Pergeseran Makna karena Perbedaan Sudut Pandang Budaya

104 Kosakata gubug diterjemahkan heya dalam data penelitian ini. Hasil terjemahan tersebut mengakibatkan terjadinya pergeseran makna dari generik ke spesifik. Gubug meskipun bangunan yang sederhana, sebagai tempat tinggal sementara, biasanya berbentuk rumah. Bahkan dalam budaya Jawa, kata gubug digunakan untuk menggantikan rumah, ketika pembicara bersikap sopan untuk menghormati orang lain dengan cara merendahkan diri sendiri. Sedangkan heya, secara umum mengacu pada makna ruang atau kamar, suatu bagian dalam rumah. Sehingga ketika gubug diterjemahkan menjadi heya, makna nya menjadi bergeser menjadi lebih spesifik. Hal tersebut diperkirakan karena orang Jepang tidak mengenal bangunan gubug dalam budaya mereka.

c. Pergeseran Makna karena Perbedaan Sudut Pandang Budaya

Terdapat dua buah kosakata yang mengalami pergeseran makna, ketika penerjemah menggunakan strategi penerjemahan untuk menanganinya. Kedua kosakata tersebut adalah kyai dan pasar malam. 1. kyai  seishokusha Kyai Seishokusha Sebutan + + Agama + + Islam + - Guru ilmu gaib + - Benda bertuah + - 105 2. pasar malam  yorushi Pasar malam yorushi Pasar + + Malam + + Permainan + + Kesenian + - Tradisional + - Berdasarkan atas analisis komponen makna di atas, terlihat bahwa ada komponen makna kyai yang tidak ada dalam komponen makna seishokusha dalam bahasa sasaran, yaitu agama Islam. Hal tersebut dimungkinkan karena dalam sudut pandang budaya penutur bahasa sasaran, agama bukanlah hal yang penting. Agama bagi orang Jepang adalah sebatas etika, sehingga tidak akan jadi masalah seandainya kyai dipadankan dengan pendeta dalam agama nasrani. Demikian juga halnya dengan pasar malam. Dalam kebudayaan penutur bahasa sumber jaman dahulu, orang Indonesia atau khususnya Jawa, sangat menantikan keramaian pasar malam. Pasar yang diadakan hanya untuk menyambut hari-hari khusus, dilengkapi dengan permainan dan pertunjukan kesenian. Konsep budaya seperti itu tidak dikenal dalam budaya Jepang. Orang Jepang memaknai pasar malam dengan pasar yang buka di malam hari, sedangkan untuk perayaan-perayaan hari istimewa mereka memiliki matsuri, yang sangat berbeda konsep dengan pasar malam. 106

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

1. Kosakata budaya nirpadan dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jepang ada 61 kosakata. Kategori budaya material terdapat 20 31, kategori budaya sosial ada 18 29, Kategori organisasi memiliki kosakata nirpadan sebanyak 11 18, ekologi 8 13, dan gestur serta kebiasaan sebanyak 4 7 kosakata. 2. Dalam menangani kosakata budaya yang nirpadan dalam bahasa sasaran dari bahasa Indonesia ke bahasa Jepang, penerjemah menggunakan strategi a parafrasa, b serapan, c pola khusus-umum d padanan budaya e netralisasi, dan g penghilangan. 3. Untuk memilih strategi yang paling tepat untuk menemukan padanan kataungkapan yang tidak dikenal dalam bahasa sasaran, penerjemah tidak terlepas dari konteks. Konteks merupakan pertimbangan utama dalam memilih strategi yang tepat. Namun, tujuan utama penerjemah adalah bagaimana makna dalam bahasa sumber dapat disampaikan kepada pembaca bahasa sasaran tanpa mengenyampingkan perinsip kejelasan dan kewajaran. 4. Proses penerjemahan ini mengakibatkan terjadinya pergeseran struktur dan makna pada 25 kosakata budaya yang nirpadan. Pergeseran struktur meliputi pergeseran sintaksis dan pergeseran struktur gramatikal. Sedangkan