Dalam desentralisasi, penting sekali untuk mendapatkan perencana program yang terlatih dengan baik pada tingkat kabupaten. Dinas kesehatan
idealnya mempunyai sumber daya manusia yang menguasai teknik perencanaan Puslit Kesehatan Ul, 2001.
2.3.2 Dana
Pembiayaan kesehatan pada dasarnya adalah sekumpulan dana dan penggunaan dana untuk pembiayaan secara langsung dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Pada era desentralisasi, semua pembiayaan kesehatan kecuali yang bersifat khusus dipusatkan pada kepala daerah bersama
sektor lain dalam bentuk DAU dan DAK. Dalam plot anggaran bersama tersebut, alokasi ke bidang kesehatan akan ditentukan oleh kepala daerah bersama DPRD
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan daerah Budiarto, 2003. Konsekuensi dari diterapkannya otonomi daerah adalah perubahan sistem
administratif yang berlaku. Daerah dituntut lebih otonom baik dalam menjalankan pemerintahannya maupun dalam mendanai keuangan daerahnya. Sedangkan
kemampuan satu daerah dengan daerah lain tidaklah sama. Untuk menunjang pelaksanaan otonomi daerah tersebut, maka pemerintah pusat memberikan
kebijakan transfer kepada daerah dalam bentuk Dana Alokasi Umum DAU. Alokasi dana ini sangat tergantung dari kebutuhan dan lobi, negosiasi, serta
argumentasi antara pihak eksekutif, unit-unit teknis di daerah dengan pihak legislatif Sidik et al., 2002.
Salah satu kebijakan tentang pembiayaan kesehatan didaerah yang pernah disepakati oleh para BupatiWalikota dalam era-desentralisasi adalah 15 dari
Universitas Sumatera Utara
dana APBD. Namun didalam realisasinya persentase anggaran kesehatan di banyak daerah di Indonesia tidak bergeser dari yang sebelumnya yaitu berkisar
antara 2,5 sampai dengan 4 dan maksimal 7 Hendartini dan Mukti, 2004. Dalam konteks pembiayaan kesehatan di era otonomi daerah, tidak lepas
dari keadaan pemerintah daerah dan masyarakat. Sebagai contoh, bila pemerintah daerah miskin sementara masyarakat kaya, maka dimungkinkan biaya pelayanan
kesehatan sebagian besar akan ditanggung oleh masyarakat dan subsidi Pemda untuk pelayanan kesehatan bisa ditekan dan akan diprioritaskan untuk membiayai
program-program yang sifatnya public good. Pada masyarakat yang kaya, maka sistem pelayanan kesehatan akan cenderung bergeser ke arah mekanisme pasar
yang sesuai dengan need dan demand masyarakat tersebut. Sebaliknya pada pemerintah daerah yang miskin dan masyarakatnya miskin, maka peranan Pemda
setempat akan cenderung kecil karena dalam situasi ini kemungkinan diperlukan peranan pemerintah pusat yang lebih besar Trisnantoro, 2002 .
Sektor kesehatan juga mendapat alokasi dana khusus yang dipakai untuk membiayai peningkatan daya jangkau dan kualitas kesehatan masyarakat di
KabupatenKota. Dana ini diprioritaskan untuk daerah-daerah yang mempunyai kemampuan fiskal rendah atau dibawah rata-rata. Untuk efektifitas pelaksanaan
DAK, masing-masing pemerintah daerah membentuk tim koordinasi yang bersifat fungsional yang bertugas mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan,
pelaporan, dan pemantauan DAK Sidik et al., 2002. Selain dari dana tersebut di atas, sektor kesehatan menerima dana non
desentralisasi, seperti dana dekonsentrasi, dana Program Kompensasi
Universitas Sumatera Utara
Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak PKPS-BBM bidang kesehatan, dan anggaran biaya tambahan. Dana dekonsentrasi adalah dana pemerintah pusat yang
digunakan untuk membiayai tugas-tugas pemerintah pusat di daerah. Pemerintah daerah wajib melaporkan dan membuat laporan pertanggungjawaban
ke pemerintah pusat. Sedangkan dana PKPS-BBM adalah dana yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada daerah sebagai dampak dari kenaikan harga Bahan
Bakar Minyak BBM untuk membantu masyarakat miskin. Dalam rangka pelaksanan otonomi daerah, maka pemerintah daerah diharapkan dapat
menyediakan anggaran melalui APBD untuk orang miskin sesuai dengan kemampuan rnasing-masing. Trisnantoro, 2004.
Ada beberapa kriteria dalam pengalokasian anggaran kesehatan, diantaranya adalah adekuasi dan equity. Pemakaian kriteria tersebut dapat
dilakukan untuk mencapai standar pelayanan minimal. Dalam hal ini, dapat diberikan conditional non-matching block transfer DAK tanpa dana pendamping
berbasis pada standar pelayanan minimal yang ada. Prinsip adekuasi diperlukan untuk mendukung daerah agar mampu melakukan pelayanan minimal yang
standarnya ditetapkan oleh pusat Harbianto Trisnantoro, 2004.
2.3.3 Sarana