Suryohardiprojo memberikan batasan sipil sebagai semua lapisan masyarakat.
14
Dari berbagai pengertian di atas maka dapat dibuat suatu pengertian secara universal bahwa sipil adalah semua orang baik individu ataupun
institusi yang berada di luar organisasi militer.
b. Tipe-tipe orientasi militer
Setiap negara mempunyai tipe-tipe orientasi militer yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini terkait sangat erat dengan
peran pihak militer dalam pemerintahan, selain itu terkait juga dengan sistem politik yang dianut oleh negara itu sendiri. Setiap negara mempunyai
karakteristik tersendiri terhadap tipe-tipe orientasi militernya. Menurut Amos Perlmutter ada tiga jenis orientasi militer yang timbul
di negara bangsa modern masing-masing bertindak sebagai reaksi terhadap jenis kekuatan sipil yang dilembagakan, yakni:
15
1. Prajurit Profesional
Perwira profesional di zaman modern mempunyai ciri – ciri sebagai berikut: 1 keahlian managemen kekerasan, 2 pertautan
tanggung jawab kepada klien, bangsa dan Negara, 3 korporatisme kesadaran kelompok dan organisasi birokrasi, dan 4 ideologi
semangat militer. Ciri-ciri ini dapat dijumpai dalam semua lembaga militer baik di negara maju ataupun negara berkembang.
14
Sayidiman Suryohadiprojo, Hubungan Sipil-Militer di Indonesia: Suatu Pembahasan, Sebuah makalah yang disajikan dalam Seminar Nasional Mencari Format Baru Hubungan Sipil-Militer,
Jakarta : FISIP UI, 1999
15
Amos Perlmutter, Militer dan Politik, Penerbit PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hal.14
Universitas Sumatera Utara
Menurut Huntington keempat ciri tersebut merupakan variabel penting yang dapat menjauhkan fungsi militer dari intervensi politik
suatu negara. Huntington melihat bahwa prajurit profesional klasik timbul apabila koalisi sipil memperoleh supremasi terhadap tentara.
Prajurit dengan keahlian dan pengetahuan profesionalnya menjadi pelindung tunggal negara.
2. Prajurit Pretorian
Kaum pretorian sebenarnya juga prajurit profesional namun karena kurang diperhatikan dan selalu dikendalikan oleh pemerintah
sipil maka terbuka kemungkinan besar mereka melakukan intervensi dalam politik. Menurut Perlmutter
kaum pretorian memang lebih sering timbul di masyarakat yang bersifat agraris atau transisi atau
secara ideologis terpecah-pecah. Secara keseluruhan, kondisi pretorian mempengaruhi lembaga militer secara negatif dan menurunkan
standar-standar profesionalisme. Frederick Mundel Watkins mendefinisikan pretorianisme
sebagai suatu kata yang sering dipakai untuk mencirikan suatu situasi dimana militer dalam suatu masyarakat tertentu melaksanakan
kekuasaan politik yang otonom di dalam masyarakat tersebut berkat penggunaan kekuatan actual atau ancaman penggunaan kekuatan.
Perlmutter membedakan tipe praetorian kedalam dua kategori yaitu tipe praetorian yang paling ekstrim tipe penguasa dan tipe
praetorian yang kurang ekstrim tipe penengah. Tentara praetorian
Universitas Sumatera Utara
penguasa mendirikan eksekutif yang independen dan suatu organisasi politik untuk mendominasi masyarakat dan politik. Sedangkan tentara
praetorian penengah tidak mempunyai organisasi politik dan tidak banyak menunjukan minat dalam penciptaan ideologi politik.
3. Tentara Revolusioner Profesional
Tentara revolusioner seperti tentara pretorian yang mempunyai pola intervensi illegal, namun tidak seperti tentara pretorian yang
melalui kudeta militer atau melalui kerjasama dengan kelompok – kelompok lain sebelum dan selama proses intervensi. Intervensi
tentara revolusioner merupakan suatu aktivitas kelompok militer yang illegal yang beroprasi secara sembunyi, dan dilancarkan untuk
mendukung kelompok revolusioner yang sudah ada yang secara terang-terangan berusaha mengambil alih kekuasaan dengan bantuan
dan dukungan kelembagaan secara besar-besaran. Tentara revolusioner bukanlah hasil dari keahlian militer,
melainkan pengabdian revolusi dan mendapatkan dukungan partai. Tentara revolusioner tidak mengenal adanya pendaftaran dan
penerimaan perwira, melainkan kesadaran sendiri untuk ikut bergabung membela kepentingan revolusi. Oleh karna itu tentara
revolusi tidak ada pembatasan jumlah tentaranya. Tentara revolusi adalah angkatan bersenjata misal, suatu bangsa yang dipersenjatai.
Universitas Sumatera Utara
c. Hubungan Sipil Militer menurut Samuel P. Huntington