Persetujuan Tindakan Medik (informed consent) dalam Perjanjian Terapeutik di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri

2. Persetujuan Tindakan Medik (informed consent) dalam Perjanjian Terapeutik di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri

Persetujuan tindakan medik (informed consent) dalam ketentuan peraturan perundang-undangan disebut dengan istilah persetujuan tindakan kedokteran. Istilah ini dapat dilihat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes /Per/III/2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran. Dalam Permenkes tersebut Persetujuan tindakan medik (informed consent) dalam ketentuan peraturan perundang-undangan disebut dengan istilah persetujuan tindakan kedokteran. Istilah ini dapat dilihat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes /Per/III/2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran. Dalam Permenkes tersebut

am pengertian umum Persetujuan tindakan medik (informed consent) adalah suatu persetujuan mengenai akan dilakukannya tindakan kedokteran oleh dokter terhadap pasiennya. Persetujuan ini bisa dalam bentuk lisan maupun tertulis. Pada hakikatnya Informed Consent adalah suatu proses komunikasi antara dokter dan pasien tentang kesepakatan tindakan medis yang akan dilakukan dokter terhadap pasien (ada kegiatan penjelasan rinci oleh dokter). Ada 2 (dua) bentuk Persetujuan Tindakan Medis, yaitu (Endang Kusuma Astuti,

2009 : 141-142) :

a. Implied Consent (dianggap diberikan)

1) Dalam Keadaan Normal Implied Consent adalah persetujuan yang diberikan pasien secara tersirat, tanpa pernyataan tegas. Umumnya tindakan dokter yang membutuhkan implied consent ini adalah tindakan yang biasa dilakukan atau sudah diketahui umum biasanya diberikan dalam keadaan normal, artinya dokter dapat menangkap persetujuan tindakan medis tersebut dari isyarat yang diberikan/dilakukan pasien. Misalnya pasien yang akan disuntik atau diperiksa tekanan darahnya, langsung menyodorkan lengannya sebagai tanda persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya

2) Dalam Keadaan Darurat (emergency) Demikian pula dalam keadaan darurat (emergency) sedangkan dokter memerlukan tindakan segera sementara pasien dalam keadaan tidak bisa memberikan persetujuan dan keluarganya tidak ada ditempat, maka dokter dapat melakukan tindakan medik terbaik menurut dokter. Hal ini didasarkan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/ Menkes/Per/III/2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran, bahwa

Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran. Seperti kasus sesak nafas, henti nafas atau henti jantung maupun akibat kecelakaan. Jenis persetujuan ini disebut sebagai presumed consent, artinya Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran. Seperti kasus sesak nafas, henti nafas atau henti jantung maupun akibat kecelakaan. Jenis persetujuan ini disebut sebagai presumed consent, artinya

b. Expressed Consent (dinyatakan) Expressed Consent adalah adalah persetujuan yang dapat dinyatakan secara lisan maupun tertulis. Persetujuan lisan biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang tidak mengandung risiko tinggi yang diberikan oleh pihak pasien, misalnya : pengambilan darah untuk laboratorium. Dalam tindakan medis yang bersifat invasive dan mengandung risiko, seperti tindakan pembedahan dokter sebaiknya mendapatkan persetujuan tindakan medik secara tertulis.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Suwarsono, SKM.,Msi selaku Ka.sub.bagian Rekam Medik RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri pada hari Selasa tanggal 27 Maret 2012 Pukul 10.25 WIB, bahwa semua tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien harus mendapat persetujuan. Persetujuan ini bisa tertulis maupun lisan tergantung dari risiko tindakan medis yang diambil. Untuk pemberian persetujuan tindakan medik (informed consent) secara tertulis di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri hanya diberikan kepada para pasien yang menjalani rawat inap yang mana dalam upaya pengobatan terhadap penyakit yang dideritanya pihak dokter setempat harus mengambil tindakan yang berisiko tinggi karena harus dioperasi maupun dengan pemasangan alat bantu kesehatan yang lainnya sehingga keberadaan persetujuan tindakan medis sangat diperlukan. Persetujuan tindakan medik terhadap pasien di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri dilakukan dalam bentuk tertulis dan sudah dibakukan dalam bentuk formulir. Hal ini dimaksudkan demi kelancaran pelaksanaan persetujuan tindakan medik, memudahkan pengarsipan atas catatan medik seorang pasien dan untuk keperluan administrasi. Dengan adanya bentuk baku ini, tentu akan menghemat waktu sebab antara dokter dan pasien tidak perlu terjadi proses tawar menawar yang berkepanjangan selain itu dalam kondisi-kondisi tertentu memang dibutuhkan persetujuan tindakan medik dari pasien dengan cepat sehingga dengan bentuk baku ini akan mempercepat dalam upaya dokter untuk segera melakukan tindakan medik terhadap pasien.

Tujuan dari persetujuan tindakan medik ini adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi pasien maupun dokter/tenaga kesehatan lainnya. Bagi pasien adanya persetujuan tindakan medik berguna untuk melindungi pasien terhadap segala

tindakan medis yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasien dan agar pasien mendapat pelayanan kesehatan secara optimal dari dokter/tenaga kesehatan yang menanganinya.

Bagi pihak dokter, adanya persetujuan tindakan medik berguna sebagai alat bukti terhadap setiap tindakan medik yang telah dilakukan bila dikemudian hari ada tuntutan dari pasien. Selain itu, dibuatnya bentuk baku dalam formulir persetujuan maupun penolakan tindakan medik tentu dimaksudkan agar didalamnya dimuat suatu klausula atau syarat eksonerasi yakni syarat-syarat yang membatasi atau membebaskan tanggung jawab salah satu atau perseorangan dalam melaksanakan perjanjian. Adanya klausula atau syarat eksonerasi ini tentu akan sedikit menguatkan kedudukan dokter sebab di dalam formulir persetujuan tindakan medik, pasien bersedia menanggung segala risikonya sehingga bila apabila dalam tindakan medik yang dilakukan terjadi risiko medik yang timbul maka pasien tidak akan menuntut pihak dokter. Begitu pula dalam formulir penolakan persetujuan tindakan medik, atas penolakan tersebut pasien tidak akan menuntut siapapun bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Persetujuan tindakan medik (informed consent) yang berwujud baku ini isinya dibuat oleh pihak rumah sakit sendiri sehingga pasien/keluarga pasien

tinggal menandatanganinya saja untuk memperoleh persetujuan dilakukan tindakan medis atau tidak. Walaupun konsep dari perjanjian baku cinderung tidak menguntungkan salah satu pihak karena telah dibuat dan ditetapkan oleh pihak yang kuat dan di dalamnya terdapat klausula atau syarat eksonerasi, namun dalam hal pemberian upaya pelayanan kesehatan, maka pihak pasien/keluarga pasien tetap harus menerima konsekuensi ini demi kelancaran dalam upaya penyembuhan penyakit pasien.

Penandatanganan formulir Informed Consent secara tertulis hanya merupakan pengukuhan atas apa yang telah disepakati sebelumnya. Formulir ini juga merupakan suatu tanda bukti yang akan disimpan di dalam arsip rekam medis pasien yang bisa dijadikan sebagai alat bukti bahwa telah terjadi perjanjian Penandatanganan formulir Informed Consent secara tertulis hanya merupakan pengukuhan atas apa yang telah disepakati sebelumnya. Formulir ini juga merupakan suatu tanda bukti yang akan disimpan di dalam arsip rekam medis pasien yang bisa dijadikan sebagai alat bukti bahwa telah terjadi perjanjian

Menurut penjelasan dari Bapak Suwarsono, SKM.,Msi bahwa prosedur pemberian persetujuan tindakan medis (informed consent) di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri berdasarkan pada Standart Prosedur Operasional Tetap Tindakan Medik RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri tertanggal 17 Juni 2011. Pemberlakuan Petunjuk Pelaksanaan Tindakan Medik (infomed consent) di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri, dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Realisasi persetujuan tindakan medik harus selalu didahului dengan suatu perjanjian yaitu perjanjian terapeutik yang merupakan hubungan kontrak antara dokter dengan pasien yang berawal dari hubungan kepercayaan dimana nantinya akan melewati tahapan-tahapan sebagai proses dalam upaya pelayanan medik yang akan dilakukan oleh dokter. Dalam setiap tahapnya dibutuhkan adanya komunikasi antara pasien dengan dokter yang pada hakekatnya didasarkan pada moral dan etik, baik oleh pasien maupun dokter. Artinya bahwa komunikasi tersebut pasien harus dengan jujur menjelaskan sejarah penyakit yang dideritanya, karena kesemuanya itu akan membantu dokter dalam melakukan diagnosa sebelum tindakan terapi dilaksanakan.

b. Dokter memberikan informasi dan penjelasan secara lisan kepada pasien dan/ atau pihak keluarga dihadapan para saksi sesuai dengan penjelasan dari pasien mengenai keluhan/penyakit yang dideritanya. Apabila berhalangan, informasi dan penjelasan yang harus diberikan dapat diwakilkan kepada dokter lain/perawat yang dianggap mampu dengan sepengetahuan dokter yang bersangkutan. Adapun isi informasi dan penjelasan yang harus diberikan dianggap cukup, jika paling sedikit ada enam hal pokok, yaitu :

1) Diagnosis penyakit dan penjelasan tentang tata cara tindakan medis yang akan dilakukan

2) Informasi dan penjelasan tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan medis yang akan dilakukan

3) Informasi dan penjelasan tentang risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi

4) Informasi dan penjelasan tentang alternatif tindakan medis lain yang tersedia dan serta risikonya masing-masing

5) Informasi dan penjelasan tentang Prognosis (kemungkinan hasil perawatan) terhadap tindakan yang dilakukan

6) Perkiraan pembiayaan

c. Cara penyampaian informasi harus sesuai dengan tingkat pengetahuan pasien. Seorang dokter harus menjaga agar penjelasan yang diberikan bisa mudah dimengerti / dipahami pasien dan penjelasan yang diberikan tidak menimbulkan rasa takut. Jika pasien dihinggapi rasa takut atau shock maka informasi harus diberikan kepada keluarga terdekat.

d. Setelah pasien/pihak keluarganya mengerti betul tentang penjelasan yang diberikan, pasien dan/atau keluarga menandatangani formulir persetujuan tindakan medis atau penolakan tindakan medis. Cara pasien/pihak keluarga menyatakan persetujuan dapat secara tertulis maupun lisan. Persetujuan secara tertulis mutlak diperlukan pada tindakan medis yang mengandung risiko tinggi, sedangkan persetujuan secara lisan diperlukan pada tindakan medis yang tidak mengandung risiko.

e. Pihak yang berhak memberikan persetujuan atau menyatakan menolak tindakan medis, pada dasarnya yakni pasien sendiri jika ia dewasa dan sadar sepenuhnya. Menurut Pasal 13 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes/Per/III/2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran

Pasien yang kompeten adalah pasien dewasa atau bukan anak menurut peraturan perundang-undangan (diatas 21 tahun) atau telah/pernah menikah, tidak terganggu kesadaran fisiknya, mampu berkomunikasi secara wajar, tidak mengalami kemunduran perkembangan (retardasi) mental dan tidak mengalami penyakit mental sehingga mampu membuat keputusan secara Pasien yang kompeten adalah pasien dewasa atau bukan anak menurut peraturan perundang-undangan (diatas 21 tahun) atau telah/pernah menikah, tidak terganggu kesadaran fisiknya, mampu berkomunikasi secara wajar, tidak mengalami kemunduran perkembangan (retardasi) mental dan tidak mengalami penyakit mental sehingga mampu membuat keputusan secara

f. Dokter (atau yang mendapat pelimpahan wewenang) maupun pasien/keluarga dan para saksi dari kedua belah pihak yaitu dari pihak keluarga dan pihak RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri memberikan tanda tangan baik itu menerima ataupun menolak tindakan medis ke dalam formulir persetujuan tindakan medik ataupun penolakan tindakan medik setelah pihak pasien/keluarga benar-benar memahami dan mengerti maksud dari penjelasan yang telah diberikan oleh dokter. Pemberlakuan persetujuan ataupun penolakan tindakan medik di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri adalah berlaku sejak tanggal ditetapkan yang disaksikan oleh para pihak terkait.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Lukminto selaku salah seorang pasien rawat jalan di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri

pada hari Selasa tanggal 27 Maret 2012 Pukul 11.35 WIB, bahwa sebagai salah satu pasien rawat jalan, beliau sudah pernah memberikan suatu persetujuan

tindakan medik dan semuanya dirasa sudah sesuai dengan ketentuan. Pihak dokter selalu memberikan segala informasi yang dibutuhkan terkait dengan tindakan medik yang akan dilakukan disertai dengan segala macam alternatif tindakan yang mungkin dilakukan. Semuanya hanya tinggal dari pasien itu sendiri, apakah mau menunda, menolak, atau melanjutkan.