Landasan Teori

C. Landasan Teori

Dalam penelitian yang akan dilaksanakan untuk mengkaji permasalahan tentang Eksistensi Reog Ponorogo Pada Masyarakat Desa Sumoroto peneliti akan menggunakan pendekatan teori sosiologi sebagai landasannya. Dalam kehidupannya manusia memiliki kebutuhan yang berbeda-beda pada setiap individu dan antar individu saling berinteraksi dan saling berhubungan secara timbal balik.

Sosiologi sebagai ilmu masyarakat yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antar unsur-unsur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan sosial (Soekanto,2000 : 20-21). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sosiologi merupakan ilmu yang obyeknya adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat.

Oleh karena penelitian ini berpijak pada disiplin ilmu sosiologi maka penelitian ini menggunakan paradigma sosiologi. Paradigma itu sendiri adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang umum yang merupakan suatu sumber nilai. Konsekuensinya hal itu merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan

commit to user

sendiri. Menurut Thomas Khun,paradigma mengandung empat unsur, yaitu 1) subject matter, 2) teori, 3) metode, dan 4) eksemplar atau prosedur ( Yulius Slamet,2006:16).

Dalam penelitian in akan menggunakan Teori Tindakan Sosial milik Max Weber dan Interaksionalisme simbolik milik George Herbert Mead.

1. Teori Tindakan Sosial Max Weber

Max Weber mengungkapkan bahwa dunia sebagaimana kita saksikan terwujud karena tindakan social. Manusia melakukan sesuatu karena mereka memutuskan untuk melakukan itu,untuk mencapai apa yang

sasaran,mereka memperhitungkan keadaan,kemudian memilih tindakan. Bagi Max Weber,struktur social adalah produk(hasil) dari tindakan itu,cara hidup adalah produk dari pilihan yang dimotivasi. Memahami realitas social yang dihasilkan oleh tindakan itu berarti menjelaskan mengapa manusia menentukan pilihan. Teori sosiologi bukanlah teori mengenai system social yang memiliki dinamikanya sendiri,melainkan mengenai makna dibalik tindakan individu. Max Weber menyebut metode yang dikembangkan sebagai verstehen.

Inti dari tindakan sosial adalah tindakan yang penuh arti dari individu yakni tindakan individu sepanjang tindakannya itu mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Selain memusatkan perhatian pada tindakan yang berorientasi

commit to user

memahami berbagai masyarakat adalah menghargai bentuk-bentuk tipikal tindakan yang menjadi cirri khasnya dengan merekonstruksi makna dibalik kejadian-kejadian sejarah yang menghasilkan struktur-struktur dan bentukan-bentukan social. Menurut Max Weber, kita bisa membandingkan struktur beberapa masyarakat dengan memahami alasan-alasan mengapa warga masyarakat bertindak,kejadian-kejadian historis secara berurutan yang mempengaruhi karakter mereka dan memahami tindakan pada pelakunya yang hidup dimasa kini,akan tetapi walaupun demikian kita tidak bisa menggeneralisasi semua masyarakat atau semua struktur social. Weber membuat klasifikasi mengenai perilaku social atau tindakan menjadi 4 yaitu :

a. Tindakan Tradisional (Traditional Action) yakni tindakan social murni,tindakan yang didasarkan pada kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan seseuatu masa lalu saja. Tindakan social juga didorong dan berorientasi kepada suatu kebiasaan bertindak yang berkembang di masa lampau(tradisi). Mekanisme tindakan semacam ini selalu berlandaskan hukum-hukum normative yang telah ditetapkan secara tegas oleh masyarakat.

b. Tindakan Afektif (Affectual Action) yakni tindakan yang dibuat- buat,dipengaruhi oleh perasaan emosi dan kepura-puraan si pelaku. Tindakan ini sulit dipahami,kurang atau tidak rasional. Tindakan social ini timbul karena dorongan atau motivasi yang sifatnya

commit to user

cinta,rasa belas kasihan,itu merupakan contoh dari tindakan afektif ini.

c. Tindakan berorientasi tujuan atau penggunaan rasionalitas instrumental (Werktrational Action) yakni tindakan dimana pelaku menilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan yang paling tepat untuk mencapai tujuannya. Tindakan ini menunjuk kepada tujuan itu sendiri. Tindakan rasional,karena pilihan-pilihan terhadap cara-cara kiranya sudah menentukkan tujuan yang diinginkan. Tindakan ini juga memiliki nilai-nilai yang dijadikan sandaran ini bias nilai etis,estetis,keagamaan,atau pula nilai-nilai lain.

d. Tindakan berorientasi nilai atau penggunaan rasionalitas nilai (Zwerk Rational) yakni tindakan social murni,dalam tindakan ini pelaku tidak hanya sekedar menilai cara yang baik untuk mencapai tujuannya tapi juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri.

2. Teori Interaksi Simbolik George Herbert Mead

Teori ini mendasarkan studi perilaku individu dan kelompok kecil masyarakat melalui serangkaian pengamatan dan deskripsi. Metode ini dilandaskan pada pengamatan atas apa yang diekspresikan orang meliputi penampilannya, gerak-gerik perilakunya, dan bahasa simbolik yang muncul dalam situasi sosial. Interaksionis simbolis mengetengahkan dimensi-dimensi yang terabaikan (Subyektifitas atau interpretasi subyektif) kedalam analisis sosiologis. Yaitu analisis aspek-aspek perlaku

commit to user

simbolik mengatakan bahwa masyarakat atau struktur sosial dan proses proses sosial berskala besar harus dipahami sebagai hasil dari intraksi sosial dalam kehidupan sehari-hari. (George Ritzer,1992 : 47-48)

commit to user