Pergeseran Tataran Sintaksis 1 Tataran Kata ke Frase Pergeseran Struktur Gramatikal

100

a. Pergeseran Tataran Sintaksis 1 Tataran Kata ke Frase

Berdasarkan analisis data, ditemukan 5 kosakata budaya nirpadan yang mengalami pergeseran bentuk dari tataran kata menjadi frasa dalam bahasa Jepang. Kelima kata tersebut adalah sebagai berikut. 1. Pancuran  choro choro dete kuru mizu 2. Keranda  shi no koshi 3. Rentenir  juunin tachi ni kin o kashi, karitamono wa kubi wo shimerareru youna riko wo tsukete hensasaneba naranakatta 4. Kiamat  kono yo no owari 5. Lebaran  danjiki aketaisai Pergeseran bentuk ini dimungkinkan untuk penyampaian makna yang lebih akurat dan mudah dipahami oleh pembaca penutur bahasa sasaran. Misalnya adalah kata kiamat digeser dalam bentuk frasa menjadi kono yo no owari akhir dunia ini. 2 Tataran Frase ke Kata Berdasarkan analisis data terdapat 5 kosakata yang mengalami pergeseran dari tataran frasa menjadi kata dalam bahasa Jepang. 1. kain kafan  momengire  木綿布 2. tukang jailangkung  yuureitsukaisan  幽霊使いさん 3. pasar malam  yorushi  夜市 101 4. kuda lumping  kawaumahyouibuyou  川馬憑依舞踊 5. orkes melayu marayugakudan  マラユ楽団 Kata dalam bahasa Jepang, salah satunya dibentuk dari penggabungan dua atau tiga morfem bebas. Morfem-morfem tersebut ada yang diwakili dengan huruf kanji. Misalnya, pada padanan kain kafan. Momengire adalah gabungan tiga buah kanji yang mewakili tiga makna. Kanji 木 mengandung makna pohon, kanji 綿 mengandung makna kapas dan kanji 布 mengandung makna kain. Tetapi secara sintaksis bahasa Jepang, ketiga buah kanji tersebut adalah satu kata.

b. Pergeseran Struktur Gramatikal

Terdapat 8 kosakata budaya nirpadan yang mengalami pergeseran struktul gramatikal dalam proses penerjemahnnya. Kedelapan kosakata tersebut adalah sebagai berikut: 1. pohon ketapang  hatankyou no ki 2. janur kuning  kiiroi yashi no ha 3. kayu mahoni  magooni no ki 4. perkutut kelangenan  kawaigatteiru tori 5. ayam aduan  tokeiyou niwatori 6. guru agama  shukyou no kyoushi 7. penarik becak  wataku no untenshu 8. orkes melayu  marayugakudan Struktur pola dasar bahasa Indonesia diterangkan-menerangkan DM bergeser menjadi menerangkan-diterangkan dalam bahasa Jepang. Misalnya adalah kata ayam aduan diterjemahkan menjadi tokeiyou niwatori aduan ayam. 102 Selain itu dalam Struktur bahasa Indonesia tidak memerlukan partikel dalam pola DM pada kata benda, tetapi dalam bahasa Jepang, harus diberikan partikel no apabila jenis kata yang menerangkan dan diterangkan MD adalah kata benda. Kedua pergeseran bentuk di atas tidak menyebabkan isi pesan yang disampaikan dalam teks sumber berkurang. Untuk mengungkapkan kembali pesan dari teks sumber, penerjemah harus melakukan penyesuaian secara gramatikal dengan baik.

2. Pergeseran Semantik