Sistem Penerapan SNI setelah lahirnya ACFTA

D. Sistem Penerapan SNI setelah lahirnya ACFTA

Penerapan ACFTA menimbulkan banyak kekhawatiran terhadap para pengusaha dan para pelaku industri, terutama industri kecil an menengah. Untuk mengantisipasi dampak dari implementasi ACFTA, pemerintah secara umum telah menerapkan sepuluh kebijakan, yaitu 58 Mengevaluasi dan merevisi semua Standar Nasional Indonesia SNI yang sudah kadaluarsa dan menerapkannya secara wajib dengan terlebih dahulu menotifikasikan ke WTO 1. Mengefektifkan fungsi komite Anti Dumping dan menangani setiap kasus dugaan praktek dumpinh dan pemberian subsidi secara langsung oleh negara mitra jepang 2. Mengefektifkan fungsi komite Pengamanan Perdagangan Indonesia KPPI dalam menanggulangi lonjakan barang impor di pasar dalm negeri 3. Meningkatkan lobi pemerintah untuk mengamankan ekspor Indonesia antara laindari ancaman dumping an subsidi oleh negara mitra dagang 4. Mengakselerasi penerapan dari Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2008 tentang fokus ekonomi 2008-2009 5. Melakukan harmonisasi tarif bea masuk pos tarif untuk produk hulu dan hilir, sehingga diharapkan akan memacu investasi dan daya saing 6. Mengefektifkan tugas dan fungsi aparat kepabeanan, termasuk mengkaji kemungkinan penerapan jalur merah bagi produk yang rawan akan penyelundupan produk illegal 58 Firman Mutakin dan Azisa Rahmaniar Salam, “Dampak Penerapan ASEAN-China Free Trade Agreement ACFTA bagi Perdagangan Indonesia’’, Economic review, No. 218, Jakarta : Departemen Perdagangan RI, 2009, hal 8-9 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 7. Membatasimelarang ekspor bahan baku mentah untuk mencukupi kebutuhan energy bagi industri dalam negeri sehingga dapat mendorong tumbuhnya industri pengolahan ditingkat hulu sekaligus memperkuat daya saing industri lokal 8. Mempertajam kebijakan PermendagPeraturan Menteri Perdagangan No.56 tahun 2008 yang mengatur pembatasan pintu masuk pelabuhan untuk lima produk tertentu yaitu alas kaki, barang elektronik, mainan anak-anak, garmen serta makanan dan minuman Dengan adanya ACFTA pemerintah harus jeli melihat peluang potensi barang ekspor Indonesia seperti tekstil dan alas kaki, kedua produk ini sudah sangat dikenal oleh negara-negara baik dikawasan ASEAN maupun Eropa dan Amerika.Beberapa instrument non tariff yang akan digunakan pemerintah dalam mempertahankan daya saing produk Indonesia antara lain adalah 59 1. Penggunaan Standar Nasional Indonesia 2. Instrumen Label Halal 3. Ketentuan produk impor tertentu 4. Pengetatan Pengawasan Berikut penjelasan masing-masing strategi diatas: 1. Penggunaan Standar Nasional Indonesia SNI Pemerintah perlu mengimplementasikan kebijakan non-tarif dan antidumping untuk melindungi sektor industri nasional, misalnya menyediakan bantuan untuk restrukturisasi permesinan dan pembebasan bea masuk impor untuk 59http:www.unisosdem.orgarticle_detail.php?aid=12031coid=4caid=33gid=4, 12 oktober 2012 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara bahan baku dan permesinan yang dibutuhkan industri nasional juga Indonesia bisa menerapkan SNI bagi produk impor yang dijual di pasar lokal. Sangat diharapkan, kalangan industri bisa merubah stigma ancaman dari ACFTA jadi sebuah peluang untuk bersaing dan meningkatkan hasil produksi Setiap barang impor yang masuk ke Indonesia harus lolos verivikasi sucofindo.Hasil verifikasi itu bisa dicantumkan dalam bentuk sertifikat yang ditempel di setiap barang produk impor yang masuk kepasar Indonesia.kemudian segera diberlakukan penggunaan Standar Nasional Indonesia terhadap produk impor, termasuk produk buatan China yang akan masuk. Selanjutnya SNI harus diberlakukan terhadap produk-produk buatan pabrik milik perusahaan cina yang ada di Indonesia. Penerapan SNI ini penting untuk menciptakan standarisasi produk-produk impor yang ada di Indonesia, yang tak kalah penting adalah membenahi faktor-faktor yang menyangkut peraturan dan perijinan, meminimalisir ekonomi biaya tinggi, menurunkan suku bunga kredit, mempercepat pembangunan dan memperbaiki infrastruktur, khususnya listrik, jalan, air bersih, dan pelabuhan, kemudian meningkatkan kualitas enterepreneur dan tenaga kerja, teknologi produksi, pemasaran, keuangan, iklim usaha dan investasi. Penggunan SNI ini tentu saja bukan hanya untuk produk luar saja akan tetapi juga untuk produk Indonesia. ini dilakukan agar negara lain tidak memandang adanya diskriminasi terhadap produknya apalagi dalm menghadapi ACFTA ini tentu saja produk-produk dari negara yang meratifikasi perjanjian tersebut tentu saja akan mengekspor produknya ke Indonesia. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 2. Instrument Label Label adalah setiap keterangan mengenai barang yang dapat berupa gambar, tulisan atau kombinasi keduanya atau bentuk lain yang memuat informasi tentang barang dan keterangan pelaku usaha serta informasi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang disertakan pada produk, dimasukkan kedalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan. Label memiliki kegunaan untuk memberikan informasi yang benar, jelas dan lengkap baik mengenai kuantitas, isi, kualitas, maupun hal-hal lain yang diperlukan mengenai barang yang diperdagangkan. Dengan adanya label konsumen akan memperoleh informasi yang benar, jelas dan baik mengenai kuantitas, isi, kualitas mengenai barangjasa beredar dan dapat menentukan pilihan sebelum membeli atau mengkonsusmi barang dan jasa. Bagi konsumen, label mempunyai peranan yang sangat penting, setidaknya ada tiga hal pokok yang mendasarinya yaitu: a. Informasi yang dibutuhkan sebagai pertimbangan untuk membeli atau tidak produk tertentu b. Dengan pengetahuan tersebut, konsumen dapat menentuakn, memilih satu produk sejenis lainnya c. Dengan informasi yang benar dan lengkap, konsumen juga dapat terhindar dari kemungkinan gangguan keamanan dan keselamatan konsumsinya, bila produksi bersangkutan tidak cocok untuk dirinya atau mengandung suatu zat yang membahayakan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Pencantuman label pada barang baru saja pengaturannya dikeluarkan oleh Mentri Perdagangan dengan Peraturan Mentri Perdagangan No.62MDAGPER122009 tentang kewajiban pencantuman label pada barang Permendag No. 62M-DAGPER122009. Sedangkan pengaturan mengenai label pangan diatur dengan UU No. 7 tahun 1996 tentang pangan UU pangan yang menggariskan bahwa label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan dimasukkan kedalam, ditempelkan pada atau meruapakan bagian kemasan pangan. Pemerintah terus melakukan upaya dalam meningkatkan pengawasan agar tidak ada kecurangan yang dilakukan oleh China, selain itu pemerintah juga fokus pada barang-barang illegal yang masuk ke Indonesia dengan meningkatkan pengawasan di pelabuhan - pelabuhan setiap kota di Indonesia. Strategi lain yaitu terus meningkatkan daya saing, menerapkan adanya safeguard, anti dumping, menerapkan Standar Nasional Indonesia SNI, Pengetatan Surat, Keterangan Asal SKA, label produk dalam bahasa Indonesia, dan pemeriksaan kandungan bahan, kadaluarsa, kesehatan, lingkungan keamanan produk, serta pengawasan terhadap isu hak kekayaan intelektual. Hal ini dilakukan untuk menjaga stabilitas industri domestik. Peningkatan daya saing dilakukan dengan adanya pembenahan infrastuktur nasional, penyediaan pasokan energi, serta perbaikan fasilitas perdagangan seperti infrastuktur pelabuhan, kapal dagang, dan angkutan barang a. Nama produk b. Daftar bahan yang digunakan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara c. Berat bersih atau isi berat d. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan kedalam wilayah Indonesia e. Keterangan tentang halal f. Tanggal, buatan dan tahun kadaluarsa Dalam mencantumkan keterangan pada label, pencantuman keterangan tersebut harus berbahasa Indonesia, selain itu keterangan harus benar dan tidak menyesatkan, baik mengenai tulisan, gambar atau bentuk apapun lainnya. Yang dimaksud dengan keterangan tidak benar adalah suatu keterangan yang isinya bertentangan dengan kenyataan sebenarnya atau tidak memuat keterangan yang diperlukan agarketerangan tersebut dapat memberikan gambaran atau kesan yang sebenarnya tentang pangan, sedangkan keterangan yang menyesatkan adalah perntayataan yang berkaitan dengan hal-hal seperti sifat, harga, bahan, mutu, komposisi, manfaat atau keamanan pangan yang meskipun benar dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan. Latar belakang diwajibkan pencantunan label pada barang ialah untuk pemenuhan hak konsumen atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang yang akan dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen, belum terdapat ketentuan yang mengatur perlabelan produk non pangan, merupakan upaya untuk mendorong penciptaan persaingan usaha yang sehat, dan untuk memperjelas ketentuan pasal 8 Undang-Undaang Perlindungan Konsumen, selain itu alasan lainnya adalah masih banyaknya barang impor yang Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara beredar dipasar dalam negeri yang tidak mencamtunkan label dalam bahasa indosesia. Pengaturan label pada barang baru saja diatur dalam Peraturan Manteri Perdagangan No.62M-DAGPER122009 tentang Kewajiban Pencantum Label Pada Barang. Dalam peraturan tersebut di atur bahwa Label adalah setiap keterangan mengenai barang yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain mengenai informasi lainya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku disertakan pada barang, dimasukan kedalam, di tempelkan, atau merupakan kemasan barang. Label dapat di jadikan salah satu parameter pengawasan barang yang beredar selain itu dapat memberikan suatu informasi tentang suatu barang. Dengan adanya informasi tentang suatu barang secara jelas dan lengkap diharapkan dapat terhindar dari akses negatif akibat penggunaanpemakaianpemanfaatan barang. 3. Ketentuan Impor Produk Tertentu Keputusan mengenai impor produk tertentu tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan Permendag No.56M-DAGPER122008 tentang ketentuan impor produk tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Perdagangan pada 29 Desember 2010 sejauh ini penegakan hukum enforcement yang telah dilakukan pemerintah terhadap Importir Terdaftar IT, sebagai berikut a. Telah diterbitkan sebanyak 4.516 IT, terdiri dari klafisikasi Elektronika sebanyak 1.959 IT, Pemakain jadi sebanyak 697 IT, mainan sebanyak 680 IT, Makanan dan Minuman 614 IT, Alas kaki sebanyak 539 IT Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara b. Telah di cabut sebanyak 1.325, terdiri dari klafisikasi Elektronika sebanyak 627 IT, pakaian jadi sebanyak 176 IT, mainan sebanyak 185 IT, makanan dan ninuman 175 IT,alas kaki sebanyak 162 IT. c. Data IT sebanyak 3.191 terdiri dari klasifikasi Elektronika sebanyak 1.332 IT, pakaian jadi sebanyak 521 IT, Mainan sebanyak 495 IT, Makanan dan Minuman 466 IT, dan Alas Kaki 377 IT Ketentuan impor produk tertentu ini dilakukan untuk mengantisipasi produk-produk illegal ataupun produk yang tidak masuk dalam perjanjian tersebut agar tidak berdampak negative bagi produk Indonesia khususnya bagi konsumen. 4. Pengetatan dan pengawasan Implementasi Permendag 562008 dan 602008 permendag 562008 mengatur bahwa impor Produk Tertentu yaitu makanam dan minuman, alas kaki, pakaian jadi, mainan anak, dan elektronika hanya dapat dilakukan oleh Importir Terdaftar IT produk tertentu. Selain itu, pengawasan juga diperketat pada lima pelabuhan untuk impor lima barang. Bahkan, selain pembatasan pintu masuk impor untu elektronik alas kaki, mainan anak, pakaian jadi, serta makananminuman, kini pemerintah juga membatasi pintu masuk untuk produk jamu dan kosmetik impor.Ini tertuang dalam revisi kedua Peraturan Menteri Perdagangan Pemendag No 56 tahun 2008.Perubahan tersebut dilakukan dengan menerbitkan Permendag No.23 tahun 2010 tentang ketentuan impor produk tertentu. Adapun 5 pelabuhan laut tertentu tersebut itu yakni Belawan di Medan, Tanjung Priok Jakarta, Tanjung Emas di semarang, Tanjung Perak di Surabaya Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara dan Sukarno Hatta di Makassar, dan pada Permendak 602008 ditambahkan laut pelabuhan di Dumai sebagai Pelabuhan tujuan hanya untuk produk makanan dan minuman. Sedangkan untuk pelabuhan udara dapat dilakukan di seluruh pelabuhan udara internasional. Selain lima produk terdahulu dan lima produk tersebut, ada tambahan 41 pos tariff dalam lampiran barang yang diatur, yaitu tujuh pos tariff untuk obat tradisional dan herbal, serta 33 pos tariff untuk produk domestic. Selain itu juga ditambahkan satu pos tariff untuk lampu hemat energy LHE. Aturan mengenai pelabuhan manasaja yang boleh melakukan importisasi sebelumnya tercantum dalam Permendak 44 tahun 2008 mengenai pengaturan impor produk tertentu yaitu garmen, mainan, elektronik alas kaki, makanan dan minuman. Dalam Permendag Nomor 232010, secara umum diatur ketentuan- ketentuan antara lain penambahan 41 Pos TarifHS dalam lampiran Barang yang diatur,yaitu: 7 Pos TarifHS untuk produk obat tradisional dan herbal: 33 Pos TarifHS untuk produk kosmetik: 1 Pos TarifHS untuk lampu hemat Energi. Khusus untuk produk obat tradisional dan herbal serta kosmetik di bebaskan dari kewajiban verifikasi dan penelusuran teksis impor di pelabuhan muat.Aturan baru lainya yang diatur dalam permendeg ini adalah penambahan palabuhan laut Jayapura sebagai pelabuhan tujuan untuk produk makanan dan minuman. Selain itu, sanksi juga diatur, dimana bagi yang melakukan pelanggaran, yaitu tidak menyampaiakan laporan realisasi impor melalui website hhtp.inatrade.depdag.go.id tidak melakukan impor produk tertentu dalam jangka 6 bulan berturut-turut atau melakukan pelanggaran kepabeanan, maka akan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara dikenakan sanksi berupa pencabutan importer terdaftar IT produk Tertentu. Impor barang tertentu yang dicantumkan pada ketentuan impor tersebut yang dimana hanya pada pelabuhan tertentu itu dilakukan untuk mengawasi produk impor yang masuk di Idonesia agar mudah untuk di kontrol atau diawasi hal ini dilakukan untuk menhindari produk-produk impor yang secara illegal masuk di Indonesia. Berbagai langkah yang ditempuh oleh pemerintah sebagai upaya menyikapi pemberlakuan penuh ACFTA diantaranya mengirimkan surat kepada sekretarui Jendaral ASEAN pada tanggal 31 Desember 2009 yang menyatakan bahwa Indonesia tetap pada komitmenya, namun terdapat beberapa sector yang bermasalah, untuk itu di bawah Koodinasi Penanggulanan Hambatan Perdangangan dan Industri pada tanggal yang sama untuk melakukan pembahasan bersama berbagai usaha di tanah air. Semua pihak telah mengupayakan berbagai kebijakan untuk memproteksi produk dalam negeri agar tetap menguasai pasar sendiri dan tidak dikuasai oleh produk–produk China sebagai akibat dari adanya ACFTA, salah satu lembaga pemerintah yang melakukan hal tersebut adalah Kementerian Perindutrian. Sebagai wujud dari keseriusan pemerintah dalam meningkatkan perekonomian Indonesia dengan melibatkan Kementrian Perindustrian maka upaya-upaya yang dilakukan adalah : 1. Kementerian Perindustrian selanjutnya melaksanakan tugas tersebut dengan melakukan survei dan studi yang terbagi atas 5 kelompok kegiatan sbb : a. Memantau perkembangan impor melalui ACFTA dari bulan ke bulan terutama produk-produk yang dianggap sensitif Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara b. Memonitor sejauh mana dampak ACFTA terhadap kinerja industri dalam negeri terutama yang mencakup 228 pos tarif, dengan fokus pada 5 kelompok industri: logam, TPT, elektronik, permesinan dan furnitur. c. Memonitor faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat dalam membelimengkonsumsi produk RRT yang dalam hal ini dibedakan lagi ke dalam 2 kategori yaitu i penjual dan ii pembelipemakai. d. Meningkatkan pengetahuan dan “awareness” masyarakat industri dan SDM aparatur terhadap manfaat dan kerugian pemberlakuan ACFTA . e. Mengevaluasi kesiapan SNI untuk menghadang produk China yang non standar atau berkualitas rendah yang termasuk 228 pos tarif dari 11 kelompok industri: Logam, tekstil, permesinan, elektronika, kimia organik, petrokimia, jamu, kosmetik, furniture, alas kaki, kapal. 2. Untuk beberapa produk yang disurvei di dalam negeri selanjutnya diteliti di RRT untuk meneliti apakah terdapat indikasi dumping yang merugikan industri dalam negeri 3. Pelaksanaan dilakukan secara swakelola oleh para personil Kementerian Perindustrian Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara BAB IV PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA SNI TERHADAP PRODUK IMPOR DALAM RANGKA PERJANJIAN ASIAN FREE TRADE AREA ACFTA

A. Prosedur Penerapan SNI