79 Penggunaan strategi ini menunjukkan bahwa ada kemiripan kebudayaan yang
dimiliki oleh kebudayaan Indonesia dan kebudayaan Jepang. Kemiripan tersebut misalnya sama-sama mengenal peternakan dan pertanian, karena memiliki jenis
peralatan yang hampir sama. Penggunaan strategi ini bisa mengakibatkan penyimpangan makna tertentu, karena padanan makna pada bahasa sasaran tidak
sama persis dengan bahasa sumber, tetapi strategi ini dapat membagun padanan yang dinamis.
4. Analisis Strategi Penerjemahan dengan Menggunakan Kata Serapan
Strategi penerjemahan dengan menggunakan kata serapan dilakukan oleh penerjemah terhadap 19 31,79 kosakata budaya yang nirpadan. Dalam bahasa
Jepang, kata serapan atau kata pinjaman ditunjukkan dengan transliterasi atau transvokalisasi berdasarkan aturan-aturan yang ada dalam bahasa Jepang. Kata
serapan ini disebut dengan gairaigo 外来語 bahasa asing dan biasanya ditulis
dengan huruf Katakana. Penerjemah menggunakan strategi ini dengan dua cara, yaitu: 1 dengan modifikasi dan 2 tanpa modifikasi.
a. Kata Serapan dengan modifikasi
Strategi ini digunakan untuk 6 kosakata, yaitu: 1 pohon ketapang
Teks sumber: Selepas ia mengantarkan potongan-potongan kayu bakar dari
pohon ketapang ke rumah Alamanda
Teks sasaran: 破綻鏡
カ タ パ ン
木のたたぎをアラマンダのいえにとどけたあと。
80
Katapan hatankyou no ki no tatagi o Aramanda no ie ni
todoketa Kata- kata yang dicetak tebal dalam teks sumber adalah kata yang diserap
dalam teks sasaran. Pohon ketapang dan Alamanda ditulis dengan menggunakan huruf Katakana, sebagai ciri gairaigo, karena pohon ketapang dan Alamanda
bukan berasal dari bahasa Jepang. Ketapang diserap dengan katapan dengan diberi penjelasan huruf kanji hatankyo berbuah seperti batu. Sedangkan
Alamanda adalah nama orang asing di luar nama orang Jepang, sehingga
penulisannya menggunakan huruf Katakana. 2 Becak
Teks sumber: Mereka mengusir empat orang laki-laki yang terdiri dari
pedagang ikan asin, penarik becak, kuli angkut dan suami
seorang pedagang pakaian. Teks sasaran: 塩魚うりと、輪
ベ
タク
チ ャ ク
の運転手と、荷役夫と、洋服うりと いった面々の四人の男
Shiouri to, bechaku wataku no untenshu to, niyakuotto to
youfukuuri to itta menmen no yonin no otoko
Kata becak diserap ke dalam bahasa Jepang sebagai bahasa sasaran dengan kata bechaku dalam huruf katakana dan diberi tambahan penjelasan kata wataku
kendaraan beroda. 3 buah kenari
Teks sumber: Ia menemukan buah-buah kenari yang jatuh dari pohonnya.
Teks sasaran: 木から落ちた観覧「カンラン」を実をみつけ
81
Ki kara ochita kanran o jitsu o mitsuke. Buah kenari diserap menjadi kanran dengan penambahan penjelasan
dengan huruf kanji dalam bahasa Jepang. 4 Lebaran
Teks sumber: “Kenapa? Hari ini bukan Lebaran, bukan pula Natal, juga
bukan Tahun Baru.” Teks sasaran: 今日は 断食明
レ バ ラ ン
け大祭でもないし、クリスマスでもない し、新年でもない。
Kyo ha rebaran danjiki aketaisai demo naishi, kurisumasu
demo naishi, shinen demo nai.
Kata lebaran dalam bahasa sumber diserap menjadi rebaran dalam bahasa Jepang. Kata serapan rebaran tersebut diperjelas dengan penambahan frasa yang
ditulis dalam huruf kanji yang berbunyi danjiki aketaisai. Danjiki aketaisai terdiri atas kanji 断 dan yang maknanya larangan, kanji 食 jiki yang maknanya
makan, kanji 明け ake yang maknanya membuka, kanji 大 tai yang bermakna besar, dan kanji 祭 sai yang bermakna perayaan. Apabila diartikan dalam
bahasa Indonesia, maka danjiki aketaisai adalah perayaan besar membuka
larangan makan puasa. 5 Jihad
Teks sumber: Ia telah lama ingin mati dalam perjuangan, sebab ia
menganggap hal itusebagai jihad.
Teks sasaran: 自分のことを聖戦
ジハット
だと考えていたからである。
82
Jibun no koto o jihatto seisen dato kangaeteita kara de aru. Kata jihad diserap dalam bahasa sasaran menjadi jihatto dengan diberi
penjelasan kata seisen yang mengandung makna mati dalam peperangan yang suci.
6 Kelinci percobaan Teks sumber: Bahkan ia mencoba mempraktikkannya dengan menunjuk si
nenek sebagai kelinci percobaan.
Teks sasaran: さらには祖母を試験代のマルモットにしってみようと思 いつき
Sarani ha sobo o shikendai no marumottto ni sittemiyou to
omoitsuki
Kata kelinci dalam bahasa Indonesia diserap dalam bahasa Jepang menjadi marumotto. Penerjemah menerjemahkan kata kelinci dengan marmut karena
dalam kebudayaan Jepang, kelinci atau usagi tidak pernah dijadikan ungkapan untuk obyek percobaan. Hal itu dikarenakan kelinci dipercaya sebagai salah satu
hewan peliharaan Dewa di Jepang.
b. Kata Serapan tanpa Modifikasi