Implikasi Teoritis

a. Implikasi Teoritis

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori tindakan social milik Max Weber dan teori Interaksionisme simbolik milik G. Hebert Mead. Pada teori tindakan sosial,Max Weber mengemukakan bahwa suatu tindakan ialah perilaku manusia yang mempunyai makna subjektif bagi pelakunya. Sosiologi bertujuan untuk memahami (verstehen) mengapa tindakan sosial mempunyaiu arah dan akibat tertentu,sedangkan tiap tindakan mempunyai makna subjektif bagi pelakunya,maka sosiologi yang hendak melakukan penafsiran bermakna, yang hendak memahami makna subjektif suatu tindakan sosial harus dapat membayangkan dirinya ditempat pelaku untuk dapat mengkhayati pengalamannya. Weber membuat klasifikasi mengenai perilaku sosial atau tindakan sosial diantaranya yang pertama adalah tindakan tradisional. Pada tindakan tradisional ini memiliki pengertian yaitu tindakan murni yang didasarkan

commit to user

(tradisi). Seperti yang ada pada penelitian ini bahwa masyarakat Desa Sumoroto masih melakukan kebiasaan-kebiasaan yang ada pada masa lampau yaitu berupa tradisi. Mereka masih berkunjung ziarah makam serta masih menjalankan tradisi upacara sesajen untuk menghormati dan menghargai para leluhur Reog Ponorogo. Tidak hanya hal tersebut,mereka masih menjalankan apa yang masih berlaku ajeg di daerah mereka seperti halnya tidak berpakaian warna hijau ketika berkujung di acara yang berkaitan dengan kesenian tradisional Reog Ponorogo ini. Kemudian Max Weber mengklasifikasikan tindakan sosial yang kedua adalah tindakan afektif dimana pada pengertiannya tindakan afektif merupakan tindakan yang dibuat-buat oleh pelaku yang dipengaruhi oleh perasaan emosi,rasa cinta,kasihan kepada hal tertentu. Hal ini dikaitkan pada penelitian yang telah dilakukan yaitu pada salah satu informan yang merasa kesal ketika pemerintah Kota Ponorogo tidak begitu peka dengan para pelaku seni maupun kesenian Reog Ponorogo. Beliau merasa sangat kecewa yang hanya bisa mengatakan pada khalayak umum bahwa Reog Ponorogo harus tetap dipertahankan khasanahnya namun secara kenyataan tidak ada bukti turun tangan dari pihak pemerintahan.

Ketiga Weber mengatakan terdapat tindakan yang berorientasi tujuan hal ini berarti tindakan dimana pelaku menilai apakah cara yang dipilihnya merupakan cara yang tepat untuk mencapai tujuannya. Jika di aplikasikan kepada penelitian eksistensi Reog Ponorogo pada masyarakat

commit to user

tetap mengikuti dan melestarikan kearifan lokal yaitu tradisi-tradisi yang ajeg guna untuk mempertahankan Desa mereka dari suatu bencana. Kemudian yang terakhir Weber mengatakan terdapat tindakan rasionalitas nilai artinya tindakan sosial murni dimana pelaku tidak hanya menilai untuk mencapai tujuannya melalainkan juga menentukan nilai dri tujuannya sendiri. Pada kearifan lokal yang ada serta sejarah yang masih kental di Desa Sumoroto ini, masyarakat pada umumnya masih ingin mempertahankan dan menjaga kelestarian dari tradisi yang telah mereka jalankan

menganggap dengan mempertahankan,melesetarikan,menghormati dan menghargai para leluhur serta mendoakan para leluhur tanpa meminta sebuah imbalan nantinya bisa mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. Masyarakat Ponorogo mendoakan tidak bertujuan untuk meminta suatu hal untuk dikabulkan,tetapi untuk ditempatkan yang indah para leluhur di samping Tuhan.

Selanjutnya penelitian ini menggunakan teori interaksionisme simbolik milik G. Hebert Mead. Kali ini mead membahas secara rinci mengenai hubungan antara pikiran seseorang,dirinya ,dan masyarakat. Semasa hidupnya Mead memainkan peranan penting dalam membangun Mahzab Chicago,dimana memfokuskan dalam memahami suatu interaksi perilaku sosial,maka aspek internal juga perlu dikaji. Paradigma interaksinalisme simbolik mengatakan bahwa masyarakat atau struktur

commit to user

dari intraksi sosial dalam kehidupan sehari-hari. Mead tertarik pada interaksi,dimana isyarat non verbal(bahasa,gerak fisik,baju,status) dan makna dari suatu pesan verbal(kata-kata,suara), akan mempengaruhi pikiran orang yang sedang berinteraksi. Seperti halnya penelitian yang telah dilakukan oleh penulis,bahwa beberapa informan yang telah mereka wawancara memberikan isyarat symbol contohnya seperti Mbah Trimo yang memperagakan sedikit tarian Reog Ponorogo dengan mengenakan baju bergambar warok,terdapat juga topeng pada zaman dahulunya ketika ia menjadi Klono Sewandono yang tidak diberikan dan dipinjamkan kepada siapapun. Ada lagi seperti Bapak Gatot,yang melukis dirinya seperti Warok Ponorogo, kemudian beberapa atribut Reog Ponorogo juga terdapat di rumah beliau. Masyarakat Desa Sumoroto maupun Ponorogo pada umumnya juga menunjukkan sibol secara verbal maupun non verbal. Seperti halnya terdapat patung Reog disetiap gapura masuk Desa yang ada di Ponorogo,dan seterusnya.