan Studi