Materi SKI di Madrasah Tsanawiyah

3). Sosial dan Kemasyarakatan

Masyarakat Arab sebelum Islam adalah masyarakat feodal dan sudah mengenal sistem perbudakan. Sistem kekerabatannya adalah sistem patrilinial, yaitu hubungan kekerabatan yang berdasarkan garis keturunan bapak. Wanita kurang mendapat tempat yang layak dalam Masyarakat Arab sebelum Islam adalah masyarakat feodal dan sudah mengenal sistem perbudakan. Sistem kekerabatannya adalah sistem patrilinial, yaitu hubungan kekerabatan yang berdasarkan garis keturunan bapak. Wanita kurang mendapat tempat yang layak dalam

58. Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah .

59. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.

Akan tetapi perlu ditegaskan, kebiasaan membunuh anak perempuan ini tidaklah menjadi adat bagi seluruh kabilah Arab. Kebiasaan ini hanya terdapat pada kabilah-kabilah kecil, seperti kelompok Bani Asad dan Bani Tamim. Kabilah-kabilah yang besar, seperti Bani Hasyim, Bani Umayyah, Bani Makhzum, Bani Zuhrah dan lainnya tidak pernah melakukan tindakan itu.

Dengan demikian, akhlak masyarakat telah merosot sekali, sehingga sering berlaku hukum rimba, siapa yang perkasa ialah yang berkuasa, yang bodoh diperas oleh yang pandai, siapa yang miskin dihisap oleh yang kaya. Masa inilah yang disebut dengan masa Jahiliyah.

4). Ekonomi dan Perdagangan

Perekonomian orang Arab sebelum Islam bersumber dari kegiatan perdagangan dan peternakan. Terkenallah beberapa kota di Hijaz sebagai pusat perdagangan, seperti Mekkah, Medinah, Yaman dan lain-lainnya. Mekkah tumbuh menjadi kota dagang antar suku bangsa yang terdapat di sekitar Jazirah Arab.

Penduduk yang tinggal di pedesaan, umumnya hidup dengan beternak kambing, biri- biri dan unta. Ternak ini sekaligus merupakan bahan makanan bagi mereka. Kehidupan para Penduduk yang tinggal di pedesaan, umumnya hidup dengan beternak kambing, biri- biri dan unta. Ternak ini sekaligus merupakan bahan makanan bagi mereka. Kehidupan para

5). Agama dan Kepercayaan

Mayoritas bangsa Arab sebelum Islam menganut kepercayaan yang menyembah berhala atau patung atau benda-benda lain yang dianggap mempunyai kekuatan gaib, seperti batu, pohon kayu, binatang dan sebagainya. Di kalangan mereka terdapat beberapa nama tuhan yang disembah seperti 'Uzza, Mana, Lata, dan Hubal. Hubal adalah tuhan orang-orang keturunan suku Quraisy, yang diperkenalkan pertama kalinya oleh 'Amr ibn Luhayy sewaktu dia menjadi pemimpin kota Makkah. Berhala ini berbentuk manusia. Di samping agama menyembah berhala di atas, terdapat pula sebahagian kecil penduduk Mekkah dan sekitarnya yang menganut agama Hanifiyah, yaitu agama monotheisme yang dibawa oleh Nabi Ibrahim AS.

Namun demikian, perlu ditegaskan bahwa orang-orang Arab pada masa itu bukannya tidak mengenal Allah sama sekali. Mereka tetap mengakui bahwa Allah SWT adalah pencipta dan pengatur alam semesta ini, sebagaimana disebutkan di dalam Surat al 'Ankabut ayat 61 dan 63 berikut ini :

61. Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi serta menundukkan matahari dan bulan?" tentu mereka akan menjawab: "Allah", Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).

63. Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka "Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?" tentu mereka akan menjawab: "Allah", Katakanlah: "Segala puji bagi Allah", tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya).

Walaupun demikian, mereka tidak mau menyembah Allah SWT secara langsung, tetapi menjadikan sesembahan-sesembahan lainnya itu sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT., seperti disebutkan di dalam Surat al Zumar ayat 3 :

3. Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya".

6). Kesenian

Cabang kesenian yang paling populer dan paling disenangi oleh masyarakat Arab sebelum Islam adalah sya'ir. Sya'ir-sya'ir mereka biasanya berisi tentang cinta, wanita, khamar, kemegahan suku dan sebagainya. Di sekitar kota Mekkah diadakan pusat keramaian bagi penyair-penyair Arab, yaitu 'Ukaz dan Zul Majaz. Terkenallah beberapa orang penyair sebelum Islam, seperti 'Amr al Qais, Qis ibn Sa'adah, Umaiyah ibn Abi al Shalt dan lain- lainnya.

7). Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Di kalangan bangsa Arab sebelum Islam berkembang ilmu Nujum, ilmu falaq dan sebagainya. Ilmu falaq amat berguna bagi mereka untuk menentukan cuaca. Ilmu arsitek hanya berkembang pada umumnya di Yaman. Di sini terdapat kerajaan Saba' yang memiliki bendungan Sadd al-Ma'arib, yang merupakan peninggalan kerajaan Saba' yang membuktikan kemajuan seni bangunan pada masa tersebut.

c. Masa Nabi Muhammad Saw

Materi ajar tentang masa Nabi Muhammad Saw ini terdiri dari pembahasan tentang Muhammad Sebelum Jadi Rasul, yang membicarakan tentang silsilah Muhammad, kelahiran, proses penyusuannya, masa kanak- kanak sampai dewasanya, sampai Bi‟tsat al Rasul, yakni pengangkatan Muhammad menjadi rasul.

2). Periode Makkah

Periode Makkah ini diawali dengan Bi'tsat al Rasul sampai hijrahnya Rasulullah SAW dari kota Makkah ke Yatsrib. Bi'tsat al Rasul (Pengangkatan Muhammad menjadi Rasul) adalah turunnya wahyu yang pertama kepada Muhammad sewaktu dia melakukan tahannuts (meditasi) di Gua Hirak. Muhammad sejak usianya 40 tahun memang sering ber- tahannuts di Gua Hirak tersebut, terutama pada bulan Rajab dan Ramadhan.

Dalam materi ini dikemukakan tentang bagaimana proses turunnya wahyu yang pertama kepada Muhammad Saw, proses pelaksanaan dakwah di Makkah, tantangan ataupun rintangan yang diterima Nabi Muhammad Saw dalam berdakwah, hijrahnya sebahagian sahabat ke Habsyi, pembinaan akidah dan ibadah umat yang dilaksanakan Nabi Muhammad di Makkah, sampai akhirnya Nabi Muhammad Saw hijrah dari Makkah ke Yatsrib.

3). Periode Madinah

Dalam Periode Madinah ini dikemukakan tentang sebab-sebab orang Yatsrib mau beriman kepada Nabi Muhammad Saw, persiapan Abu Bakr untuk pelaksanaan hijrah, keputusan kaum Quraysy untuk membunuh Muhammad Saw, perjalanan hijrah Nabi Saw dari Makkah ke Yatsrib, serta usaha-usaha yang dilaksanakan Nabi Muhammad Saw setelah berada di Madinah, baik dalam menata kehidupan sosial politik, pemerintahan, kemasyarakatan, perekonomian, kemiliteran, pendidikan dan sumber keuangan negara, maupun dalam membina kehidupan keagamaan umat, baik dari segi akidah, ibadah maupun mu‟amalahnya.

Kemudian juga dibicarakan tentang keadaan Nabi Saw yang sakit pada akhir hayatnya, sampai akhirnya dia wafat pada petang Senin tanggal 12 Rabi' al Awwal 11 H / 07 Juni 632 M.

4). Perkembangan Kebudayaan Islam

Kebudayaan Islam ini, sebagaimana telah dikemukakan dalam uraian terdahulu, mempunyai tujuh unsur, yakni bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian. Empat unsur, yakni sistim pengetahuan, organisasi sosial, sistim peralatan hidup dan sistim religi, telah tercakup dalam uraian-uraian di atas, sehingga yang akan dibicarakan berikut ini hanyalah bahasa, sistim mata pencarian hidup (perekonomian) dan kesenian.

a). Bahasa

Turunnya al Qur-an dalam Bahasa Arab memang sangat menguntungkan untuk perkembangan Bahasa Arab, karena Bahasa Arab tidak lagi terbatas untuk orang-orang Arab saja, tetapi telah dikenal oleh seluruh orang-orang muslim. Sebab, untuk bisa memahami ajaran Islam dengan baik, orang harus merujuk ke sumber aslinya, yakni al Qur-an dan Sunnah Nabi SAW, yang kedua-duanya itu memang berbahasa Arab.

Selain itu, Nabi SAW sendiri juga seorang ahli bahasa yang sangat menguasai seluk- beluk Bahasa Arab dengan segala macam dialeknya. Kemampuan Nabi SAW ini sempat membuat Ali ibn Abi Thalib bertanya :"Ya Rasulallah, kita ini saudara sepupu, sama-sama cucu 'Abd al Muthallib, namun engkau kadang-kadang berbicara dalam dialek yang aku sendiri tidak mengerti". Nabi SAW menjawab :"Aku menguasai Bahasa Arab dengan segala macam dialeknya" (Ibn al Atsir, 1979, I : 10). Nabi pun menyuruh sebagian sahabatnya untuk mempelajari bahasa asing, di antaranya Zayd ibn Tsabit yang disuruh untuk mendalami Bahasa Ibrani (al Dzahabiy, II, 1990 :430).

b). Sistim Perekonomian (1). Sumber Perekonomian Masyarakat

Perekonomian masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam suatu pemerintahan. Maju mundurnya suatu pemerintahan juga tergantung kepada keberhasilannya dalam bidang perekonomian ini. Lebih dari itu, menguat ataupun melemahnya keimanan seseorang bisa dipengaruhi oleh faktor ekonominya, sehingga Nabi SAW mengingatkan dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (II : ) dari Anas ibn Malik RA, yang berbunyi :

Artinya : Dari Anas, dia mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda :"Hampir saja kemiskinan itu menyebabkan kekafiran".

Karena itu, Islam sebagai agama yang bertujuan untuk kebahagiaan manusia dunia akhirat tidak melupakan masalah ini. Namun perlu ditegaskan bahwa Islam tidak membicarakan masalah perekonomian secara mendetail, tetapi hanya menjelaskan prinsip- Karena itu, Islam sebagai agama yang bertujuan untuk kebahagiaan manusia dunia akhirat tidak melupakan masalah ini. Namun perlu ditegaskan bahwa Islam tidak membicarakan masalah perekonomian secara mendetail, tetapi hanya menjelaskan prinsip-

Pada masa Nabi SAW, baik pada Phase Makkah ataupun Phase Madinah, kegiatan perekoomian masyarakat bertumpu pada tiga macam bidang usaha, yakni usaha perdagangan, pertanian dan peternakan.

(a). Perdagangan Perdagangan adalah usaha yang telah lama dikenal oleh bangsa Arab. Kaum Qurays

adalah kaum pedagang dan kota Makkah telah menjadi kota dagang di Arabia jauh sebelum Muhammad lahir, bahkan sebelum menjadi nabi, Muhammad adalah seorang pedagang. Karena itu, Islam hanya memberikan tuntunan supaya usaha tersebut tidak saja mendatangkan keuntungan di dunia, namun juga membawa keberkatan untuk akhirat. Untuk itu, Islam terlebih dahulu membersihkan perdagangan dari riba, seperti ditegaskan di dalam al Qur-an

pada Surat al Baqarah ayat 275 yang artinya seebagai berikut :

275. Orang-orang yang memakan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat) bahwa sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu dia berhenti dari mengambil riba, maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datangnya larangan); dan urusannya terserah kepada Allah. Namun orang yang kembali mengambil riba setelah datangnya larangan, maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

Selanjutnya Islam menganjurkan supaya perdagangan itu dilakukan secara jujur dan melarang keras setiap kecurangan, seperti ditegaskan dalam Surat al Tathfif ayat 1 –3 yang berbunyi :

1. Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang,

2. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi,

3. dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.

(b). Pertanian Usaha pertanian juga telah lama dikenal oleh bangsa Arab, terutama oleh suku-suku

yang mendiami daerah yang subur, seperti Madinah, Tha-if dan lainnya. Usaha pertanian ini malah dijadikan sebagai tamsilan dari berlipat gandanya pahala bagi orang yang menginfakkan hartanya pada jalan Allah, sebagaimana tersebut dalam Surat al Baqarah ayat 261 yang berbunyi sebagai berikut :

261. Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir (tangkai), pada tiap-tiap bulir itu terdapat seratus biji. Allah akan melipat gandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

(c). Peternakan Peternakan juga menjadi salah satu sumber perekonomian bagi bangsa Arab, dengan

ternak utamanya domba, kuda dan onta. Usaha peternakan ini dapat dikatakan bersifat merata di setiap daerah, berbeda dengan pertanian dan perdagangan yang lebih berpusat pada suatu wilayah tertentu. Muhammad sendiri sewaktu kecilnya adalah seorang penggembala, yang menerima upahan dari peternak Makkah.

Usaha peternakan ini dipuji oleh al Qur-an sebagai usaha yang amat bermanfaat, sebagaimana tersebut dalam Surat Yasin ayat 71 – 73 berikut ini :

71. Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka sebagai bagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya?.

72. Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka; sehingga sebahagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebahagiannya lagi mereka makan.

73. Dan mereka memperoleh manfaat-manfaat dan minuman dari binatang-binatang ternak itu. Karena itu mengapakah mereka tidak bersyukur?

(2). Sumber Keuangan Negara

Suatu pemerintahan dan negara tidak akan dapat berjalan dengan baik, bila tidak didukung oleh sumber keuangan yang memadai. Sumber keuangan negara pada masa Nabi SAW di Madinah adalah zakat, jiz-yah dan harta rampasan perang.

(a). Zakat Zakat adalah kewajiban material yang dibebankan kepada orang yang memiliki harta

yang telah mencapai batasan tertentu untuk mengeluarkan sebagian dari hartanya itu. Masalah zakat ini telah dibicarakan al Qur-an sejak dari Periode Makkah, seperti terdapat dalam berbagai ayat pada Surat-Surat Makkiyah, di antaranya pada Surat Luqman ayat 1 – 5 yang berbunyi sebagai berikut

1. Alif laam Miim, 2. Inilah ayat-ayat Al Quran yang mengandung hikmat,3. Menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan, 4. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat, 5. Mereka itulah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Kewajiban zakat ini menjadi sempurna pada tahun 9 H dengan turunnya ayat-ayat dalam Surat al Tawbah yang mengatur masalah tersebut, baik yang memerintahkan pemungutannya maupun yang menentukan orang-orang yang berhak menerimanya.

(b). Jiz-yah Jiz-yah adalah pajak jiwa yang dikenakan kepada setiap orang non muslim yang

mendiami daerah kekuasaan Islam. Ketentuan ini mulai berlaku sejak tahun 9 H, dengan turunnya Surat al Tawbah ayat 29 yang berbunyi :

29. Kalian perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, orang-orang yang tidak mengharamkan apa-apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya, dan orang-orang yang tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah) dari kalangan orang-orang yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka itu membayar jizyah dengan patuh dan mereka dalam keadaan tunduk.

(c). Harta Rampasan Perang

al ghanimah , al fa-iy dan al salab .

Harta rampasan perang dalam Islam dibedakan menjadi tiga kelompok, yakni

-. Al Ghanimah Ghanimah adalah harta rampasan perang yang diperoleh setelah musuh kalah dalam

peperangan. Bahagian terbesar dari ghanimah ini, yakni 80 %, menjadi hak bagi setiap anggota pasukan, sedangkan yang 20 % lagi diserahkan kepada Rasulullah SAW. Ketentuan ini terdapat dalam Surat al Anfal ayat 41 yang berbunyi :

41. Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kalian peroleh sebagai rampasan perang maka sesungguhnya seperlimanya untuk Allah, rasul, kerabat rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnus-sabil, jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di Hari al Furqan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatunya.

-. Al Fa-iy Al Fa-iy adalah harta rampasan perang yang diperoleh dari musuh yang langsung

menyerah kalah sebelum terjadinya peperangan, seperti Bani Nadhir tahun 4 H dan penduduk Fadak tahun 7 H. Al Fa-iy ini seluruhnya diserahkan kepada Rasulullah SAW, seperti tersebut dalam Surat al Hasyr ayat 6 – 7 yang berbunyi :

6. Dan apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya dari harta benda mereka, yang untuk mendapatkannya itu kalian tidak mengerahkan seekor kudapun dan tidak pula seekor untapun, tetapi Allah yang memberikan kekuasaan kepada RasulNya terhadap apa saja yang dikehendakiNya. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

7. Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya dari harta benda penduduk kota-kota, maka semuanya adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kalian. Apa saja yang diberikan Rasul kepada kalian, maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagi kalian, maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.

-. Al Salab Salab adalah segala sesuatu yang terdapat pada diri seorang musuh, baik berupa

pakaian, perhiasan ataupun persenjataan. Salab ini langsung menjadi milik orang yang membunuh musuh tersebut, seperti ditegaskan Nabi SAW dalam haditsnya yang telah diriwayatkan Imam Muslim (II : 135) dari Anas ibn Malik RA yang berbunyi :

Artinya : Dari Anas ibn Malik, Rasulullah SAW telah bersabda :"Barangsiapa yang membunuh seorang musuh, maka dialah yang berhak untuk mendapatkan salabnya".

Dengan demikian, dari tiga macam harta rampasan perang tersebut, yang memberikan konstribusi untuk kas negara adalah al ghanimah dan al fa-iy , sedangkan al salab langsung menjadi insentif bagi prajurit yang membunuh musuh dalam perang.