Pelaksanaan Perjanjian Terapeutik dalam Pemenuhan Hak dan Kewajiban Dokter dan Pasien di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri

3. Pelaksanaan Perjanjian Terapeutik dalam Pemenuhan Hak dan Kewajiban Dokter dan Pasien di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri

Setelah tahapan/prosedur dalam proses penerimaan pasien di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri, baik itu pasien rawat jalan maupun

rawat inap dilalui dan pasien sudah memberikan persetujuan tindakan medik sebagai upaya dalam proses penyembuhan pasien maka perjanjian terapeutik dapat dilaksanakan. Dalam pelaksanaan perjanjian terapeutik, tentu akan menimbulkan hak dan kewajiban bagi pihak yang terikat di dalamnya, yaitu dokter dan pasien. Hal tersebut menunjukkan adanya perikatan yang diatur dalam hukum perdata tentang perikatan yang lahir karena perjanjian. Hak dan kewajiban dokter dan pasien menimbulkan prestasi dan kontraprestasi yang wajib dipenuhi oleh masing- masing pihak. Hak dan kewajiban dokter maupun pasien ini dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran. Hak dan kewajiban dokter dapat dilihat dalam Pasal 50 dan 51. Dalam Pasal 50 Undang- Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran, mengatur bahwa seorang dokter mempunyai hak yakni :

a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;

b. memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional;

c. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya; dan

d. menerima imbalan jasa. Dalam Pasal 51 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek

Kedokteran, dokter mempunyai kewajiban yaitu:

a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;

b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu

pemeriksaan atau pengobatan;

c. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia;

d. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan d. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan

Mengenai hak dan kewajiban pasien, dapat dilihat dalam pasal 52 dan 53 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran, yakni Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak:

mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis; meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain; mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis; menolak tindakan medis; dan mendapatkan isi rekam medis.

Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai kewajiban :

memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya; mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi; mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

a. Pemenuhan Hak dan Kewajiban Dokter dalam Pelaksanaan Perjanjian Terapeutik di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri

Pelaksanaan perjanjian terapeutik di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri dalam kaitannya dengan pemenuhan kewajiban dokter sudah dilaksanakan sebagaimana mestinya. Hal ini dapat dilihat saat dokter bertemu dengan pasien dalam upayanya untuk memberikan jasa pelayanan kesehatan terhadap pasien. Berdasarkan hasil wawancara Penulis dengan dua orang dokter di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri yakni dr. Nugroho Kusumawati, Sp.B selaku dokter bedah umum dan dr. Tri Budi Astuti selaku dokter umum pada hari Selasa tanggal 11 April 2012 pukul 12.23 WIB bahwa menurut penjelasan dari dr. Nugroho Kusumawati, Sp.B pelaksanaan perjanjian terapeutik di klinik bedah umum RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri sudah dilaksanakan dengan baik. Saat pasien bertemu dokter dengan segala keluhan penyakitnya,

dokter telah memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien. Dokter senantiasa membangun komunikasi dengan mengadakan tanya jawab terhadap pasien guna memperoleh informasi yang lengkap dan jelas mengenai keluhan penyakitnya, setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan terhadap pasien. Apabila dokter dirasa mampu untuk memberikan pengobatan secara maksimal terhadap penyakit pasien maka dokter akan merawat pasien dengan berbagai upaya pengobatan yang ada sesuai dengan keahlian dan kemampuannya. Namun apabila dokter dirasa tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan/pengobatan maka dalam hal ini dokter tidak akan memaksakan untuk terus merawat pasien sebab dokter tentunya harus melaksanakan kewajibannya untuk merujuk pasien ke dokter/rumah sakit lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik.

Hal yang sama juga disampaikan oleh dr. Tri Budi Astuti bahwa secara keseluruhan dokter telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat memenuhi hak-hak pasien. Seperti misalnya bila dalam keadaan darurat, dokter juga telah memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal dengan langsung memberikan pertolongan sesuai dengan situasi maupun kondisi yang ada. Dokter akan langsung segera melakukan berbagai upaya tindakan medik tanpa perlu menunggu persetujuannya, demi kelangsungan hidup si pasien.

Dalam pelaksanaan perjanjian terapeutik di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri, terkait dengan pemenuhan hak dokter, pada dasarnya semua sudah terpenuhi. Namun terkadang yang menjadi kendala menurut penjelasan dari dr. Tri Budi Astuti yakni dalam hal hak dokter untuk memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya sebab terkadang pasien/keluarga pasien bersikap pasif dan terlalu meyerahkan sepenuhnya kepada dokter yang merawat. Hal ini menurut beliau tidak hanya dialami di klinik Umum semata tetapi mungkin juga dialami oleh Poliklinik lainnya di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri. Selain itu, pasien/keluarga pasien terkadang ada yang tidak jujur dan tidak jelas dalam

memberikan informasi mengenai keluhan penyakitnya sehingga dalam memberikan informasi mengenai keluhan penyakitnya sehingga dalam

b. Pemenuhan Hak dan Kewajiban Pasien dalam Pelaksanaan Perjanjian Terapeutik di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri

Pelaksanaan perjanjian terapeutik di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri dalam kaitannya dengan pemenuhan hak dan kewajiban pasien ini sudah berjalan sebagaimana mestinya. Berdasarkan penjelasan dari dr. Nugroho Kusumawati, Sp.B selaku dokter bedah umum bahwa dalam setiap tindakan medik yang dilakukan, dokter sudah memenuhi hak-hak yang dimiliki pasien dan ini dirasa sudah dilakukan oleh seluruh dokter yang bertugas di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri. Hal ini dapat dilihat saat dokter meminta persetujuan tindakan medik kepada pasien, dimana dokter sudah memberikan penjelasan yang lengkap mengenai tindakan medik yang dilakukan, berupa informasi dan penjelasan mengenai diagnosis penyakit, tata cara tindakan medik yang akan dilakukan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, alternatif tindakan medik lain, kemungkinan hasil perawatan, maupun perkiraan biayanya. Dokter tidak pernah memaksakan kepada pasien untuk harus menuruti kehendak/keinginannya sebab dokter juga harus menghargai adanya hak menolak dari pasien. Hal ini juga telah dilakukan oleh pihak rumah sakit dengan memberikan formulir penolakan tindakan medik apabila pasien/keluarganya tidak bersedia melakukan tindakan medik. Selain itu dokter juga telah memberikan kesempatan kepada pasien bila ingin meminta pendapat dari dokter lain (second opinion) terkait dengan pengobatan yang akan dilakukan. Dalam setiap prosedur pelayanan maupun tindakan medik yang telah dilakukan di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri, semuanya telah dicatat dalam suatu catatan rekam medis, dimana saat pasien dinyatakan sembuh atau perlu dirujuk ke dokter/rumah sakit lain, pasien akan mendapatkan isi rekam medis tersebut.

Berdasarkan pejelasan tersebut, Penulis mencoba mengkonfirmasi dengan keterangan pihak pasien melalui hasil wawancara pada hari Kamis tanggal 12 April 2012 pukul 12.20 WIB dengan Bapak Suswandi selaku mantan pasien yang pernah menjalani rawat inap di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri, bahwa menurut pengalamannya menjalani rawat inap selama satu minggu ternyata dokter sudah memenuhi hak-hak dari pasien. Dokter di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri selalu mengkomunikasikan segala sesuatunya dengan pasien/keluarga pasien mulai dari pemilihan obat, pemasangan alat, maupun tahap terapi yang harus dijalani. Hal yang menjadi permasalahannya menurut Bapak Suswandi yakni tingkat pemahaman dari pasien ini yang masih relatif rendah sehingga membuat pasien hanya selalu menyetujui apapun tindakan medik yang dilakukan karena menganggap bila tidak dituruti akan membuat semakin lamanya kesembuhan pasien padahal sebenarnya pasien memiliki hak untuk memilih alternatif lain bila ia menghendaki.

Guna mencapai tujuan dari perjanjian terapeutik itu sendiri, tentunya dalam pelaksanaanya, pasien harus menjalankan kewajibannya agar hubungan timbal balik dalam perjanjian terapeutik itu dapat berjalan dengan baik. Hal ini penting karena semaksimal apapun upaya penyembuhan yang telah dilakukan oleh dokter akan sangat percuma bila pasien sendiri tidak melaksanakan kewajibannya dalam perjanjian terapeutik. Pada saat pasien bertemu dengan dokter untuk berobat, pasien harus memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya, kemudian setelah dokter melakukan pemeriksaan, pasien juga harus mematuhi nasihat dan petunjuk dokter. Apalagi bila pasien harus di rawat di rumah sakit, maka pasien juga harus mematuhi ketentuan yang berlaku di rumah sakit dan memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Dalam pelaksanaan perjanjian terapeutik di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri secara keseluruhan, dokter sebenarnya telah berupaya semaksimal mungkin untuk mewujudkan kesembuhan dari pasien, begitu juga sebaliknya. Pasien juga telah berupaya semaksimal mungkin untuk

mewujudkan kesembuhannya dengan senantiasa memenuhi kewajiban yang harus dilakukan. Akan tetapi terkadang pasien dalam memberikan informasi mengenai masalah kesehatannya tidak begitu lengkap dan cinderung bersikap tertutup atau mungkin tidak menjelaskan dengan sejujurnya tentang riwayat penyakit yang telah dideritanya. Hal inilah yang membuat upaya pelayanan kesehatan yang diberikan sedikit mengalami kendala sehingga dokter harus melakukan diagnosa dan pemeriksaan secara lebih teliti berdasarkan kemampuan, keahlian dan pengalamannya. Selain itu terkadang pasien juga sering lupa dalam melaksanakan nasihat dokter sehingga memperlama proses penyembuhan penyakit pasien. Hal ini dapat dilihat pada saat pasien harus mengkonsumsi beberapa jenis obat dengan dosis yang berbeda-beda dimana pasien seringkali lupa untuk meminum obat tersebut.

Menurut penjelasan dari dr. Nugroho Kusumawati, Sp.B bahwa dalam proses pengobatan, apabila pasien beserta keluarga telah memberikan persetujuan tindakan medis, dokter tidak dibenarkan untuk memutuskan hubungan secara sepihak sebelum hubungan terapeutik berakhir kecuali dengan alasan yang benar-benar selektif sekali. Sedangkan untuk pasien, berdasarkan asas kepatutan dan kebiasaan dapat sewaktu-waktu memutuskan hubungan secara sepihak. Hal ini dapat dilakukan karena tujuan yang hendak dicapai dari perjanjian terapeutik adalah untuk kepentingan pasien itu sendiri sehingga apabila dalam upaya dokter untuk menyembuhkan penyakit dari pasien ternyata pasien sudah tidak percaya lagi terhadap kemampuan dokter maka tidak ada gunanya jika memaksakan pasien untuk terus ditangani oleh dokter yang bersangkutan sebab kondisi yang seperti itu akan menyebabkan pasien tidak lagi bersikap kooperatif. Padahal keberhasilan pengobatan sangat dipengaruhi oleh keyakinan/kepercayaan pasien terhadap dokter dan sikap kooperatif dari pasien itu sendiri. Meski dokter sudah tidak percaya lagi, namun dokter tetap mempunyai kewajiban moral untuk mengingatkan pasien akan pentingnya meneruskan pengobatan ke dokter atau rumah sakit lain serta menyerahkan catatan yang penting (rekam medis) kepada pasien agar dapat diteruskan kepada dokter atau rumah sakit yang baru.