1.4.2 Bagi Mahasiswa
Penelitian ini berguna bagi mahasiswa untuk lebih memahami hal – hal yang dapat mempengaruhin tingkat kekebalan dalam menghadapi
stres selama masa perkuliahan. Mahasiswa mampu mengetahui konsep terkait stres, sehingga mampu menyesuaikan diri dalam menghadapi
stres. Mahasiswa juga mampu memfokuskan cara pencegahan dan pengelolaan.
1.4.3 Bagi Peneliti Lainnya
Penelitian ini berfungsi sebagai referensi untuk penelitian terkait
selanjutnya terkait dengan tingkat kekebalan stres dari segi psikologis. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan rujukan dalam intervensi
keperawatan dalam berbagai karakteristik stres mahasiswa.
BAB 2 LANDASAN TEORITIS
2.1 Defenisi stres
Stres merupakan topik pembicaraan sehari-hari, namun kemampuan untuk mendefenisikan dan meramalkan stres tetap belum
jelas. Tiga pendekatan teoritis yaitu fisiologi, psikologi, dan sosiologi telah digunakan untuk mendefinisikan stres dalam riset keperawatan. Stres
fisiologi diartikan sebagai respon non spesifik tubuh terhadap setiap kebutuhan, tanpa memerhatikan sikapnya Selye, 1976 dalam Brunner
Suddarth, 2002. Dari pendekatan psikologi stres dipandang sebagai suatu hal di luar
individu, stres dianggap sebagai faktor predisposisi atau pencetus yang meningkatkan kepekaan individu terhadap penyakit Rahe, 1975 dalam
Brunner Suddarth, 2002. Pendekatan sosiologi mendefinisikan stres sebagai transaksi dimana terdapat pertukaran antara individu dan
lingkungannya, yang memberikan umpan balik kepada hubungan orang- lingkungan Lazarus, 1994 dalam Brunner Suddarth, 2002.
Stres adalah suatu keadaan yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang menantang, mengancam
atau merusak terhadap keseimbangan atau ekuilibrium dinamis seseorang Brunner and Suddarth, 2002. Stres juga dapat didefinisikan sebagai suatu
kondisi dinamis di mana seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh
individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting Stephen, 2008.
2.2 Etiologi Stres
Tiap orang menjalankan adaptasi dengan tingkatan tertentu dan secara teratur menyelesaikan perubahan sesuai kekuatannya. Setiap orang
mengalami stres dari waktu ke waktu, dan umumnya dapat mengadaptasi stres jangka panjang atau menghadapi stres jangka pendek sampai stres
tersebut berlalu Potter Perry, 2005. Kondisi tersebut dapat menyebabkan stres yang disebut dengan stressor. Menurut Selye 1976,
dalam Potter Perry 2005 memperkenalkan konsep stressor yang adalah rangsangan internal dan eksternal.
Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang, misalnya demam, atau keadaan emosi seperti rasa bersalah Potter Perry, 2005.
Faktor gaya hidup yang konstruktif juga termasuk dalam stressor internal, termasuk diet sehat, olahraga, manajemen waktu yang efektif. Faktor gaya
hidup merusak termasuk merokok, konsumsi alkohol yang berlebihan dan obat-obatan lain dan gaya hidup yg tidak berubah atau terus menerus
Funnel, Koutoukidis, Lawrence, 2005. Menurut Stuart dan Laraia 2005, dalam Purwati 2012
mengatakan bahwa usia berhubungan dengan pengalaman seseorang dalam menghadapi berbagai stressor, kemampuan memanfaatkan sumber
dukungan dan keterampilan dalam mekanisme koping. Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang misalnya perubahan bermakna dalam
lingkungan, perubahan dalam peran keluarga atau sosial Potter Perry, 2005.
Permasalahan non-akademis terutama berasal dari tekanan sosial yang dialami mahasiswa sehari-hari seperti permasalahan yang terkait
dengan keluarga, misalnya karena tinggal terpisah dari keluarga, kondisi keuangan keluarga, riwayat pola pengasuhan asuh dari orangtua,
perbedaan prinsip dengan orang tua. Selain itu masalah-masalah yang bersumber dari kehidupan di pondokan, hubungan perteman dengan latar
belakang sosial dan budaya yang berbeda, kesulitan adaptasi umum, masalah dalam hubungan lawan jenis, serta masalah di dalam organisasi
dan kegiatan kemahasiswaan sering merupakan sumber permasalahan yang serius bagi mahasiswa Fakultas Psikologi UGM, 2013.
Pada penelitian Womble, 2001 ada banyak faktor yang dapat menyebabkan stres mahasiswa, faktor utama termasuk olahraga, nutrisi,
tidur, dan bekerja womble, 2001. Pada hasil penelitian sebelumnya oleh Susi Purwati 2012, dari hasil penelitian ini tingkat stress mahasiswa
dibagi atas usia dan jenis kelamin. Pada jenis kelamin, tidak ditemukan perbedaan tingkat stres, namun pada tingkat usia ditemukan perbedaan
tingkat stres, yaitu semakin tinggi tingkat usia maka tingkat stres akan semakin rendah.
2.3 Respon Stres
Individu secara keseluruhan terlibat dalam merespon dan mengadaptasi stres. Namun demikian, sebagian besar dari riset tentang
riset tentang stres berfokus pada respon psikologis dan fisiologi, meski dimensi ini saling tumpang tindih dan berinteraksi dengan dimensi lain.
Ketika terjadi stres, seseorang menggunakan energi fisiologis dan psikologis untuk berespon dan mengadaptasi Potter Perry, 2005.
Respon psikologis dapat berupa perilaku konstruktif maupun destruktif Smeltzer Bare, 2008.
Respon fisiologis terhadap stres akut dikenal sebagai respon fight- or-flight.
Ini dimulai ketika orang dihadapkan dengan situasi ancaman stres . Ketika tubuh mempersiapkan untuk melawan atau melarikan diri,
akan terjadi beberapa perubahan. Sistem saraf otonom dan sistem neuroendokrin bergabung untuk memberikan tubuh dengan kapasitas yang
cukup untuk menangani stres. hormon yang diperlukan untuk beradaptasi dengan stres disekresikan, otot tegang, jantung berdetak lebih cepat, napas
dan keringat meningkat, pupil membesar dan kadar gula darah
meningkat. Setelah penyebab stres dihapus, mekanisme homeostatis yang
melibatkan sistem saraf parasimpatis dan aktivitas penurunan hipotalamus dan kelenjar hipofisis mengembalikan tubuh dari keadaan dari kesiapan
tinggi ke mode rileks. Respon fight-or-flight sangat penting untuk pertahanan terhadap bahaya dan mentolerir. Namun, lanjutan hasil stres