Prinsip Kerjasama dalam ACTA

Dalam penandatanganan kerangka kesepakatan kerjasama ekonomi ASEAN-China ini terdapat beberapa tujuan, yaitu: a. Memperkuat dan meningkatkan kerjasama ekonomi, perdagangan, dan investasi antara negara-negara anggota b. Meliberalisasi secara progresif dan meningkatkan perdagangan barang dan jasa menciptakan suatu sistem yang transparan dan untuk mempermudah investasi c. Menggali bidang-bidang kerjasama yang baru dan mengembangkan kebijaksanaan yang tepat dalam rangka kerjasama ekonomi antara negara- negara anggota d. Memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif dari para anggota ASEAN baru Cambodia, Laos, Myanmar, dan Vietnam-CLMV dan menjembatani kesenjangan pembangunan ekonomi di antara negara-negara anggota. 43

4. Prinsip Kerjasama dalam ACTA

Untuk bisa terwujudnya kawasan perdagangan bebas ASEAN-China,maka para pihak yang terlibat dalam perjanjian haruslah mematuhi prinsip-prinsip dasar dari kerjasama ini yaitu : a. Asas timbal balik Principle of Reciprocity; Menurut Kerangka Perjanjian, Perjanjian Perdagangan Barang, PerjanjianPerdagangan Jasa, Perjanjian Investasi menganut asas timbal balikprinciple of reciprocity. Dan pada Kerangka Perjanjian dan PerjanjianPerdagangan 43 Direkorat kerjasama Regional, Ditjen Kerjasama perdagangan Internasional, ASEAN- China Free Trade Area, Jakarta, 2010, hal.2 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Barang disepakati bahwa penurunan tarif pada produk-produkyang telah disepakati harus menggunakan asas timbal balik dansaling menguntungkan para Pihak. b. Aturan tentang Asal Barang Rules of Origin; Pembentukan wilayah perdagangan bebas, khusus di dalam PerdaganganBarang trade in goods memerlukan adanya suatu pengaturanketentuanuntuk menetapkan negara asal suatu barang yang diperdagangkan,Ketentuan asal barang dapat dibagi menjadi dua bagian sesuai untukperuntukkannya, yaitu ketentuan asal barang preferensi dan ketentuan asalbarang bukan prefernsi. Ketentuan asal barang preferensi diperuntukkanuntuk menetapkan apakah suatu barang memenuhi syarat untukmemanfaatkan suatu preferensi atau tidak.Sedangkan ketentuan asalbarang bukan preferensi adalah ketentuan yang diperuntukkan untukmembuktikan negara asal barang dari suatu barang.Dalamperkembangannya, di beberapa negara di dunia telah menetapkanketentuan asal barangnya dan ketentuan ini disyaratkan kepada setiapbarang yang memasuki wilayah pabeannya serta menjadi salah satupersyaratan impor yang harus dipenuhi apabila barang tersebut memasukinegaranya. Peraturan yang dikeluarkan yang berhubungan denganketentuan asal barang tidak boleh menentukan persyaratan yang ketat yang tidak wajar atau menuntut untuk dipenuhinya persyaratan tertentu yangtidak ada kaitannya dengan proses pengolahan atau produksi Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara barangsebagai prasyarat untuk menentukan negara asal barang.Pada umumnya setiap ketentuan asal barang harus mempunyai tiga unsurutama, yaitu : 1 Kriteria asal barang; Ini merupakan kriteria untuk menetapkan bahwa suatu barang barudianggap benar-benar berasal dari suatu negara apabila telah memenuhikriteria asal barang yang ditetapkan untuk barang tersebut. 2 Persyaratan pengiriman; 3 Bukti dokumen. Untuk mengetahui bahwa suatu barang benar-benar berasal dari suatunegara yang telah memenuhi kriteria asal barang yang ditetapkan terhadapbarang tersebut, maka diperlukan suatu dokumen yang diterbitkan olehpejabat yang berwenang di negara asal barang yang lazim disebut denganSurat Keterangan AsalSKA Certificate of OriginCOO yang akanmeyertai barang ekspor bersama-sama dengan dokumen ekspor lainnya,seperti Invoice, Packing List, Bill of Lading BL atau Air Way BillAWB atau Cargo Receipt dan sertifikat kesehatan Health Certificate, apabila dipersyaratkan 44 Dalam pembentukan kawasan perdagangan bebas ASEAN-China jugadiatur mengenai ketentuan asal barang atau Rules of Origin ROO.Mengenai ROO ini diatur di dalam Kerangka Perjanjian dan PerjanjianPerdagangan Barang. Untuk mendapatkan prefensi penurunan tarif harusdisepakati dengan Pengaturan Surat Keterangan Asal Barang SKA atauRules of Origin ROO dengan ketentuan kandungan lokal kawasanperdagangan bebas ASEAN-China sebesar 40 yang 44Murad Purba, Peranan Ketentuan Asal Barang dalam Perdagangan Bebas,Jakarta: Direktorat Kerjasama Multilateral Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Edisi V 2008, hlm 33-42. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara secara operasional menggunakan SKA Form E. Dalam konteks perdagangan bebas ASEANChina,bahwa hanya produk-produk yang memenuhi persyaratan Rules ofOrigin di bawah perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China yang dapatmemperoleh kelonggaran tarif. c. Prinsip dasar atau klausul Most –Favoured –Nation MFN; Pada pokoknya, klasul MFN ini merupakan prinsip non-diskriminasi diantara negara anggota.Menurut prinsip ini, suatu kebijakan perdaganganyang harus dilaksanakan atas dasar non-diskriminatif. Semua anggota perjanjian terikat untuk memberikan negara-negara lainnya perlakuanyang sama dalam pelaksanaan dan kebijakan ekspor dan impor, sertabiaya-biaya lainnya 45 Pada umumnya, klausul ini, mempunyai dua bentukyaitu 46 1 MFN bersyarat; Menurut prinsip ini, apabila suatu negara memberi keistimewaan padanegara ketiga, maka ia diwajibkan memberikan perlakuan yang sama kepada negara partnernya 47 . 1 MFN tidak bersyarat. Prinsip ini mensyaratkan suatu negara untuk memberikan keistimewaankepada suatu negara ketiga, tanpa syarat memberikan keistimewaan kepada negara partnernya 48 Klausul MFN ini, dapat terlihat pada penurunan tarif bea masuk padaperdagangan bebas ASEAN-China. 45 Adolf, Huala. 2006. Hukum Perdagangan Internasional. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.hal 108 46 Adolf,Huala 2006. Hukum Ekonomi Internasional Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.hal 31 47N. Rosyidah Rakhmawati, HukumEkonomi Internasional Dalam Era Global, Malang: Bayumedi Publishing, 2006, hlm 65 48 Ibid Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Menurut pasal 9 Kerangka Perjanjiandinyatakan bahwa China harus menyetujui perlakuan MFN yang konsistendengan peraturan dan ketentuan WTO terhadap seluruh negara-negara anggota ASEAN yang bukan pihak- pihak dalam WTO.Pada prinsipMFN ini, menentukan bahwa setiap keuntungan, bantuan, dan hakistimewa yang diberikan oleh suatu negara peserta terhadap setiap barangyang berasal dari ataupun yang ditujukan kepada suatu negara harusdiberikan juga kepada seluruh peserta lainnya 49 . d. Asas National Treatment; Dalam perdagangan bebas ASEAN-China dianut juga asas NationalTreatment.Asas ini dianut pada Perjanjian Perdagangan Barang,Perjanjian Perdagangan Jasa, Perjanjian Investasi. Menurut asas ini, Negara harus memperlakukan barang-barang, jasa-jasa atau modal yangtelah memasuki pasar dalam negerinya dengan cara yang sama 50 Prinsipini seringkali diterapkan bersamaan dengan asas timbal balik principle ofreciprocityI 51 . Hal ini dapat terlihat pada perjanjian-perjanjian yangditandatangani pada perdagangan bebas ASEAN-China, yang menerapkanprinsip national treatment bersamaan dengan asas timbal balik principleof reciprocity. e. Prinsip Preferensi; Prinsip ini mensyaratkan perlunya suatu kelonggaran-kelonggaran atasaturan- 49 N. Rosyidah Rakhmawati, HukumEkonomi Internasional Dalam Era Global, Malang: Bayumedi Publishing, 2006, hlm 127-128 50 ibid hlm 66 51Adolf,Huala 2006. Op.cit hal 30 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara aturan hukum tertentu bagi negara-negara sedang berkembang.Dasar dari prinsip ini adalah bahwa negara-negara harus diperbolehkanuntuk menyimpang dari kewajiban Most –Favoured –Nation MFN untukmemperbolehkan mereka guna mengurangi tingkat tarif pada impor- imporbarang jika barang-barang tersebut berasal dari negara-negara sedangberkembang 52 .Dan prinsip terlihat dari penerapan penurunan danpenghapusan tarif yang diatur di dalam Kerangka Perjanjian, PerjanjianPerdagangan Barang. Prinsip ini dianut dalam mekanisme penurunan danpenghapusan tarif dalam rangka kawasan perdagangan bebas ASEANChina,baik itu melalui mekanisme EHP, Normal Track Programme JalurNormal, dan Sensitive and Highly Sensitive Jalur Sensitif. Menurutmekanisme tersebut, negara-negara anggota ASEAN yang baru Vietnam,Laos, Myanmar dan Kamboja diberi kelonggaran terhadap aturan- aturanhukum untuk penurunan dan penghapusan tarif bea masuk. f. Prinsip Transparansi; Prinsip ini mensyaratkan diterbitkannya atau diumumkannya semuaperaturan hukum yang berlaku umum baik yang dikeluarkan olehpemerintah pusat maupun pemerintah daerah 53 Prinsip transparansi initerdapat dalam Pasal 4 Perjanjian Perdagangan Brang, dan dalam Pasal 17Perjanjian Investasi. 52Adolf,Huala 2006. Hukum Ekonomi Internasional Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.hal 40-41 53 I Putu Gelgel, Industri Pariwisata Indonesia dalam Globalisasi Perdagangan Jasa GATS-WTO Implikasi Hukum dan Antisipasi, Bandung: PT Refika Aditama, 2009, hlm38 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara g. Larangan Terhadap Restriksi Kuantitatif. Menurut prinsip ini adanya larangan terhadap restriksi yang bersifatkuantitatif, yakni kuota dan jenis pembatasan lainnya 54 Prinsip initerdapat dalam Pasal 8 Perjanjian Perdagangan Barang, seperti yang telahdijelaskan di atas.

B. Peranan SNI dalam ACFTA