pertambangan, hasil hutan dan perikanan, 4 Pinjaman daerah dalam negeri dan atau luar negeri Gani, 2001.
Sebelum desentralisasi, alokasi anggaran kesehatan dilakukan oleh pemerintah pusat dengan menggunakan model negosiasi ke propinsi-propinsi.
Ketika sifat Big-Bang kebijakan desentralisasi mengenai sektor kesehatan, tiba- tiba terjadi apa yang disebut sebagai alokasi anggaran pembangunan melalui Dana
Alokasi Umum DAU yang berbasis pada formula dan ditetapkan berbasis pada potensi penerimaan dan kebutuhan fiskal oleh sebuah daerah Sidik, 2002.
Ada hal yang menarik dalam masalah peran pemerintah dalam alokasi anggaran kesehatan. Di luar DAU, masih banyak sumber anggaran pemerintah
pusat untuk kesehatan, misalnya melalui dana kompensasi BBM, Dana Alokasi Khusus, sampai Anggaran Belanja Tambahan. Sementara itu, fungsi pemerintah
pusat belum mantap dalam alokasi anggaran. Hal ini terlihat dari masih kentalnya kultur negosiasi dalam alokasi anggaran, serta menjadi semakin rumit dengan
kuatnya pengaruh anggota Dewan Perwakilan Rakyat pasca kebijakan desentralisasi. Akibatnya terjadi berbagai ketidakadilan, diantaranya ketika
daerah-daerah yang miskin mendapat alokasi anggaran yang bobotnya sama dengan daerah kaya Trisnantoro Harbianto, 2004.
b. Sumber Dana Swasta dan Masyarakat
1. Asuransi Kesehatan Swasta
Asuransi kesehatan swasta asuransi sukarela merujuk kepada asuransi kesehatan dimana polis asuransi disediakan oleh perusahaan
Universitas Sumatera Utara
asuransi swasta dan dapat dibeli oleh konsumen dalam pasar swasta yang berorientasi laba ataupun nirlaba Murti, 2000.
2. Pembiayaan Asuransi oleh Perusahaan
Perusahaan secara langsung membiayai keperluan pelayanan kesehatan para pekerjanya. Masalah yang timbul dalam jenis pembiayaan
ini adalah kaitan dengan kualitas pelayanan yang disediakan, dan kesulitan untuk memberlakukan kewajiban kepada karyawannya Mills Gilson,
1990. 3.
Pengeluaran Langsung dari Rumah Tangga Yang tergolong dalam pembayaran ini adalah setiap pembayaran yang
dilakukan konsumen kepada penyedia pelayanan kesehatan kesehatan Mills Gillson, 1990.
4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat JPKM
JPKM merupakan pengembangan sistem pembiayaan dan pemeliharaan kesehatan yang dilaksanakan secara paripurna dan
berjenjang dengan pembayaran pra upaya berdasarkan azas kekeluargaan dan azas gotong royong yang mencerminkan peran serta masyarakat
Depkes Rl, 2000.
c. Pinjaman Luar Negeri
Sumber dana luar negeri saat ini masih diperlukan karena merupakan sumber pendapatan untuk kegiatan-kegiatan yang tidak menarik bagi sektor swasta seperti
pembangunan sumber daya manusia dan pembangunan prasarana di luar jawa.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Sumber-Sumber Pembiayaan Kesehatan Setelah Desentralisasi
Pada masa desentralisasi pembiayaan kesehatan terdiri dari : 1.
Pembiayaan pusat dan dana dekonsentrasi 2.
Pembiayaan melalui dana propinsi 3.
Pembiayaan melalui dana kabupatenkota
2.3 Anggaran budget
Munandar 2000 mengatakan bahwa, anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistimatis meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan
dalam kesatuan moneter untuk periode tertentu yang akan datang. Christina,dkk 2001 menyatakan bahwa anggaran merupakan suatu rencana yang disusun
secara sistimatis dalam bentuk angka dan dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan pada priode tertentu dimasa yang akan
datang. Menurut Asri dan Adisaputro 1996, anggaran adalah suatu pendekatan
yang formal dan sistimatis dari pelaksanaan tanggungjawab manajemen didalam perencanaan, koordinasi dan pengawasan. Anggaran merupakan suatu rencana,
uraian tentang kegiatan yang dilaksanakan yang dinyatakan dalam bentuk uang Azwar, 1996. Sedangkan Munandar 2000 menyatakan anggaran mempunyai
tiga kegunaan pokok, yaitu : a.
Sebagai pedoman kerja dan memberikan arah serta memberikan target- target yang akan dicapai oleh kegiatan perusahaan di waktu yang akan
datang.
Universitas Sumatera Utara
b. Sebagai alat pengkoordinasi kerja agar semua bagian-bagian yang terdapat
didalam perusahaan dapat saling menunjang, saliang bekerja sama dengan
baik guna mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
c. Sebagai alat pengawasan kerja yaitu alat pembanding guna menilai
realisasi kegiatan perusahaan.
Menurut Christina 2001, tujuan penyusunan anggaran adalah: 1 Untuk menyatakan sasaran dari perusahaan secara jelas dan formal sehingga dapat
menghindari kerancuan dan memberikan arah terhadap apa yang hendak dicapai manajemen, 2 untuk mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pihak-
pihak terkait sehingga anggaran dimengerti didukung dandilaksanakan, 3 untuk menyediakan rencana terinci mengenai aktifitas dengan maksud
mengurangi ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang jelas bagi individu dan kelompok untuk mencapai tujutan perusahaan 5 untuk menyediakan alat
pengukur dan pengendalian kinerja individu dan kelompok serta informasi yang mendasari perlu tidaknya tindakan koreksi.
Menurut Nafarin 2004, beberapa hal terkait dengan prilaku pelaksanaan anggaran yang perlu diperhatikan :
1. Anggaran harus dibuat serealistis dan secermat mungkin, artinya tidak
terlalu rendah atau tinggi. Anggaran yang terlalu rendah tidak menggambarkan kondisi yang dinamis, sedangkan anggaran yang terlalu
tinggi hanyalah angan-angan belaka. 2.
Untuk memotivasi menejer pelaksana, diperlukan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran.
Universitas Sumatera Utara
3. Anggaran yang dibuat harus mencerminkan prinsip keadilan, sehingga
pelaksana anggaran tidak merasa tertekan, tetapi termotivasi untuk mencapai tujuan anggaran.
4. Laporan realisasi anggaran perlu disajikan secara akurat dan tepat waktu,
sehingga bila terdapat penyimpangan yang bersifat merugikan dapat diantisipasi sejak dini.
Backer and Green 2003 menjelaskan bahwa partisipasi anggaran akan memberikan kemungkinan bagi bawahan untuk berinteraksi dan berkomunikasi
dengan atasan mereka dan untuk mempengaruhi target anggaran. Partisipasi anggaran yang tinggi tidak hanya meningkatkan pemahaman bawahan
mengenai bagaimana target anggaran berasal, tetapi juga menghasilkan target anggaran yang lebih realistis yang dapat diterima dan dilaksanakan oleh bawahan.
Langkah-langkah yang harus diikuti dalam penganggaran adalah : 1 penetapan tujuan, 2 mengevaluasi sumber-sumber daya yang tersedia,
3 negosiasi antara pihak-pihak yang terlibat mengenai angka anggaran, 4 persetujuan akhir, 5 pendistribusian anggaran yang disetujui Slim dan
Siegel, 2000. Pendekatan penyusunan anggaran Depkes, 2002 adalah sebagai berikut :
1. Top Down Approach
Pendekatan ini memiliki ciri-ciri 1 sedikit keterlibatan dari semua unitstaf,2 Refleksi perspektif top menejer, 3 kurang keterlibatan,
komunikasi, dan komitmen dari unitstaf, 4 masaalah moral dan inefisien :SPJ oriented.
Universitas Sumatera Utara
2. Patisipatory Approach
Pendekatan ini memiliki ciri-ciri 1 Perspektif tugas dan tanggungjawab pada unit terkait, 2 belief-Ownership-bertanggungjawab, menyiapkan
anggaran sendiri, 3 sangat melibatkan semua staf, ada komunikasi dan komitmen, 4 Waktu sangat relatif lama.
3. Fixed Budget
Pendekatan ini memiliki ciri-ciri 1 Total anggaran di asumsikan tetap satu setelah disetujui, 2 tidak ada penyesuaian adjusment
4. Fleksibel Budget
Pendekatan ini memiliki ciri-ciri 1 Total anggaran dapat direvisi apabila kegiatan berubah, 2 Pada prinsipnya total anggaran mangacu pada jumlah
kegiatan yang dilakukan. 5.
Zero-Based Budgeting Prospektif Pendekatan ini memiliki ciri-ciri 1 susun anggaran dari nol, sesuai dengan
goal dan objektif, 2 sulit, list semua kegiatan, estimasi volume, dan cari standar biaya, 3 cerminan kebutuhan yang ada.
6. Historical budget retrospektif
Pendekatan ini memiliki ciri-ciri 1 Mengacu pada line item dan jumlah biaya tahun sebelumnya, 2 seringkali hanya berdasarkan pengalaman
tahun-tahun lalu ditambah 10, 3 relatif mudah dan cepat bila hanya melihat laporan tahun lalu, 3 tidak mencerminkan kebutuhan yang ada,
6 kelebihannya adalah mendapat gambaran riil dilapangan dimasa lalu.
Universitas Sumatera Utara
7. Target based budgeting
Anggaran disusun berdasarkan target yang akan dicapai. Target dulu disusun, baru anggaran dibuat. Budget dibuat setelah program disusun,
mengikuti siklus perencanaan ideal. 8.
Budget based targeting Besar anggaran telah di tetapkan dahulu, baru setelah itu target dan jenis
kegiatan sesuai dengan besarnya anngaran yang tersedia.Digunakan untuk penyusunan anggaran yang platfonnya sudah ditetapkan.
Menurut Hasbullah 2005, saat ini ada lima faktor yang menentukan prioritas dan kecukupan alokasi anggaran daerah bidang kesehatan, yaitu :
1. Jumlah penerimaan daerah berasal dari pemerintah pusat dan daerah yang
tercantum dalam jumlah APBD. 2.
Skala prioritas terhadap bidang kesehatan dimata pemerintah daerah. 3.
Kemampuan Rumah Sakit dalam melakukan advokasi. 4.
Kemampuan Rumah Sakit dalam menyusun anggaran yang baik. 5.
Mampu menyajikan informasi alur pendanaan kesehatan termasuk informasi sumber-sumber dana yang ada sampai bagaimana menggunakan
dana tersebut terhadap pencapaian program-program kesehatan.
2.3.1 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia SDM adalah seseorang yang bekerja aktif baik yang memiliki pendidikan formal atau tidak untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan dalam melakukan sesuatu upaya Kepmenkes, 2004. Menurut KBBI 2003, sumber daya manusia adalah potensi manusia yang dapat dikembangkan
Universitas Sumatera Utara
untuk proses produksi. Sumber daya manusia salah satu faktor yang penting didalam suatu organisasi. Agar organisasi dapat bertahan dalam lingkungan
persaingan harus melakukan repotioning peran SDM dengan cara pengembangan SDM melalui kegiatan pelatihan dan melatih kembali sumber daya manusia.
Permasaalahan birokrasi publik perlu dibenahi melalui pendekatan kompetensi yang berbasis kompetisi Gomes, 2002.
Manusia merupakan faktor terpenting dari manajemen, gagal atau tidaknya tujuan organisasi tergantung dari banyak faktor, namun tak dapat dipungkiri
bahwa manusia merupakan faktor yang paling dominan Syamsi, 1988. Menurut Dickey 2001, ketrampilan membuat perencanaan yang baik serta kepekaan
terhadap faktor-faktor non teknis yang berpengaruh, sangat diperlukan untuk mencapai kesuksesan. SDM sebagai operator dari sistim sudah diketahui menjadi
kunci sukses dalam pelaksanaan desentralisasi Trisnantoro, 2005. Perencanaan sumber daya manusia adalah merupakan fungsi yang
pertama-tama yang harus dilaksanakan dalam organisasi. Perencanaan sumber daya manusia adalah langkah-langkah tertentu yang diambil oleh manajemen guna
menjamin bahwa organisasi tersedia tenaga kerja yang tepat untuk menduduki berbagai kedudukan, jabatan dan pekerjaan yang tepat pada waktu yang tepat,
kesemuanya untuk mencapai tujuan dan berbagai sasaran yang telah dan akan ditetapkan Sutiono et al., 2004.
Pada era desentralisasi terjadi perubahan yang mendasar pada manajemen SDM kesehatan seperti : 1 Terjadinya perubahan pola manajemen SDM yang
tadinya sangat sentralisasi menjadi lebih desentralisasi, 2 Terjadinya perubahan
Universitas Sumatera Utara
pola perencanaan dan pengelolaan SDM kesehatan yang tadinya sangat top down menjadi bottom up, 3 Terjadinya transfer otoritas yang tadinya pusat sangat
powerful Menjadi sharing power dengan daerah, 4 Terjadinya tuntutan perubahan regulasi SDM kesehatan yang tadinya otoritas sangat terpusat menjadi
lebih diwarnai otoritas daerah. Status tenaga dipekerjakan dan diperbantukan mungkin perlu ditinjau ulang, untuk memberikan otoritas lebih besar kepada
daerah untuk mengelola SDM kesehatan sesuai dengan kebutuhan mereka, 5 Terjadinya perubahan jelas teriihat fungsi dan tanggungjawab pusat dengan
daerah secara jelas llyas, 2000. Lebih lanjut menurut Sampoerno 1999, dapat tidaknya kebutuhan tenaga
kesehatan terpenuhi dalam suatu kabupaten sangat tergantung dari kaya atau miskinnya propinsi atau kabupaten yang bersangkutan setelah terjadi
desentralisasi. Untuk implementasi paradigma sehat, disamping tenaga kesehatan yang telah ada masih diperlukan tenaga-tenaga kesehatan jenis lain yang memiliki
keterampilan untuk menangani upaya preventif dan protektif yang tertuang dalam program sanitasi lingkungan, pencegahan dan sebagainya. Pada era desentralisasi,
untuk tingkat kabupaten diperlukan juga beberapa tenaga kesehatan yang dapat melakukan perencanaan, implementasi dan evaluasi program-program kesehatan.
a. Kemampuan Untuk Melakukan Advokasi
Dalam sebuah sistem yang terdesentralisasi, kabupatenkota akan menjadiā€¯ unit yang paling strategis, dan dimana dua lembaga kabupaten
yaitu Bupati dan DPRD, sangat menentukan skala prioritas pembangunan sosial dan ekonomi Puslit Kesehatan Ul, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Secara nasional advokasi kesehatan adalah meningkatkan perhatian publik terhadap kesehatan, dan meningkatkan advokasi sumberdaya untuk kesehatan.
Indikator keberhasilan advokasi yang paling utama adalah meningkatnya anggaran kesehatan di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraDaerah
Notoatmodjo, 2001 . Hal yang penting dalam proses advokasi adalah proses sosialisasi dan
mobilisasi. Proses ini diperlukan untuk mempercepat agar pemerintah dapat segera mengeluarkan membuat instrumen kebijakan yang diinginkan. Oleh
karena itu pelaksanaan advokasi dalam hat ini Dinas Kesehatan perlu mengenali dan membina kerjasama dengan pembuat opini dan media massa
Depkes Rl, 2000. Departemen Kesehatan dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan
alokasi dana kesehatan, pada bulan Juli 2000 yang lalu telah melakukan advokasi melalui suatu pertemuan nasional di Jakarta. Dengan hasil kesepakatan adalah
komitmen untuk mengalokasikan 15 APBD atau 5 Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB kabupatenkota untuk mendukung program dan
pelayanan kesehatan Depkes Rl, 2000. Advokasi dapat terwujud dalam berbagi bentuk kegiatan antara lain :
1 Lobi politik, 2 Seminar dan atau presentasi, 3 Media, 4 Perkumpulan asosiasi peminat Notoatmodjo, 2001.
b. Penyusunan Perencanaan dan Anggaran yang baik