E. Akibat Hukum Pelanggaran SNI dalam Kerangka ACFTA
Adapun peraturan-peraturan tentang Standar Nasional Indonesia meliputi : 1. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan
ketentuan per-aturan perundang-undangan; 2. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih, atau netto,dan jumlah dalam
hitungan sebagai-mana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut;
3. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, tim-bangan dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;
4. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keis-timewaan atau kemanjuran sebagaimana dinya-takan dalam label, etiket atau keterangan ba-rang danatau
jasa tersebut; 5. tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, kompo-sisi, proses pengolahan, gaya,
mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang danatau jasa tersebut;
6. tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan da-lam label, etiket, keterangan, iklan, atau promosi penjualan barang danatau jasa;
7. tidak mencantumkan tanggal kedaluarsa atau jangka waktu penggunaanpemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu;
8. tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal sebagaimana pernyataan halal yang dican-tumkan dalam label;
9. tidak memasang label atau membuat penje-lasan barang yang memuat nama barang, ukur-an, beratisi bersih atau netto, komposisi, aturan Pakai, tanggal
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha, serta keterang- an lain untuk penggunaan yang menurut keten-tuan harus dipasangdibuat;
10. tidak mencantumkan informasi danatau pe-tunjuk penggunaan barang dalam bahasa Indo-nesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku; 11. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau
bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara leng-kap dan benar atas barang dimaksud.
12. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan
informasi secara lengkap dan benar. 13. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan tersebut di
atas, dilarang mem-perdagangkan barang danatau jasa tersebut serta wajib menariknya dari peredaran Pasal 8 UU 81999
14. Pada intinya ketentuan Pasal 8 tersebut di atas, terdapat 2 substansi, yaitu : larangan mempro-duksi barang danatau jasa, dan larangan mem-
perdagangkan barang dan atau jasa. Larangan yang dimaksudkan ini, pada hakekatnya untuk mengupayakan agar barang danatau jasa yang beredar di
masyarakat merupakan produk yang layak edar, antara lain asal-usul, kuaitas sesuai informasi pengusaha baik melalui label, etiket, iklan, dan lainnya.
Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, menyatakan pemerintah menetapkan standar untuk bahan baku dan ba-rang hasil
industri dengan tujuan untuk menjamin mutu hasil industri serta untuk mencapai
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
daya guna produksi. Standar industri adalah keten-tuan-ketentuan terhadap hasil produksi industri yang di satu segi menyangkut bentuk, ukuran, komposisi, mutu
dan lain-lain serta di segi lain menyangkut cara mengolah, cara menggambar, cara menguju dan lainnya.Standardisasi industri adalah penyeragaman dan penerapan
dari standar industri.Pasal 26 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1985 menyatakan barang siapa dengan sengaja melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 19, di-pidana penjara selama-lamanya 5 tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 25.000.000,- dua puluh lima juta
rupiah dengan hukuman tambahan dicabut izin usaha industrinya. Standardisasi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000
tentang Standardisasi Nasional.Pasal 15 menyatakan bahwa pelaku usaha yang menerapkan Standar Nasional Indonesia yang diberlakukan secara wajib, harus
memiliki sertifikat dan atau tanda SNI.Pasal 18 menyatakan bahwa pelaku usaha dilarang memproduksi dan atau mengedarkan barang atau jasa yang tidak
memenuhi dan atau tidak sesuai dengan SNI yang telah diberlakukan secara wajib.
Pelaku usaha yang barang dan atau jasanya telah memperoleh sertifikat produk dan atau tanda Standar Nasional Indonesia dari lembaga serti-fikat produk,
dilarang memproduksi dan menge-darkan barang dan atau jasa yang tidak meme- nuhi SNI.Pasal 24 mengatur mengenai sanksi.Pelaku usaha yang melakukan
pelanggaran Pasal 18 dikenakan sanksi administratif dan atau sanksi pidana. Sanksi administratif berupa pencabutan sertifikat produk dan atau pencabutan hak
peng-gunaan tanda SNI, pencabutan ijin usaha, dan Pelaku usaha yang barang dan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
atau jasanya telah memperoleh sertifikat produk dan atau tanda Standar Nasional Indonesia dari lembaga sertifikat produk, dilarang memproduksi dan menge-
darkan barang dan atau jasa yang tidak memenuhi SNI. Pasal 24 mengatur mengenai sanksi.Pelaku usaha yang melakukan
pelanggaran Pasal 18 dikenakan sanksi administratif dan atau sanksi pidana. Sanksi administratif berupa pencabutan sertifikat produk dan atau pencabutan hak
peng-gunaan tanda SNI, pencabutan ijin usaha, dan Pasal 10 Peraturan Menteri Perindustrian No-mor 19M-INDPER52006 tentang Standardisasi, Pembunaan
dan Pengawasan Standar Nasional Bidang Industri menyatakan bahwa produsen yang memproduksi barang dan atau jasa yang diberlakukan SNI Wajib, wajib
meme-nuhi persyaratan SNI. Produsen yang mempro-duksi barang dan atau jasa, wajib memeiliki SPPT SNI untuk SNI Wajib yang diterbitkan oleh lembaga
sertifikasi produk. Produsen yang melanggar ketentuan ini dikenai sanksi adminis- tratif sesuai Pasal 31 dan sanksi pidana sesuai Pasal 34, menyatakan produsen
yang melanggar Pasal 10 yang tetap berproduksi dan membubuhkan tanda SNI pada barang dan atau jasanya dikenakan sanksi pidana sesuai pera-turan
perundang-undangan yang berlaku. Dalam Pasal 62 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999, dipidana penjara
paling lama 5 lima tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,- dua milyar rupiah dan dapat dijatuhi hukuman tambahan berupa perampasan
barang tertentu, pengumuman keputusan hakim, pembayaran ganti rugi, penghentian kegiatan,Penarikan barang dari peredaran, atau penca-butan ijin
usaha sesuai Pasal 63.Pemberlakuan SNI merupakan usaha pening-katan mutu,
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
yang di samping menguntungkan produsen juga menguntungkan konsumen. Hal ini karena standar mutu internasional, yaitu, de-ngan telah diadopsinya ISO 9000
oleh Dewan Sandardisasi Nasional dengan Nomor Seri SNI 19-9000-1992, di mana ISO sendiri pada umum-nya :
a. mengatur semua kegiatan dari perusahaan dalam hal tehnis, administrasi dan sumber daya manusia yang mempengaruhi mutu produk dan jasa yang
dihasilkannya; b. memberikan kepuasan kepada para pelang-gan dan pemakai akhir;
c. penerapan konsep penghematan biaya de-ngan cara pelaksanaan pekerjaan yang benar pada setiap saat;
d. memberikan petunjuk tentang koordinasi an-tara manusia, mesin dan informasi untuk men-capai tujuan standar;
e. mengembangkan dan melaksanakan sistem manajemen mutu untuk mencapai tujuan mutu dari perusahaan.
Sasaran ISO 9000 mencakup kebutuhan dan kepentingan perusahaan, yaitu, untuk mencapai dan memelihara mutu yang diinginkan dengan biaya yang
optimum, yaitu, dengan menggunakan sumber daya teknologi, bahan dan manu- sia yang tersedia secara terencana dan efisien. Sasaran lainnya, untuk kebutuhan
dan harapan pelanggan, yaitu, kepercayaan terhadap kemampuan perusahaan untuk menghasilkan mutu yang diinginkan dan pemeliharaannya secara konsisten.
ISO 9000 akan menunjang pro-gram perbaikan mutu untuk mencapai mutu yang memenuhi keinginan konsumen di seluruh dunia. Dengan diadopsinya ISO 9000
ini diharapkan dapat mengubah pola pikir pengusaha di negara berkembang yang
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
pada umumnya berpendapat bahwa barang yang baik dan seragam tidak menguntungkan perusahaan-nya, karena penerapan standar mutu yang tinggi akan
me-naikan ongkos produksi, penekanan atas mutu suatu produk akan mengurangi produktifitas, dan konsumen di dalam negeri tidak kritis dengan standar mutu.
Pemenuhan standar sebenarnya sangat diperlukan dalam transaksi perdagangan, karena menjamin keseragaman tingkat kualitas barang yang
diperdagangkan. Demikian pula pemenuh-an standar juga dapat mengurangi sengketa tentang kualifikasi dan kualitas barang yang diekspor atau
diimpor.Standar mutu ini memberikan konsekwensi komoditi ekspor dan impor berlaku ke-tentuan bahwa standar komoditi ekspor tidak boleh lebih rendah
daripada SNI, yang berarti standar komoditi ekspor mempergunakan SNI atau dengan spesifikasi tambahan non mandotory bila diperlukan, dan standar komoditi
impor minimal harus memenuhi SNI dan standar nasional negara yang bersangkutan.
Pasal 8 huruf b dan c Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 menyatakan bahwa pelaku usaha dilarang memproduksi danatau memperdagangkan barang
danatau jasa yang tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih, atau netto dan jumlah dalam hitungan seba-gaimana dinyatakan dalam label atau etiket barang
tersebut, dan ukuran, takaran, dan jumlah hitungan menurut ukuran sebenarnya. Untuk melindungi kepentingan konsumen perlu adanya jaminan kebenaran
pengukuran serta adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metoda pengukuran dan alat-alat ukur, takar, timbang dan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
perlengkapannya.Dalam melaksanakan ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal.
Satuan yang digunakan untuk besaran panjang adalah meter, besaran massa adalah kilogram, besaran waktu adalah sekon, besaran arus listrik adalah
amper, besar-an termodinamika adalah kelvin, besaran kuat cahaya adalah kendela, dan besaran kuantitas zat adalah mole Pasal 3.Standar-standar untuk
satuan-satuan dasar disebut Standar Nasional.Alat-alat ukur, takar, timbang dan per-lengkapannya wajib ditera dan ditera ulang, dibebaskan dari tera atau tera
ulang, atau dari kedua-duanya, dan syarat-syaratnya harus dipenuhi.Jenis-jenis tanda tera adalah tanda sah, tanda batal, tan-da jaminan, tanda daerah, dan tanda
pegawai yang berhak.Tanda sah dibubuhkan dan atau dipasang pada alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya yang disahkan pada waktu ditera dan
ditera ulang.Tanda batal di-bubuhkan pada alat-alat ukur, takar, timbang dan per- lengkapannya yang dibatalkan pada waktu ditera atau ditera ulang. Tanda jaminan
dibubuhkan dan atau dipa-sang pada bagian-bagian tertentu dan alat-alat ukur, takar, timbang atau perlengkapannya yang sudah disah-kan untuk mencegah
penukaran dan atau perubahan. Dilarang mempunyai, menaruh, memamerkan, memakai atau menyuruh
memakai alat-alat ukur, takar, timbang dan atau perlengkapanyan yang bertanda batal, tidak bertanda tera sah yang berlaku atau tidak disertai kete-rangan
pengesahan yang berlaku, tanda teranya rusak, terdapat perubahan dan tidak disahkan oleh pegawai yang berhak, menyimpang dari nilai yang seharusnya
daripada yang diizinkan untuk tera ulang, dan lainnya sesuai Pasal 25, dan bagi
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
yang melanggarnya dapat dipidana penjara selama-lamanya 1 tahun dan denda setinggi-tingginya satu juta rupiah Pasal 32
Dilarang menawarkan untuk dibeli, menjual, me-nawarkan untuk disewa, menyewakan, menga-dakan persediaan untuk dijual, disewakan, atau diserahkan
tau memperdagangkan secara ba-gaimanapun juga alat-alat ukur, takar, timbang dan atau perlengkapannya yang bertanda tera batal, yang tidak bertanada tera sah
yang berla-ku atau tidak disertai keterangan pengesahan yang berlaku, dan tanda jaminannya rusak. Bagi yang melanggar dipidana 1 tahun dan denda setinggi-
tingginya satu juta rupiah. Dilarang menggunakan sebutan dan lambang satuan selain yang berlaku,
pada pengumuman tentang barang yang dijual dengan cara diukur, ditakar, ditimbang, baik dalam surat kabar, ma-jalah atau surat tempelan pada etiket yang
dilekatkan atau disertakan pada barang atau bungkus atau pada bungkurnya sendiri, maupun pemberitahuan lainnya yang menyatakan ukuran, takaran atau
berat.Bagi yang melanggar dipidana enam bulan dan denda setinggi-tingginya lima ratus ribu rupiah.
Dilarang pada tempat-tempat untuk menentukan ukuran atau timbangan untuk kepentingan umum, di tempat usaha, di tempat melakukan penyerahan, di
tempat melakukan pungutan atau upah yang didasarkan pada ukuran dan timbangan, memakai atau menyuruh memakai alat-alat ukur, takar, timbang dan
perlengkapannya dengan cara lain atau dalam kedudukan lain daripada yang seharusnya; alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya untuk mengukur,
menakar atau menim-bang melebihi kapasitas maksimumnya; alat-alat ukur, takar,
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
timbang dan perlengkapanya untuk mengukur, menakar, menimbang atau menentukan ukuran daripada batas terendah. Bagi pelanggarnya dipidana penjara
sa-tu tahun dan denda satu juta rupiah. Dilarang membuat, mengedarkan, membungkus atau menyimpan untuk
dijual atau menawarkan untuk dibeli semua barang dalam keadaan ter-bungkus yang ukuran, isi bersih, berat bersih atau jumlah hitungannya kurang daripada
yang tercantum pada bungkus atau labelnya, atau menyimpang.Barang siapa melakukan perbuatan tersebut di-pidana selama-lamanya enam bulan atau denda
setinggi-tingginya lima ratus ribu rupiah. Perbuatan tersebut di atas merupakan kejahatan, dan barang yang menjadi
bukti kejahatan dan atau pelanggaran dapat dirampas untuk kepentingan negara.Suatu perbuatan kejahatan atau pelanggaran tersebut di atas diancam
hukuman apabila dila-kukan oleh suatu badan usaha, maka tuntutan dan atau hukuman diajukan kepada pengurus apabila berbentuk badan hukum; sekutu aktif
apabila berbentuk persekutuan; pengurus apa-bila berbentuk yayasan; wakil atau kuasanya di indonesia, apabila kantor pusatnya diluar negeri.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan