BAB 2 LANDASAN TEORITIS
2.1 Defenisi stres
Stres merupakan topik pembicaraan sehari-hari, namun kemampuan untuk mendefenisikan dan meramalkan stres tetap belum
jelas. Tiga pendekatan teoritis yaitu fisiologi, psikologi, dan sosiologi telah digunakan untuk mendefinisikan stres dalam riset keperawatan. Stres
fisiologi diartikan sebagai respon non spesifik tubuh terhadap setiap kebutuhan, tanpa memerhatikan sikapnya Selye, 1976 dalam Brunner
Suddarth, 2002. Dari pendekatan psikologi stres dipandang sebagai suatu hal di luar
individu, stres dianggap sebagai faktor predisposisi atau pencetus yang meningkatkan kepekaan individu terhadap penyakit Rahe, 1975 dalam
Brunner Suddarth, 2002. Pendekatan sosiologi mendefinisikan stres sebagai transaksi dimana terdapat pertukaran antara individu dan
lingkungannya, yang memberikan umpan balik kepada hubungan orang- lingkungan Lazarus, 1994 dalam Brunner Suddarth, 2002.
Stres adalah suatu keadaan yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang menantang, mengancam
atau merusak terhadap keseimbangan atau ekuilibrium dinamis seseorang Brunner and Suddarth, 2002. Stres juga dapat didefinisikan sebagai suatu
kondisi dinamis di mana seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh
individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting Stephen, 2008.
2.2 Etiologi Stres
Tiap orang menjalankan adaptasi dengan tingkatan tertentu dan secara teratur menyelesaikan perubahan sesuai kekuatannya. Setiap orang
mengalami stres dari waktu ke waktu, dan umumnya dapat mengadaptasi stres jangka panjang atau menghadapi stres jangka pendek sampai stres
tersebut berlalu Potter Perry, 2005. Kondisi tersebut dapat menyebabkan stres yang disebut dengan stressor. Menurut Selye 1976,
dalam Potter Perry 2005 memperkenalkan konsep stressor yang adalah rangsangan internal dan eksternal.
Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang, misalnya demam, atau keadaan emosi seperti rasa bersalah Potter Perry, 2005.
Faktor gaya hidup yang konstruktif juga termasuk dalam stressor internal, termasuk diet sehat, olahraga, manajemen waktu yang efektif. Faktor gaya
hidup merusak termasuk merokok, konsumsi alkohol yang berlebihan dan obat-obatan lain dan gaya hidup yg tidak berubah atau terus menerus
Funnel, Koutoukidis, Lawrence, 2005. Menurut Stuart dan Laraia 2005, dalam Purwati 2012
mengatakan bahwa usia berhubungan dengan pengalaman seseorang dalam menghadapi berbagai stressor, kemampuan memanfaatkan sumber
dukungan dan keterampilan dalam mekanisme koping. Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang misalnya perubahan bermakna dalam