Obat Antidiabetes Oral ADO

17 umur, dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. Berolahraga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga KGD tetap normal, olah raga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa Depkes RI., 2005. Menurut Suherman dan Nafrialdi 2012 tanpa insulin, kontraksi otot dapat menyebabkan glukosa lebih banyak masuk ke dalam sel. Karenanya pasien DM sangat dianjurkan untuk melakukan olah raga secara teratur agar tidak terlalu banyak membutuhkan insulin. Apabila penatalaksanaan terapi tanpa obat belum berhasil mengendalikan KGD penderita DM, maka perlu dilakukan penatalaksanaan terapi dengan obat baik dalam bentuk terapi dengan obat antidiabetes oral ADO, insulin atau kombinasi keduanya.

2.6.1 Obat Antidiabetes Oral ADO

Berdasarkan cara kerjanya obat antidiabetes oral dapat dibagi dalam enam kelompok besar yaitu : a. Sulfonilurea Dikenal 2 generasi sulfonilurea, generasi 1 terdiri dari tolbutamid, tolazamid, asetoheksimid dan klorpromazid. Generasi 2 yang potensi hipoglikemik lebih besar misalnya gliburid =glibenklamid, glipizid, gliklazid dan glimepirid. Mekanisme kerja golongan ini sering disebut sebagai insulin secretagogues, kerjanya merangsang sekresi insulin dari granul sel- sel β langerhans pankreas. Rangsangannya melalui interaksinya dengan ATP- sensitive K channel pada membran sel- sel β yang menimbulkan depolarisasi membran dan 18 keadaan ini akan membuka kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca ++ akan masuk sel β, merangsang granula yang berisi insulin dengan jumlah yang ekuivalen dengan peptida-C. Sulfonilurea juga selanjutnya dapat meningkatkan kadar insulin dengan cara mengurangi bersihannya di hati. Pada penggunaan yang panjang atau dosis besar dapat menyebabkan hipoglikemia. Farmakokinetik berbagai sulfonilurea mempunyai sifat kinetik berbeda, tetapi absorpsi melalui saluran cerna cukup efektif, untuk mencapai kadar optimal di plasma, sulfonilurea dengan masa paruh pendek akan lebih efektif bila diminum 30 menit sebelum makan. Dalam plasma sekitar 90-99 terikat protein plasma terutama albumin, ikatan ini paling kecil untuk klorpropamid dan paling besar untuk gliburid. Karena semua sulfonilurea dimetabolisme di hepar dan disekresikan melalui ginjal, sediaan ini tidak boleh diberikan pada pasien gangguan fungsi hepar atau ginjal yang berat Suherman dan Nafrialdi, 2012. b. Meglitinid kalium chanel blokers Repaglinida dan nateglinida adalah obat antidiabetes dari golongan ini. Senyawa ini sama mekanisme kerjanya dengan sulfonilurea. Repaglinida dan nateglinida menstimulasi sekresi insulin denga cara memblok saluran kalsium sensitif- ATP pada sel β pankreas Suherman dan Nafrialdi, 2012. Namun berbeda dengan golongan sulfonilurea, meglitinid memiliki kerja cepat sehingga efektif dalam pelepasan dini insulin yang terjadi setelah makan postprandial Harvey, et al., 2001. c. Binguanida Sebenarnya dikenal 3 jenis ADO dari golongan biguanid: fenformin, buformin dan metformin, tetapi yang pertama telah ditarik dari peredaran karena 19 sering menyebabkan asidosis laktat. Sekarang yang banyak digunakan adalah metformin. Mekanisme kerja biguanid sebenarnya bukan obat hipoglikemik tetapi suatu antihiperglikemik, tidak menyebabkan rangsangan sekresi insulin dan umumnya tidak menyebabkan hipoglikemia. Metformin menurunkan produksi glukosa di hepar sebagian besar menghambat glikoneogenesis dan meningkatkan sensitifitas jaringan otot dan adiposa terhadap insulin. Biguanid tidak merangsang ataupun menghambat perubahan glukosa menjadi lemak. Pada pasien diabetes yang gemuk, biguanid dapat menurunkan berat badan; pada orang nondiabetik yang gemuk tidak menimbulkan penurunan kadar glukosa darah. Metformin oral akan mengalami absorpsi di intestin, dalam darah tidak terikat protein plasma, ekskresinya melalui urin dalam keadaan utuh masa paruhnya sekitar 2 -5 jam Suherman dan Nafrialdi, 2012; Soegondo, dkk., 2004. d. Thiazolidindion Thiazolidindion adalah golongan obat baru yang mempunyai kerja farmakologis meningkatkan sensitivitas insulin. Rosiglitazon dan pioglitazon merupakan obat dari golongan ini. Berdaya mengurangi resistensi insulin dan meningkatkan sensitifitas jaringan perifer untuk insulin. Oleh karena itu penyerapan glukosa ke dalam jaringan lemak dan otot meningkat, juga kapasitas penimbunannya di jaringan ini. Efeknya kadar insulin, glukosa dan asam lemak dalam darah menurun, begitu pula glikoneogenesis dalam hati Soegondo, 2004. e. Penghambat α-glukosidase Monosakarida seperti glukosa dan fruktosa yang dapat ditransport ke luar dari lumen usus ke dalam aliran darah. Oleh karena itu, zat tepung kompleks, 20 oligosakarida dan disakarida harus dipecah menjadi molekul monosakarida sebelum diabsoprsi. Penyerapan tersebut dipermudah oleh enzim enterik seperti α glukosidase Katzung, 2010. Akarbose dan miglitol merupakan obat dari g olongan ini, bekerja menghambat kerja enzim α glukosidase di dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia postprandial Soegondo, dkk., 2004. Obat ini bekerja di lumen usus, tidak merangsang pelepasan insulin, juga tidak meringkatkan kerja insulin pada jaringan target Harvey, et al., 2001. f. Penghambat Dipeptidil Peptidase-IV DPP-4 dan Inkretin Mimetik Sitagliptin dan vildagliptin merupakan obat golongan ini. Obat-obat kelompok terbaru ini bekerja berdasarkan efek penurunan hormon inkretin. Inkretin adalah hormon yang dihasilkan epitel usus yang berfungsi dalam glukoregulator, inkretin terbagi dua yaitu GLP-1 glucagon like peptida-1 dan GIP gastrointestinal inhibitory peptide. Glucagon like peptida-1 GLP-1 berikatan dengan reseptor sel β pankreas sehingga memiliki efek meningkatkan sekresi insulin. Namun, GLP-1 sangat cepat diuraikan oleh suatu enzim khas DPP-4 dipeptidylpeptidase, sehingga mempunyai waktu paruh yang sangat singkat yaitu 1-2 menit. Obat ini bekerja dengan menghambat kerja enzim DPP- IV, sehingga GLP-1 bekerja lebih lama Ratimanjari, 2011. Exenatide merupakan inkretin mimetik dengan rangkaian polipeptida, sekitar 50 homolog dengan GLP-1. Exenatide memperbaiki sekresi insulin, memperlambat pengosongan lambung, menurunkan asupan makanan, menurunkan sekresi glukosa postprandial. Exenatide diberikan secara subkutan, 21 tetapi penggunannya sangat jarang karena durasi kerja yang singkat dan memerlukan injeksi yang sering Harvey, et al., 2001

2.6.2 Terapi Insulin