Kearifan Lokal Pada Masyarakat Desa Sumoroto

4. Kearifan Lokal Pada Masyarakat Desa Sumoroto

Desa Sumoroto memiliki berbagai macam tradisi yang mengikat mereka dan bertahan nilai-nilai tersebut sampai sekarang ini. Dengan adanya penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Sumoroto sampai saat ini mempertahankan nilai-nilai tradisi yang ada sejak zaman dahulu sampai saat ini. Nilai nilai tradisi dari prespektif kearifan lokal yang ada seperti mereka masih menjalankan upacara sesajen yang digunakan untuk menghormati dan meminta izin keselamatan ketika masyarakat Desa Sumoroto mengadakan acara yang berhubungan dengan kesenian tradisional Reog Ponorogo yang ditempatkan di sekitar Desa Sumoroto salah satunya seperti Bantarangin yang menjadi petilasan dari Kerajaan Bantarangin pada zaman dahulu. Pada petilasan tersebut terdapat dua pohon yang masih berdiri kokoh dari zaman dahulu sampai sekarang

commit to user

keramat peninggalan dari Kerajaan Bantarangin. Upacara dilakukan di dalam lingkungan pohon tersebut yang dipagari oleh masyarakat setempat. Dua orang yang dianggap sebagai Kyai atau sesepuh orang pintar yang mengawali upacara tersebut. Upacara dilakukan pada saat acara tersebut belum dilakukan sampai acara tersebut benar selesai. Dalam upacara sesajen yang menghantarkan doa guns untuk menghormati serta meminta ijin dari para leluhur terdapat beberapa dawn mawar, melati, kenanga, dupa, serta sesajen lainnya yang disajikan didepan kyai tersebut.

Tradisi tradisi dari leluhur juga tetap masih dijalankan sampai sekarang walaupun mereka sudah melalui pasca sejarah dan orde baru. Mereka tetap mempertahankan untuk tidak memakai baju berwarna hijau ketika sedang dilangsungkan acara di wilayah Bantarangin tersebut. Hal tersebut dipercaya sampai sekarang bahwasanya memiliki arti Raja Kerajaan Bantarangin menyukai warna hijau dan pakaian yang dikenakan juga berwarna hijau karena itu beliau tidak mau menyamakan dirinya dengan orang lain. Ketika ada salah satu orang yang memakai baju hijau, acara Grebeg Tutup Suroan yang berlangsung pada tahun 2010 tiba-tiba ketika Gladi Bersih terdapat angin kencang dan merubuhkan panggung yang telah dibangun. Sesuai dengan informan yang ada mengatakan bahwa pada saat tersebut tidak ada angin, mendung, suasana juga sangat cerah. Pada saat itu tiba-tiba turun hujan lebat serta angin yang kencang hingga akhirnya panggung serta seperangkat alat panggung, spanduk maupun

commit to user

beberapa minggu yang lalu masyarakat muds di wilayah. Desa Sumoroto mengadakan lomba Volly Se-Karesidenan Madiun yang diadakan di depan Petilasan Kerajaan Bantarangin tersebut. Saat technical meeting bersama peserta mereka sudah menginformasikan untuk tidak memakai baju hijau demi kelancaran pertandingan tersebut. Namun, hal tersebut tidak diperhatikan oleh salah satu pemain yang ketika beberapa hari setelah technical meeting dia memakai baju warns hijau hingga akhirnya dia cidera pada kaki tanpa penyebab yang disengaja. Cerita pada sejarah Ponorogo juga masih dibawa oleh masyarakat Desa Sumoroto dimana ada salah satu Desa yang ada di Kecamatan Sumoroto yaitu Desa Golan yang pada zaman dahulu bermusuhan dengan Desa Mirah yang ada di Kecamatan Jetis dikarenakan Menurut masyarakat dari dua desa itu, apabila seseorang membawa sesuatu dari desa Golan, bahkan sehelai daunpun dia tidak akan bisa memasuki daerah Mirah, melainkan akan terns berputar tanpa ia sadari sebelum barang tersebut dibuang, begitu sebaliknya. Selain itu apabila ada pasangan dari Desa Golan dan Desa Mirah bersatu dalam ikatan perkawinan, maka tali pernikahan tersebut tidak akan awet dan berujung kematian. Lebih dari itu, apabila sebagian masyarakat juga ingin memutuskan tali pernikahan atau kekeluargaan orang lain, maka cukup membawa segumpal tanah dari kedua desa tersebut yang kemudian disatukan dan diletakkan ke rumah orang yang dituju. Rumah itu akan diguncang pertengkaran dan permusuhan. Orang

commit to user

kedelai. Masih banyak mitos lainnya yang pada intinya Orang Golan dan Orang Mirah tidak dapat bersatu atau berdamai. Disitulah pada akhirnya penulis dapat mengetahui bagaimana mereka mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal pada tradisi yang mereka jalankan tersebut.