Ponorogo Pada Zaman Pra Sejarah dan Informasi Sejarah

B. Ponorogo Pada Zaman Pra Sejarah dan Informasi Sejarah

Syahdan dahulu kala di wilayah Ponorogo sekarang berdiri kerajaan bantarangin yang letaknya di Desa Sumoroto salah satu desa tertua yang ada di Ponorogo. Pada zaman dahulu Ponorogo merupakan alas wengker dimana las tersebut didiami oleh para jin lelembut yang sakti serta tempat keramat yang merupakan sebuah bentuk hutan belantara. Masyarkat disan hidup secara berkelompok dibawah pimpinan seorang warok. Secara historis kesenian reog ponorogo erat kaitannya dengan tradisi dan kepercayaan pada zaman pra- Hindu yakni animism. Menurut perkiraan peneliti dalam kepercayaan animism mendatangkan roh hewan maupun roh manusia untuk menjaga keselamatan

commit to user

tersebut, dalam upacara itu orang harus menari-nari dengan menggunakan topeng kepala hewan selama menunggu datangnya roh tersebut yang dimaksudkan.

Mengingat bahwa margasatwa yang hidup dalam hutan di wilayah Ponorogo beraneka ragam, dari yang sangat buat sampai hewan cantiuk dan anggun masyarkat setempat memandang harimau sebagai binatang yang paling kuat dan paling berani. Itulah sebabnya masyarakat setempat meminta bantuan terhadap roh harimau untuk menjaga keselamatan mereka. Adapun cara mereka mengundang roh harimau dengan upacara tari-tarian mengenakan topeng kepala harimau. Perkembangan selanjutnya dihubungkan dengan kehidupan hutan sekelilingnya yaitu Merak. Masyarakat Ponorogo memandang bahwa burung merak sebagai symbol keindahan, sebagaimana masyarakat Irian Jaya memandang burung cendrawasih. Selain itu masyarakat tradisional Ponorogo pada zaman dahulu lebih mengutamakan ilmu kanuragan atau kekebalan atau bisa disebut juga dengan kesaktian. Paguron dalam hal ini sebagai tempat untuk mempelajari ilmu kesaktian, keprajuritan, kebatinan, dan kekebalan terhadap senjata tajam. Berdasarkan motif kepahlawanan yang mendominasi cerita rakayat dalam masyarkat Ponorogo sebagai bukti bahwa mereka kini meyakini ilmu yang diperoleh melalui laku. Setelah islam masuk ke daerah Ponorogo, paguron yang bernafaskan islam pun menjadi sasaran untuk mempelajari ilmu laku bagi generasi muda di daerah itu. Paguron yang bernafaskan Islam itu dikenal dengan istilah pesantren. Itulah sebabnya

commit to user

orang Ponorogo, sedangkan kyai merupakan guru orang yang beragama islam. Paguron dan pesantren tumbuh berkmebang tanpa saling menggangu di daerah Ponorogo. Maka dari itu, Ponorogo sangat dikenal dengan kota reog sekaligus dengan kota pesantren.

Jika dikembalikan pada zaman pra sejarah Ponorogo telah diuhuni manusia sejak zaman Neolitik. Hal tersebut terbukti dengan adanya ditemukannya benda-benda purbakaola di Gua Lawa , Sampung salah satu wilayah yang ada di Desa Sumoroto. Penggalian terhadap benda-benda purbakal itu diawali dengan ditemukannya beberapa fragmen tulang yang menunjukkan bekas pengerjaan dan pemakaian oleh karyawan pabrik gula Pagotan bagian barat laut Gua Lawa dalam rangka pencarian pupuk untuk tanaman tebu. Penggalian tersebut menarik perhatian L.J.C van Es yang pada tahun 1926 dengan cara membuka kotak galian pada bagian barat dan timur laut gua. Penggalian dan ekskvasi pada timur laut gua mancapai kedalaman sekitar 13, 75 meter (Purwowijoyo, 1990 )

Penggalian secara sistematis dilakukan oleh P.V Van Stein Callenfels pada tahun 1928-1930 di Gua Lawa tersebut. Penggalian dilakukan pada bagian tengah dan mulut gua Lawa. Penggalian dilakukan pada bagian tengah dan mulut gua dengan kedalaman sekitar 3-4 meter. Berdasrkan dari hasil jenis temuan, lapisan budaya yang digali Callenfels dapat dikelompokkan ke dalam lapisan budaya atas , lapisan budaya tengah , serta lapisan budaya bawah. Pada lapisan budaya atas m, engandung temuan sekarang yaitu sperti

commit to user

dengan artefak neolitik. Pada lapisan budaya tengah mengandung lat tulang seperti sudip, lancipan, mata kail, dan belati. Sedangkan pada lapisan bawah mengandung kmata panah, serpihan bilah, fragmen gerabah, batu giling, serut punggung, dan tulang manusia.

Penyelidikan selanjutnya dilakukan oleh PALRAD (Palkeo Radiometri)_ Bansung pada tahun 1985. Dalam penelitian tersebut dihasilkan alat bantu (serut dan batu giling), alat tulang, fragmen tulang dan gigi hewan. Pada tahun 1986 tim peneliti dari Balai Arkeologi Yogyakarta mengadakan penelitian di Kecamatan Sampun, Kabupaten Ponorogo dalam bentuk pendokumentasian berupa pemetaan, penggambaran, dan pemotretan terhadap Gua Lawa. Penelitian itu menghasilkan sebuat emuan yang terdapat pada permukaan yang tediri atas fragmen tulang dan gigi binatang, alat-alat batu, dan kereweng (Purwowijoyo, 1990 )

Berdasarkan hasil penyelidikan diatas maka dapat diperkirakan pada zaman Neolitik daerah sekitar Gua Lawa, Kecamatan Sampung, Kawedanan Sumoroto, Kabupaten Ponorogo telah dihuni oleh manusia. Hasil temuan terebut dapat dijadikan dasr untuk mengatakan bahwa wilayah Ponorogo telah dihuni oleh manusia sejak zaman Pra-Sejarah. Selain itu orang-orang yang bertempat tinggal di sekitar itu telah memiliki kebudayaan yang cukup tinggi.

Pasca Sejarah, Ponorogo menjadi salah satu yang tetap dikenang oleh masyarakat tentang sejarah dan kebudayaannya. Namun beberapa orang atau para generasi muda tidak mengetahui tentang bagaimana sejarah Ponorogo

commit to user

Jawa Tengah, serta beberapa peneliti juga tetap masih ingin untuk berkunjung ke daerah Ponorogo untuk meneliti sejarah maupun peninggalan-peninggalan yang ada. Sejarah yang menyebutkan bahwa Ponorogo masih tetap berada pada icon kota Pariwisata yang ada di Jawa Timur dan mempunyai prestasi yang cukup membanggakan. Bahkan dengan adanya Icon Reog Ponorogo tersebut, Ponorogo lebih dikenal oleh masyarakat luas bahkan mancanegara. Beberapa silam kemudian terdapat penemuan sebuah arca di salah satu desa yang ada di wilayah Srandil, dan saat ini keberadaannya masih menjadi sejarah. Bahkan pemerintah terkait juga mempunyai wacana untuk memuseumkan peninggalan-peninggalan sejarah dari Kota Ponorogo tersebut.