Dalam kaitannya dengan desentralisasi, sesuai dengan potensi suatu daerah, sedikitnya ada dua skenario yang mungkin terjadi dalam
pembiayaan kesehatan. Untuk daerah kaya anggaran pembangunan kesehatan mungkin akan sesuai dengan kebutuhan nyata di lapangan,
sedangkan untuk daerah miskin tentu sebaliknya. Daerah miskin diperkirakan akan memberi prioritas lebih tinggi pada sektor yang
memberikan “ return of investment” ROI dalam jumlah besar dan dalam jangka pendek. “Celakanya”, investasi dibidang kesehatan tidak akan
memberikan ROI dalam jangka pendek dalam bentuk penerimaan riel
dalam PAD ataupun PDRB daerah Gani, 2001 . b.
Pemanfaatan Dana yang Tidak Efisien
Di Indonesia pembiayaan kesehatan yang terbatas, dimanfaatkan secara kurang efisien, hal ini dapat dilihat dari alokasi yang timpang antar
program kesehatan. Ketidakefisienan juga kelihatan dimana dana yang dicarikan melalui rangkaian birokrasi yang panjang sehingga nilai dana
menurun ketika sampai pada tingkat operasional Brotowasisto, 2000.
c. Beban Pembiayaan Kesehatan yang Semakin meningkat
Beban pembiayaan kesehatan Indonesia semakin hari semakin berat. Ini disebabkan oleh beberapa faktor penting, yaitu :
1 Meningkatnya jumlah penduduk, 2 Meningkatnya jumlah penduduk usia lebih tua, sehingga jumlah penyakit kardiovaskuler dan penyakit
kronis degeneratif juga meningkat, 3 Perkembangan teknologi kesehatan yang semakin canggih Gani, 2001.
Universitas Sumatera Utara
d. Pengelolaan Dana yang Belum Baik
Untuk sumber dana yang berasal dari pemerintah, keluhan yang banyak didengar adalah tidak sesuainya perencanaan anggaran yang dibuat
oleh pusat dengan kebutuhan daerah.
2.2. Sumber-Sumber Pembiayaan Kesehatan
2.2.1 Sumber-Sumber Pembiayaan Kesehatan Sebelum Desentralisasi
Sumber biaya kesehatan tidaklah sama antara satu negara dengan negara lainnya. Dalam Undang-undang Rl nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan pada
bagian ke 5 mengenai pembiayaan kesehatan pasal 65 ayat 1, menyebutkan bahwa upaya kesehatan dibiayai .oleh pemerintah dan atau masyarakat. Pada ayat 2
menyebutkan bahwa pemerintah membantu upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang bertaku, terutama upaya kesehatan bagi masyarakat rentan.
a. Sumber Dana Pemerintah
Sumber Pembiayaan pemerintah berasal dari : a Pendapatan pajak secara umum, b Pinjaman luar negeri’deficit financing, c Pendapatan pajak
penjualan, d Asuransi sosial Soewondo, 1998. Pemerintah daerah dalam otonomi daerah ini mempunyai empat sumber untuk membiayai kegiatan, yaitu
1 Pendapatan Asli Daerah PAD berupa pendapatan dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah lainnya. 2 Alokasi pusat kepada daerah dalam bentuk DAU dan DAK, 3 Anggaran perimbangan atau bagi hasil yang diperolah dari kegiatan
Universitas Sumatera Utara
pertambangan, hasil hutan dan perikanan, 4 Pinjaman daerah dalam negeri dan atau luar negeri Gani, 2001.
Sebelum desentralisasi, alokasi anggaran kesehatan dilakukan oleh pemerintah pusat dengan menggunakan model negosiasi ke propinsi-propinsi.
Ketika sifat Big-Bang kebijakan desentralisasi mengenai sektor kesehatan, tiba- tiba terjadi apa yang disebut sebagai alokasi anggaran pembangunan melalui Dana
Alokasi Umum DAU yang berbasis pada formula dan ditetapkan berbasis pada potensi penerimaan dan kebutuhan fiskal oleh sebuah daerah Sidik, 2002.
Ada hal yang menarik dalam masalah peran pemerintah dalam alokasi anggaran kesehatan. Di luar DAU, masih banyak sumber anggaran pemerintah
pusat untuk kesehatan, misalnya melalui dana kompensasi BBM, Dana Alokasi Khusus, sampai Anggaran Belanja Tambahan. Sementara itu, fungsi pemerintah
pusat belum mantap dalam alokasi anggaran. Hal ini terlihat dari masih kentalnya kultur negosiasi dalam alokasi anggaran, serta menjadi semakin rumit dengan
kuatnya pengaruh anggota Dewan Perwakilan Rakyat pasca kebijakan desentralisasi. Akibatnya terjadi berbagai ketidakadilan, diantaranya ketika
daerah-daerah yang miskin mendapat alokasi anggaran yang bobotnya sama dengan daerah kaya Trisnantoro Harbianto, 2004.
b. Sumber Dana Swasta dan Masyarakat