Reformasi TNI Reformasi TNI Dan Pelanggaran HAM (Suatu Studi Deskriptif tentang Pelanggaran HAM oleh TNI di Sumatera Utara Pasca Reformasi TNI 2006-2010)

Nasional Indonesia adalah Pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, penegakan serta pemajuan HAM adalah merupakan program nasional Indonesia sendiri. 30 Dewasa ini, dunia tidak lagi memandang Hak Asasi Manusia sekedar sebagai perwujudan dari paham individualisme dan liberalisme seperti dahulu. 31 Hak Asasi Manusia lebih di pahami secara manusiawi sebagai hak-hak yang melekat dengan harkat dan hakikat kemanusiaan kita, apapun latar belakang ras, etnik, warna kulit, jenis kelamin, usia dan pekerjaan kita.

B. Reformasi TNI

Seiring dengan lingkungan politik yang berubah, militer di Indonesia pasca Orde Baru juga dituntut untuk berubah. Reformasi internal harus dilakukan guna menjawab lingkungan baru yang menuntut TNI lebih profesional di bidangnya. Sejak 1998 respons TNI atas tuntutan reformasi telah mengemuka. Militer Indonesia tidak dapat lagi menolak perubahannya walaupun dalam tubuh militer sendiri memintanya untuk berjalan secara bertahap. Tapi, seiring dengan kencangnya dinamika politik sipil, perubahan secara bertahap itu tidak dapat dilakukan secara berlama-lama. Dalam iklim perubahan politik yang ditandai dengan perubahan struktur besar-besaran dalam tubuh politisi sipil, militer Indonesia sempat menjadi bulan- 30 Drs. Saafroedin Bahar, op.cit., hal 34. 31 Untuk mengetahui perjalanan HAM di Indonesia Lihat Prof. Dr. A. Gunawan Setiardja, Hak- Hak Asasi Manusia Berdasarkan Ideologi Pancasila, Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1993, hal. 106-115. Universitas Sumatera Utara bulanan akibat pemihakan dan sikapnya di masa lampau yang terlalu menghegemoni di segala bidang, lebih mementingkan kepentingan penguasa dan kerap melukai rakyat, dengan serangkaian pelanggaran HAM yang serius. Militer di tuntut untuk berubah, tidak saja berkaitan dengan tata organisasinya, tapi yang lebih penting adalah budaya dan mentalitasnya. Berangkat dari kondisi itu, pimpinan ABRI menyadari perlu adanya perubahan yang dilakukan di tubuh ABRI, yang selanjutnya kita kenal dengan nama Reformasi Internal TNI. Namun reformasi TNI jangan dilihat sebuah gerakan yang berdiri sendiri, tetapi harus dikaitkan dengan proses reformasi nasional yang berjalan dan kepada reformasi sektor keamanan pada khususnya. Reformasi tidak dapat dilihat sebagai sebuah sasaran, tetapi sebuah proses yang akan terus berubah secara dinamis mengikuti perkembangan dan tuntutan pada jamannya. Namun pada dasarnya, reformasi internal TNI bertujuan mewujudkan TNI yang Profesional, Efektif, Efisien dan Modern PEEM. Adapun inti atau esensi dari reformasi internal di tubuh TNI adalah : 32 a Secara bertahap meninggalkan peran sosial politik b Memusatkan perhatian kepada tugas pokok pertahanan negara c Menyerahkan fungsi dan tanggung jawab keamanan dalam negeri kepada Kepolisian Republik Indonesia d Meningkatkan konsistensi implementasi doktrin gabungan 32 www.Mabesad.mil.id Universitas Sumatera Utara e Meningkatkan kinerja managemen internal. Secara garis besar, tercatat Reformasi TNI yang telah dilakukan, yakni: Pertama, periode 1999 sampai 20 April 2001. Dimulai dengan mengemukanya Paradigma Baru Sosial Politik TNI. Tawaran ini masih kental dengan nuansa politik dimana TNI masih menghendaki kekuatan politik. Perubahan paradigma yang dilakukan belumlah menyangkut dihilangkannya peran sosial politik yang dianggap sebagai penyebab utama distorsi peran TNI, melainkan baru pada tahap penyesuaian peran sosial poltik ABRI dalam implementasinya yaitu 1 merubah posisi dan metode tidak selalu di depan; 2 merubah dari konsep menduduki menjadi mempengaruhi; 3 merubah dari cara mempengaruhi secara langsung menjadi tidak langsung; 4 kesediaan melakukan political role sharing kebersamaan dalam pengambilan keputusan penting kenegaraan dan pemerintahan dengan komponen bangsa lainnya. 33 Kedua, tahap Redefinisi, Reposisi, dan Reaktualisasi peran TNI dalam kehidupan bangsa yang dimulai tahun 2001, dimana terjadi perubahan doktrin dan struktur organisasi. Redefinisi adalah pendefinisian dwifungsi ABRI pada masa terminologinya menjadi peran ABRI. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari salah tafsir yang selama ini diidentikan dengan kekaryaan. 33 Muhajir Effendi, Profesionalisme militer:Profesionalisasi TNI, Malang : UMM Press, 2008, hal 247. Universitas Sumatera Utara Istilah peran ABRI, mengandung pemahaman adanya integrasi fungsi pertahanan keamanan dan sosial politik secara utuh sehingga tidak ada peran dikotomis dan distingtif. Reposisi adalah suatu agenda yang diformulasikan sebagai penataan kembali posisi ABRI yang diletakkan pada wacana kehidupan bangsa, yang berpangkal dan berujung pada titik kebebasan dan transparasi sebagai kosakata reformasi dengan ketertiban dan kepastian sebagai pagar kebebasan. Pengambilan posisi tersebut menggambarkan betapa ABRITNI disamping bersifat pro aktif dalam mendorong terwujudnya kehidupan demokratis dan kesejahteraan yang berkeadilan, ABRI juga concern dalam penegakan kepastian hukum. ABRI telah membuka diri terhadap saran dan kritikan. Sikap terbuka ini bermakna bahwa ABRI dapat menerima perkembangan pemahaman pemikiran untuk berhasilnya reformasi internalnya. Reaktulisasi adalah suatu upaya penataan kembali implementasi peran ABRI pada masa mendatang. Sudah menjadi komitmen ABRI untuk menetapkan perannya di masa depan secara tepat sesuai perkembangan zaman dan aspirasi masyarakat. 34 Ketiga, tahap Implementasi Paradigma Baru TNI dalam berbagai keadaan mutakhir atau dalam periode kekinian, terutama setelah disahkannya UU no.34 tahun 2004 tentang TNI. Dimana UU ini menjadi 34 Mabes TNI, Paradigma Baru TNI, sebuah Upaya Sosialisasi, Jakarta: Mabes TNI, 1998. Hal 25- 26. Universitas Sumatera Utara payung hukum yang sah dalam berjalannya peran TNI yang diharapkan. Beberapa capaian yang diraih selama periode ini antara lain : 1 likuidasi staf Komunikasi Sosial pada tahun 2005 Skep Panglima TNI No 21VI2005; 2 netralitas TNI dalam pilkada 2004 Hasil Rapim TNI, telegram rahasia No STR5272004, buku Pedoman Netralitas Pemilu 2004; 3 persiapan penghapusan bisnis militer meski belum selesai; 4 keputusan harus pensiun terlebih dahulu sejak tahap penyaringan bagi prajurit TNI yang akan ikut pilkada; 5 pengesahan doktrin TNI. 35 Capaian yang ada, masih belum memadai untuk mewujudkan keamanan sebagaimana digariskan oleh konstitusi, terutama jika bertolak dari prinsip demokrasi dan penghormatan kepada HAM yang harus di penuhi, antara lain : 1 tertatanya ketentuan perundang-undangan berdasarkan the rule of law; 2 terbangunnya kemampuan pengembangan kebijakan, menyusun perencanaan pertahanan dan keamanan defense and security planning; 3 kemampuan dan efektifitas pengawasan; 4 pengelolaan anggaran yang logis dan profesional dan 5 terselesaikannya kasus pelanggaran HAM. 36 35 Tim IDSPS, op.cit., hal 4. 36 Tim IDSPS, op.cit., hal 4. Universitas Sumatera Utara

C. Postur Pertahanan Indonesia