Tidak tercapainya kesepakatan antara dokter dengan pasien.

2. Tidak tercapainya kesepakatan antara dokter dengan pasien.

Dalam perjanjian terapeutik, kesepakatan yang ada haruslah tidak mengalami cacat kehendak antara dokter dan pasien agar dalam upaya pemberian pelayanan kesehatan dapat dilakukan secara maksimal. Akan tetapi dalam pelaksanaan perjanjian terapeutik bisa terjadi adanya cacat kehendak. Hal ini dapat terjadi karena adanya hak menolak dari pasien. Adanya hak menolak dari pasien ini membuat kesepakatan yang ada antara dokter dan pasien dalam hal pemberian pelayanan kesehatan tidak tercapai. Dokter yang berkepentingan untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal guna kesembuhan pasien, namun karena pertimbangan risiko yang timbul, biaya yang harus dikeluarkan, dan pertimbangan-pertimbangan lainnya, pasien memberikan penolakan atas tindakan medis yang dilakukan. Di satu sisi dokter berkewajiban secara moral untuk menolong pasien namun di sisi lain dokter juga harus menghormati hak menolak dari pasien. Permasalahan ini yang terkadang membuat tujuan dari pelaksanaan perjanjian terapeutik sulit untuk dicapai sebab perbedaan kepentingan ini membuat upaya maksimal dokter dalam penyembuhan penyakit pasien tidak berjalan dengan baik. Sebagai salah satu contoh kasus yang pernah terjadi di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri terkait dengan permasalahan tersebut yaitu:

Tuan J, usia 24 tahun dengan diagnosis leukemia akut (kanker darah akut). Salah satu tindakan untuk menolong pasien, adalah memasang DC (Dower Cateter ) yang digunakan untuk memantau produksi urine pasien selama dilakukan pemberian cairan tertentu untuk menyelamatkan pasien. Agar dokter dapat Tuan J, usia 24 tahun dengan diagnosis leukemia akut (kanker darah akut). Salah satu tindakan untuk menolong pasien, adalah memasang DC (Dower Cateter ) yang digunakan untuk memantau produksi urine pasien selama dilakukan pemberian cairan tertentu untuk menyelamatkan pasien. Agar dokter dapat

Kepada pihak pasien sudah berusaha dijelaskan dengan gamblang rencana tindakan medik yang akan dilakukan, prosedur tindakan medik secara mendetail, kegunaan pemasangan Dower Cateter, risiko yang mungkin terjadi, akan tetapi pihak pasien menolak pemasangan Dower Cateter tersebut dengan alasan pasien merasa tidak nyaman dan takut dengan pemasangan Dower Cateter dan sudah pasrah dengan segala akibatnya apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dengan tidak dipasangnya Dower Cateter. Akhirnya dokter menyodorkan formulir penolakan tindakan medis setelah dokter memberi penjelasan. Pihak pasien menyetujui untuk menandatangani formulir penolakan tersebut dan bersedia menanggung segala risiko yang mungkin terjadi apabila tindakan medik yang disarankan tersebut tidak dilakukan. Pihak dokter/Rumah Sakit menghormati keputusan pihak pasien dengan tetap merawat/memberi pelayanan terbaiknya. Dokter menyarankan menampung urine pasien didalam botol untuk memperkirakan jumlah urine yang diproduksi. Hal ini sangat jauh dari pemantauan yang seharusnya.

Upaya penyelesaian dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara dokter dengan pihak pasien terhadap tindakan medis yang akan dilakukan, yakni pada

prakteknya dokter telah menyadari sepenuhnya akan hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri (the right of self determination), melalui hak menolak pasien dan bahwa dokter hanyalah sebagai fasilitator yang mengupayakan kesembuhan bagi diri si pasien itu sendiri. Oleh karenanya apabila dokter menyarankan suatu tindakan medis tertentu sedangkan pasien tidak menyetujuinya meskipun sudah mendapatkan penjelasan yang cukup, maka dokter akan menghargai pendapat pihak pasien tersebut karena pasien memiliki hak untuk menentukan sendiri keputusannya sesuai dengan pilihannya sendiri. Guna untuk melindungi dokter dari risiko tuntutan hukum dikemudian hari kalau ternyata pilihan pasien merugikan dirinya sendiri maka kepada pihak pasien yang menolak dilakukan