55
2.7 Konsep Pelayanan Angkutan
2.7.1 Definisi Angkutan Kota
Angkutan kota, menurut Setijowarno dan Frazila 2001:211, adalah angkutan dari suatu tempat ke tempat lain dalam wilayah suatu kota dengan
menggunakan mobil bus umum danatau mobil penumpang umum yang terikat pada trayek tetap dan teratur. Dapat juga angkutan kota berupa angkutan massal
atau mass rapid transit yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah banyak dalam satu kali perjalanan.
Mobil penumpang umum MPU adalah setiap kendaraan umum yang dilengkapi sebanyak-banyaknya delapan tempat duduk, tidak termasuk tempat
duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi. Sedangkan mobil bis umum adalah setiap kendaraan umum yang dilengkapi lebih
dari 8 delapan tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi Kepmen Perhubungan
No. 68 Tahun 1993 Mobil bus umum dan mobil penumpang umum mempunyai pola
pelayanan yang berbeda dan kedua-duanya dapat berfungsi secara bersama-sama di sebuah kota. Selain itu juga masing-masing mempunyai karakteristik dalam hal
jumlah penumpang dan barang yang diangkut, kecepatan, ongkos operasi dan pemeliharaan, harga, tarif, penggunaan ruang jalan, keselamatan, dan pengaruh
terhadap lingkungan Tjahyati, 1993:83-84.
56
2.7.2 Tujuan dan Peran Angkutan Kota
Menurut Warpani 1990:172 anggota masyarakat pemakai jasa angkutan dikelompokkan dalam dua golongan besar yaitu paksawan yaitu mereka yang
tidak mampu memiliki kendaraan atau menyewa sendiri, dan pilihwan yaitu
mereka yang mampu. Tujuan utama keberadaan angkutan kota adalah menyelenggarakan
pelayanan angkutan yang aman, cepat, murah, dan nyaman bagi masyarakat. Karena sifatnya yang massal, maka diperlukan adanya kesamaan diantara para
penumpang berkenaan dengan asal dan tujuan Warpani, 1990:170 - 172.
2.7.3 Karakteristik dan Pola Aktivitas Angkutan Kota
Angkutan umum kota beroperasi menurut trayek kota yang sudah ditentukan. Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No 68 tahun 1993,
trayek kota seluruhnya berada dalam suatu wilayah Kota. Menurut Setijowarno dan
Frazila 2001:206, trayek pelayanan angkutan kota dipengaruhi oleh data
perjalanan, penduduk dan penyebarannya, serta kondisi fisik daerah yang akan dilayani oleh angkutan kota.
Sebagai angkutan umum, pelayanan angkutan kota dalam mengangkut penumpang dibagi dalam 3 tiga aktivitas operasional Wells, 1975:23, yaitu:
1. Kolektor, dari wilayah permukiman yang tersebar luas danatau tempat kerja
dan tempat perbelanjaan. Karakteristik operasinya sering berhenti untuk menaikturunkan penumpang, berpenetrasi ke kawasan perumahan.
2. Line Haul, antara wilayah permukiman dan tempat kerja dan tempat
perbelanjaan dari kota ke kota. Karakteristik operasinya bergerak dengan
57
kecepatan yang tinggi dan jarang berhenti. Karena melakukan perhentian di tengah-tengah operasi maka daya tarik dan efektifitas operasinya akan
berkurang, meskipun tentu saja beberapa perhentian yang penting tetap dilakukan.
3. Distribusi, ke tempat kerja dan tempat perbelanjaan danatau wilayah
permukiman. Karakteristik operasinya melakukan perhentian tetapi tidak terlalu sering.
Operasi angkutan umum lainnya yang spesifik, dari rute tunggal ke sistem yang kompleks dapat meliputi satu atau keseluruhan dari tiga aktifitas
tersebut. Ketiga aktivitas operasional tersebut diilustrasikan secara diagramatis pada gambar 2.8
Sumber: Wells 1975:23
GAMBAR 2.8 KARAKTERISTIK DAN POLA AKTIFITAS ANGKUTAN UMUM
`
Keterangan : Kawasan
Perumahan
CBD Komunitas
Pemberhentian Bis
Tempat Perpindahan
KoleksiDistribusi Pelayanan Sirkulasi
Pusat Kota Jalur Utama
Kawasan Industri
58
2.7.4 Permintaan Angkutan Umum dalam Kota