Pergeseran Makna dari Spesifik ke Generik Pergeseran makna dari Generik ke Spesifik

102 Selain itu dalam Struktur bahasa Indonesia tidak memerlukan partikel dalam pola DM pada kata benda, tetapi dalam bahasa Jepang, harus diberikan partikel no apabila jenis kata yang menerangkan dan diterangkan MD adalah kata benda. Kedua pergeseran bentuk di atas tidak menyebabkan isi pesan yang disampaikan dalam teks sumber berkurang. Untuk mengungkapkan kembali pesan dari teks sumber, penerjemah harus melakukan penyesuaian secara gramatikal dengan baik.

2. Pergeseran Semantik

Selain pergeseran struktur, pergeseran makna juga terjadi dalam proses penerjemahan kosakata budaya nirpadan dalam cerita Cantik itu Luka dari bahasa Indonesia ke bahasa Jepang. Dari 23 kosakata yang mengalami pergeseran, 6 kosakata mengalami pergeseran semantik, yaitu 1 3 kosakata budaya mengalami pergeseran dari makna spesifik ke makna generatif, 2 1 kosakata mengalami pergeseran makna dari generik ke spesifik, dan 3 2 kosakata budaya nirpadan mengalami pergeseran karena perbedaan sudut pandang budaya.

a. Pergeseran Makna dari Spesifik ke Generik

Sebagian besar pergeseran makna dalam proses penerjemahan adalah pergeseran dari makna spesifik ke makna generik. Berikut ini adaah enam kosakata budaya nirpadan yang mengalami pergeseran dari makna spesifik ke makna generik. 1. perkutut kelangenan  kawaigatteiru tori 2. alun-alun  hiroba 103 3. penarik becak  wataku no untenshu 4. gentong  kame 5. kolor  pantsu 6. kain kafan momengire Berdasarkan analisis komponen makna yang telah dilakukan pada sub-bab sebelumnya, perkutut bergeser menjadi burung, alun alun yang mengandung makna lapangan luas di pusat kota dan pemerintahan, bergeser maknanya menjadi hiroba, lapangan luas secara umum. Kemudian, penarik becak dipadankan dengan pengemudi secara umum, gentong dipadankan menjadi kame yang maknanya mencakup pot bunga, guci, kendil, vas dan sejenisnya. Kolor juga bergeser maknanya menjadi lebih umum ketika dipadankan menjadi pantsu, yang mengandung makna celana secara umum. Terakhir, kain kafan dipadankan menjadi momengire, kain katun secara umum tanpa menunjukkan fungsi khusus seperti kain kafan.

b. Pergeseran makna dari Generik ke Spesifik

Dari analisis data, hanya satu yang mengalami pergeseran makna dari generik ke spesifik. Hal tersebut dapat dilihat dari analisis komponen makna kedua kosakata tersebut, berikut ini: 1. gubug  heya Gubug heya Rumah + - Ruang + + Kecil + + Sementara + - Sederhana + - 104 Kosakata gubug diterjemahkan heya dalam data penelitian ini. Hasil terjemahan tersebut mengakibatkan terjadinya pergeseran makna dari generik ke spesifik. Gubug meskipun bangunan yang sederhana, sebagai tempat tinggal sementara, biasanya berbentuk rumah. Bahkan dalam budaya Jawa, kata gubug digunakan untuk menggantikan rumah, ketika pembicara bersikap sopan untuk menghormati orang lain dengan cara merendahkan diri sendiri. Sedangkan heya, secara umum mengacu pada makna ruang atau kamar, suatu bagian dalam rumah. Sehingga ketika gubug diterjemahkan menjadi heya, makna nya menjadi bergeser menjadi lebih spesifik. Hal tersebut diperkirakan karena orang Jepang tidak mengenal bangunan gubug dalam budaya mereka.

c. Pergeseran Makna karena Perbedaan Sudut Pandang Budaya