Bidang Ilmu Pengetahuan Agama

b. Bidang Ilmu Pengetahuan Agama

Bidang ilmu pengetahuan agama atau 'Ulum al Naqliyah mengalami kemajuan pesat pula pada zaman 'Abbasiyah Periode Kedua ini, sebab dasar-dasarnya sudah ada semenjak dahulu, walaupun perkembangannya itu ada juga yang dipengaruhi oleh filsafat dan logika yang datang dari luar Islam.

1). Bidang Fiqh Pada periode pertama dahulu banyak ahli fiqh yang berijtihad secara mutlak dan

mengeluarkan pendapatnya secara bebas.Selain dari empat orang Imam Ahli Fiqh yang terkenal, yakni Imam A bu Hanifah, Imam Malik, Imam al Syafi‟iy dan Imam Ahmad, banyak lagi mutjahid mutlak lainnya yang mengeluarkan pendapatnya secara bebas dan mendirikan mazhabnya pula, seperti Imam al Awza'iy dan Imam al Tsawriy. Akan tetapi, karena pengikutnya tidak banyak, maka pemikirannyapun tidak berkembang luas. sehingga mazhab itu hilang bersamaaan dengan berlalunya zaman. Namun pada periode kedua ini, para ahli fiqh lebih banyak mencurahkan perhatiannya untuk mendukung salah satu dari empat madzhab di atas, tidak banyak lagi yang mau mengeluarkan hasil ijtihadnya sendiri.

Madzhab Imam Abu Hanifah, yang dikenal dengan nama Madzhab Hanafiyah, didukung oleh beberapa orang ulama terkenal, di antaranya adalah al Qadhiy al Hasan ibn Yusuf al Urduniy (306 H / 918 M) dan Abu al Hasan al Baghdadiy al Kharakhiy (314 H / 926 M).

Madzhab Imam Malik, yang dikenal dengan nama Madzhab Malikiyah, didukung oleh beberapa orang ulama terkenal pula, di antaranya adalah 'Abd al Rahman ibn 'Amr ibn 'Abdillah al Dimaysyqiy (281 H / 894 M) dan Isma'il ibn Is-haq ibn Hammad al Malikiy (282

H / 895 M). Madzhab Imam al Syafi'iy, yang dikenal dengan nama Madzhab Syafi'iyah, juga

didukung oleh para ulama yang terkenal, di antaranya adalah Abu Muhammad al Rabi' ibn Sulayman al Muradiy (270 H / 883 M), al Qadhiy Abu Zur'ah Muhammad ibn 'Utsman al Syafi'iy (302 H / 914 M) dan Abu al Qasim Basyar ibn Nashr ibn Manshur (303 H / 915 M).

Madzhab Imam Ahmad, yang dikenal dengan nama Madzhab Hanabilah, didukung pula oleh beberapa orang ulama terkenal, di antaranya Ahmad ibn Muhammad al Hajjaj al Marwaziy (275 H / 888 M), al Husayn ibn 'Abdillah al Kharaqiy (297 H / 909 M) dan Abu Bakr Ahmad ibn Muhammad al Khallal (311 H / 923 M) penyusun Kitab al Jami' li 'Ulum Imam Ahmad .

Namun demikian, masih ada beberapa orang ulama terkenal yang tidak mendukung salah satu dari empat madzhab di atas, tetapi mengeluarkan ijtihadnya sendiri. Di antara mereka ini adalah Is-haq ibn Ibrahim ibn Makhlad ibn Rahawayh (240 H / 854 M), Abu Sulayman Dawud ibn 'Ali ibn Khalaf al Qasyaniy (270 H / 883 M), yang lebih dikenal dengan nama Dawud al Zhahiriy, dan Abu Ja'far Muhammad ibn Jarir al Thabariy (224 - 310 H / 838 - 922 M).

2). Bidang Hadits Penelitian dan pembukuan hadits juga mengalami perkembangan yang sangat pesat,

karena pada zaman ini hidup ulama-ulama besar ahli hadits yang menjadi panutan bagi ulama-ulama yang datang kemudian. Pada masa inilah hidup tokoh-tokoh besar dalam bidang hadits, yang telah meninggalkan karya abadi untuk umat Islam.

Yang paling terkenal di antara mereka adalah enam orang Imam Hadits yang telah menyusun al Kutub al Sittah (Enam Kitab Induk). Mereka adalah :

1. Imam Abu 'Abdillah Muhammad ibn Isma'il al Bukhariy (Syawwal 194 - Syawwal 256 H / Juli 810 - September 870 M), yang telah menyusun Shahih al Bukhariy dan kitab-kitab hadits lainnya, seperti al Adab al Mufrad , al Tarikh al Kabir dan sebagainya.

2. Imam Abu al Husayn Muslim ibn al Hajjaj al Naysaburiy (204 - 261 H / 819 - 875 M), yang telah menyusun Shahih Muslim dan berbagai kitab lainnya

3. Imam Abu Dawud Sulayman ibn al Asy'ats al Sajistaniy (202 - 275 H/ 817 - 990 M), yang telah menyusun Sunan Abi Dawud .

4. Imam Abu 'Isa Muhammad ibn 'Isa al Tirmidziy (209 - 13 Rajab 279 H / 824 - 10 Oktober 892 M), yang telah menyusun Sunan al Tirmidziy .

5. Imam Abu 'Abdillah Muhammad ibn Yazid ibn Majah al Qazwayniy (209 - 273 H / 824 - 886 M), yang telah menyusun Sunan Ibn Majah .

6. Imam Abu 'Abd al Rahman Ahmad ibn Syu'ayb al Nasa-iy (215 - 303 H / 830 - 915 M), yang telah menyusun Sunan al Nasa-iy .

Tokoh hadits terkenal lainnya yang hidup pada masa ini adalah Imam Abu Hatim Muhammad ibn Idris al Raziy (277 H / 890 M), yang menjadi rujukan dalam bidang „Ilal al

Hadits dan al Jarh wa al Ta‟dil, Imam Abu 'Abdillah Muhammad ibn Nashr al Marwaziy (294

H / 906 M), yang dipandang sebagai orang yang paling tahu tentang perbedaan pendapat di kalangan shahabat dan tabi'in, dan Imam Abu Bakr Muhammad ibn Is-haq ibn Khuzaymah al Sulamiy (311 H / 923 M) yang digelari dengan Imam al A-immah (Imam dari Semua Imam).

3). Bidang Tafsir Dalam bidang tafsir, pada masa ini sudah dikenal dua macam metode penafsiran,

yakni tafsir bi al-ma;tsur yang bertumpu langsung kepada interpretasi dari Nabi dan para sahabat, dan.tafsir bi al- ra’yi, yaitu metode penafsiran yang lebih banyak bertumpu kepada pendapat dan fikiran daripada hadis dan pendapat sahabat. Kedua metode ini memang sudah berkembang pada Periode Pertama dahulu, namun belum ada mufassir yang menyusun kitab tafsir tersendiri. Pada Periode Kedua ini telah muncul kitab-kitab tafsir yang disusun oleh mufassir yang terkenal.

Dari kelompok pertama, yang paling terkenal adalah Imam Abu Ja'far Muhammad ibn Jarir al Thabariy (224 - 310 H), dengan kitabnya al Bayan fiy Takwil Ayy al Qur-an yang lengkap 30 juz. Dari kelompok kedua, yang paling terkenal adalah Abu Bakr al Asham al Mu'taziliy (240 H / 854 M) dan Abu Muslim Muhammad ibn Nashir al Ishfahaniy (322 H / 934 M) yang kitab tafsirnya mencapai 14 jilid besar. Jelas sekali bahwa tafsir dengan metode Dari kelompok pertama, yang paling terkenal adalah Imam Abu Ja'far Muhammad ibn Jarir al Thabariy (224 - 310 H), dengan kitabnya al Bayan fiy Takwil Ayy al Qur-an yang lengkap 30 juz. Dari kelompok kedua, yang paling terkenal adalah Abu Bakr al Asham al Mu'taziliy (240 H / 854 M) dan Abu Muslim Muhammad ibn Nashir al Ishfahaniy (322 H / 934 M) yang kitab tafsirnya mencapai 14 jilid besar. Jelas sekali bahwa tafsir dengan metode

4). Bidang Bahasa Pada Periode Kedua ini ilmu bahasa Arab semakin berkembang pesat dengan berbagai

macam cabangnya, sebagai kelanjutan dari Periode Pertama dahulu. Ilmu Nahwu dengan tokohnya Abu Basyar 'Umar ibn 'Utsman ibn Qanbur al Haritsiy al Bashriy, yang lebih dikenal dengan nama Sibawayh (280 H / 893 M) yang dipandang sebagai Syaikh al Nuhah (guru besar nahwu) sepanjang masa, Abu al Hasan 'Ali ibn Hamzah ibn 'Abdillah al Kasa-iy al Kufiy (283 H / 896 M), Abu al 'Abbas Muhammad ibn Yazid al Azadiy, yang dikenal dengan sebutan al Bird al Nahwiy (285 H / 898 M), Abu al 'Abbas Ahmad ibn Yahya ibn Zayd ibn Syyar al Syaybaniy (291 H /904 M), Abu Is-haq Ibrahim ibn al Sarriy ibn Sahl al Zujaj (301 H / 913 M), penyusun kitab Ma'aniy al Qur-an , Ibrahim ibn Muhammad ibn 'Arafah al Azadiy, yang lebih dikenal dengan nama Nafthawayh al Nahwiy (323 H / 935 M), Abu Bakr Muhammad ibn al Qasim ibn Muhammad al Anbariy (328 H / 940 M) yang menyusun Kitab al Waqf wa al Ibtidak serta Ahmad ibn Muhammad al Muradiy, yang lebih dikenal dengan nama al Nuhhas (338 H / 950 M), yang menyusun kitab Tafsir Abyat Sibawayh, Syarh al Mu'allaqat al Sab' , dan lain-lainnya.

Pada masa ini, para ulama ahli lughah juga berusaha menyusun kitab lughah secara mu'jam al huruf, yang diawali dengan huruf-huruf halaqiyah. Di antaranya adalah Abu Bakr Muhammad ibn al Hasan ibn Durayd al Asadiy (223 - 321 H / 838 - 931 M) yang menyusun kitab Hamzat al Lughah , dan Abu 'Ali Isma'il ibn al Qasim al Qaliy (356 H / 968 M) yang mengarang kitab al Amaliy, al Bari' dan lain-lainnya.

5). Bidang Kesusasteraan Pada masa ini juga hidup penyair-penyair besar, yang namanya tetap dikenang sampai

sekarang, di antaranya adalah Abu al Hasan 'Ali ibn al 'Abbas ibn Jurayj yang dikenal dengan nama Ibn al Rumiy (283 H / 896 M) penyusun al Diwan fiy al Syi'r , Abu 'Ibad al Walid ibn 'Ubbadah al Bakhtariy (283 H) yang juga menyusun al Diwan , Abu al 'Abbas 'Abdullah ibn al Mu'taz (296 H / 908 M), yang pernah menjadi khalifah selama sehari di zaman al Muqtadir, Abu al Hasan Ahmad ibn Ja'far ibn Musa al Barmakiy yang lebih dikenal dengan nama Jihzhat al Sya'ir (324 H / 934 M) dan lain-lainnya.

6). Bidang Sejarah Pada periode pertama dahulu, Ilmu Sejarah dipisahkan dari Ilmu Hadits dan telah

berdiri sendiri. Kitab sejarah yang pertama ini berjudul Tarikh al Kabir , disusun oleh Abu 'Abdillah Muhammad ibn 'Umar al Waqidiy (208 H / 823 M). Kitab ini menjadi rujukan bagi ulama dalam penyusunan Sejarah Islam untuk masa-masa selanjutnya.

Pada periode kedua ini, Ilmu Sejarah semakin berkembang dan muncullah tokoh- tokoh sejarawan yang terkenal. Abu Muhammad 'Abdullah ibn Muslim ibn Qutaybah al Daynuriy (276 H / 889 M) menyusun Kitab 'Uyun al Akhbar , yang dipandang sebagai kitab yang paling baik sistimatikanya. Setelah itu, muncullah Abu Ja'far Ahmad ibn Yahya ibn Jabir al Baladzuriy (279 H / 892 M) dengan kitabnya

F utuh al Buldan , yang dikenal juga dengan nama Tarikh al Baladzuriy , yang dipandang sebagai rujukan terbaik untuk mengetahui

futuhat al Islamiyah. Kemudian, muncul pula Abu Hanifah Ahmad ibn Dawud al Nahwiy al Daynuriy (282

H / 895 M) dengan kitabnya Akhbar al Thiwal . Semasa dengannya adalah Ya'qubiy (282 H), penyusun kitab Tarikh al Ya'qubiy dan Kitab al Buldan . Selanjutnya, Abu Ja'far Muhammad ibn Jarir al Thabariy (224 - 310 H) menyusun Kitab Tarikh al Umam wa al Muluk , yang dipandang sebagai ummahat al kutub al tarikhiyah (induk dari kitab-kitab sejarah).

7). Bidang Teologi Aliran-aliran teologi yang sudah ada pada Periode Pertama tetap berkembang pada

Periode Kedua ini. Aliran Mu‟tazilah yang pada Periode Pertama dahulu sempat naik daun karena mendapatkan dukungan penuh dari para khalifah, pada Periode Kedua ini tidak lagi didukung oleh para khalifah, bahkan Khalifah al Mutawakkil membatalkan penetapan aliran Mu‟tazilah sebagai aliran resmi pemerintahan „Abbasiyah. Namun demikian, pada periode ini para tokoh Mu‟tazilah masih berusaha mempertahankan dan mengembangkan aliran mereka. Para tokoh Mu‟tazilah pada periode ini masih banyak, yang paling terkenal di antaranya adalah Abu „Utsman „Amr ibn Bahr al Jahizh (256 H / 869 M), Abu „Ali Muhammad ibn „Abd al Wahhab al Jubba-iy (295 H / 907 M), Abu al Husayn al Khayyarth (300 H / 912 M) dan A bu Hasyim „Abd al Salam ibn Muhammad al Jubba-iy (321 H / 933 M).

Pada periode ini muncul pula aliran teologi baru, sebagai reaksi terhadap aliran Mu‟tazilah. Aliran tersebut adalah aliran al Asy‟ariyah, yang dicetuskan oleh Abu al Hasan 'Ali ibn Isma'il a l Asy‟ariy (260 - 335 H / 873 - 946 M). Aliran ini juga banyak terpengaruh Pada periode ini muncul pula aliran teologi baru, sebagai reaksi terhadap aliran Mu‟tazilah. Aliran tersebut adalah aliran al Asy‟ariyah, yang dicetuskan oleh Abu al Hasan 'Ali ibn Isma'il a l Asy‟ariy (260 - 335 H / 873 - 946 M). Aliran ini juga banyak terpengaruh

ulama, sehingga makin berkembang pada masa-masa selanjutnya. Aliran teologi lainnya yang juga muncul pada periode ini sebagai reaksi terhadap

aliran Mu‟trazilah, adalah aliran al Maturidiyah yang dicetuskan oleh Abu Manshur Muhammad ibn Mahmud al Maturidiy al Samarqandiy (333 H/ 944 M). Seperti halnya aliran

al Asy‟ariyah, aliran al Maturidiyah ini juga banyak dipengaruhi oleh logika Yunani yang ketika itu memang sedang berkembang di kalangan umat Islam. Al Maturidiy ini banyak

menyusun kitab, di antaranya adalah Kitab al Tawhid, Risalah fiy al ‘Aqa -id, Syarh Fiqh al Akbar dan lain-lainnya.