Kategori Ekologi Analisis Kosakata Budaya Nirpadan

50 seperti ekologi yang ada di Indonesia khususnya Jawa sangat khas dan jarang ditemukan di Jepang.

2. Analisis Kosakata Budaya Nirpadan

Sebagaimana disajikan di depan bahwa kosakata yang nirpadan dalam bahasa sasaran, dalam hal ini dari bahasa Indonesia ke bahasa Jepang dikategorikan berdasarkan kategori kebudayaan yang terdiri atas lima wujud, yaitu ekologi, budaya material, budaya sosial, organisasi serta gestur dan kebiasaan. Temuan penelitian, berdasarkan sumber data yang telah ditentukan menunjukkan bahwa kosakata budaya yang nirpadan dalam bahasa sasaran, dalam hal ini dari bahasa Indonesia ke bahasa Jepang meliputi kelima kategori di atas. Kenyataan ini diyakini karena karya yang diteliti adalah karya sastra fiksi yang latarnya adalah kehidupan dan kebudayaan masyarakat Jawa, di Indonesia.

a. Kategori Ekologi

Berdasarkan atas identifikasi data, kategori ekologi mengandung kosakata budaya yang nirpadan sebanyak 8 kosakata, yaitu: kosakata budaya sub kategori tumbuhan ada lima kosakata, yaitu, pohon ketapang タンキョウのき(tankyou no ki) janur kuning きいろいやしいのは kiiroiyashii no ha, pandan パン ダンpandan, dan buah kenari カンランkanran kayu mahoni マハゴニの木 (magooni no ki). Sub kategori hewan ada dua, yaitu: perkutut kelangenan かわ いがっている鳩 kawaigatteiru hato dan ayam aduan 闘鶏用 とうけいよう の 鶏 にわとり tokeiyou 51 no niwatori. Selanjutnya sub kategori lingkungan ada satu, yaitu, alun-alun ひろ ばhiroba. Pada sub kategori tumbuhan, pohon ketapang dimasukkan dalam kategori nirpadan. Pohon ini sejenis pohon tepi pantai yang rindang. Lekas tumbuh dan membentuk tajuk indah bertingkat-tingkat, dan kerap dijadikan pohon peneduh di taman-taman dan tepi jalan . Selanjutnya janur kuning atau daun kelapa muda. Janur kuning sangat erat hubungannnya dengan kehidupan masyarakat Jawa. Dalam budaya Indonesia khususnya budaya Jawa, janur kuning memiliki kegunaan dan makna simbolik yang beragam. Janur kuning digunakan dalam upacara perkawinan, kelahiran, kematian, dan berbagai sendi kehidupan yang lain. Janur, bermakna sejane ning nur arah menggapai cahaya Ilahi. Sedangkan, kuning bermakna sabda dadi yang dihasilkan dari hatijiwa yang bening. Oleh karena dengan adanya janur kuning mengisyaratkan makna cita-cita mulia lagi nan tinggi untuk mencapai cahaya nur-Nya dengan dibarengi hati yang jernih. Sedangkan di Jepang, pohon kelapa hanya tumbuh di pulau Okinawa dan tidak begitu dimanfaatkan dan dikenal oleh wilayah Jepang yang lain. Kemudian pandan atau juga disebut dengan pandan wangi adalah jenis tumbuhan monokotil dari famili Pandanaceae yang memiliki daun beraroma wangi yang khas. Daunnya merupakan komponen penting dalam tradisi masyarakat Jawa, baik untuk ritual upacara dan masakan. Kosakata budaya Indonesia yang nirpadan dalam bahasa Jepang pada kategori ekologi sub kategori tumbuhan adalah tumbuhan khas Indonesia 52 khususnya Jawa, seperti tergambar dalam data penelitian, yaitu, pohon ketapang, pohon mahoni, janur kuning, buah kenari, dan pandan. Kekhasan tersebut diperjelas dengan penggunaan gairaigo atau kata serapan dalam bahasa Jepang. Pada sub kategori hewan, kosakata budaya yang nirpadan adalah perkutut kelangenan dan ayam aduan. Di Jawa, burung perkutut termasuk salah satu rangkaian di dalam falsafah Jawa, yaitu: ‘Ponco Broto’ yang terdiri atas 1 wisma rumah, 2 garwa istri, 3 turangga kuda, 4 kukila burung dan 5 curiga keris. Selain itu, burung perkutut dipercaya mampu memberi kebahagiaan dan keberuntungan pada pemiliknya. Bahkan, burung perkutut putih, yang sulit ditemui konon mempunyai kemampuan sebagai penolak bala. Sama seperti burung perkutut, ayam jago juga menjadi salah satu hewan klangenan kesayangan orang-orang Jawa. Bahkan, ayam-ayam tertentu mempunyai kegunaan yang berbeda-beda. Ayam-ayam jago tersebut dibedakan berdasarkan katuranggan tampilan fisik yang bermacam-macam dengan sebutan yang beberapa cukup menakutkan: Suro Petir, Suro Pengantin, Cemani, Putih Seta, Ubed, Ubed Jalu, Suro Wilis, Naga Tumurun, Batu Lapak, dan lain lain. Ayam-ayam jago dengan sebutan di atas mempunyai reputasi yang cukup menakutkan, beberapa diantaranya karena sulit dikalahkan di dalam arena pertarungan . Burung perkutut dan ayam jago atau ayam jantan ada di Jepang. Meskipun begitu, masyarakat Jepang tidak mengenal hewan-hewan tersebut sebagai hewan kelangenan atau dijadikan aduan. Masyarakat Jepang biasanya mengenal anjing, atau kucing sebagai hewan kesukaan. Perbedaan konsep budaya dalam 53 memandang sesuatu, seperti burung perkutut dan ayam aduan, memungkinkan terjadinya ketidaksepadanan. Dalam sub kategori lingkungan ada kata alun alun yang dimasukkan dalam kosakata budaya nirpadan dalam bahasa Jepang. Alun-alun di Indonesia atau khususnya di Jawa adalah tanah lapang yang luas yang berada di depan tempat kediaman kepala pemerintahan seperti bupati atau walikota dan biasanya di dekat masjid besar. Letak alun-alun seperti itu diselaraskan dengan fungsinya sebagai tempat mengumpulkan warga agar mudah mendapatkan informasi dari pemerintahan atau tempat melakukan ibadah ketika masjid tidak mampu menampung warga. Di Jepang, konsep alun-alun seperti diatas tidak ada. Bagi masyarakat Jepang, alun-alun hanyalah lapangan yang luas saja. Letak dan fungsi tidak memiliki perbedaan dengan lapangan lapangan luas yang lain. Hal tersebut menjadi alasan kata alun-alun dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan padanannya dalam bahasa Jepang.

b. Kategori Budaya Material