9
dan topi. Endosperma putih biji mudanya manis seperti jelli, dikonsumsi sebagai makanan ringan, sedangkan buah yang sudah tua bisa ditumbuk untuk dijadikan
tepung. Daun muda yang masih menggulung digunakan secara lokal untuk pembungkus rokok Siregar, 2012.
Berbagai bagian dari nipah merupakan sumber obat tradisional seperti air dari batang muda digunakan sebagai obat herpes
Siregar, 2012;
obat sakit perut, diabetes dan obat penurun panas dalam Putri, dkk., 2013; di Kalimantan, arang
akar nipah digunakan sebagai obat sakit gigi dan sakit kepala Anonim, 1995.
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia
yang disari mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein. Senyawa aktif yang terdapat dalam
simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan
mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat Dirjen POM., 2000. Hasil yang diperoleh dari penyarian simplisia nabati atau simplisia hewani
menurut cara yang cocok disebut ekstrak. Ekstrak bisa dalam bentuk sediaan kering, kental dan cair Dirjen POM., 1979.
2.3 Metode Ekstraksi
Menurut Dirjen POM., 2000 metode ekstraksi dapat dilakukan dengan beberapa cara:
10
2.3.1 Cara Dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan kamar. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu terus-menerus. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut
setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya. b.
Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses ini terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi
sebenarnya penetesanpenampungan ekstrak, terus menerus sampai diperoleh perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
2.3.2 Cara Panas
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.
b. Soxhletasi
Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus yang sampelnya dibungkus dengan kertas
saring sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
11 c.
Digesti Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50ºC.
d. Infundasi
Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98ºC
selama waktu tertentu 15-20 menit. e.
Dekoktasi Dekoktasi adalah infus pada waktu yang lebih lama
≥30 m enit dan
temperatur sampai titik didih air.
2.4. Pengaturan Kadar Glukosa Dalam Darah
Pengaturan kadar glukosa dalam darah dipengaruhi oleh hati dan pankreas. Hati dan pankreas ini memegang peranan penting untuk menjaga keseimbangan
glukosa sehingga kadarnya bisa normal dalam darah. Setelah karbohidrat dari makanan dirombak dalam usus menjadi glukosa dan diserap ke dalam aliran
darah, glukosa disalurkan ke semua sel tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi. Glukosa memerlukan insulin yang disekresikan oleh sel-
sel β pankreas agar dapat masuk ke dalam sebagian besar sel. Apabila tidak segera diperlukan
untuk menghasilkan energi, maka glukosa dapat disimpan sebagai cadangan sumber energi berupa glikogen di dalam sel terutama di dalam hati. Hati berfungsi
sebagai penyangga glukosa untuk darah karena hati dapat menyimpan glikogen dalam jumlah besar. Pembentukan glikogen, disebut glikogenesis, terjadi pada
12 fase absorptif pencernaan, yang berlangsung segera setelah makan saat kadar
glukosa tinggi. Glikogenesis adalah proses yang membutuhkan insulin dengan meningkatkan konversi dan simpanan glukosa pada saat jumlahnya berlebih dan
mengembalikan kadar glukosa darah menjadi normal. Sebaliknya jika kadar glukosa darah rendah maka sel-
sel α pankreas akan mensekresikan glukagon. Glukagon ini akan menstimulasi pengubahan glikogen
menjadi glukosa sehingga kadar gula darah dinormalkan kembali, penguraian glikogen disebut glikogenolisis. Selain itu, pada saat KGD menurun di antara
waktu makan, hati memulai proses glukoneogenesis pembentukan glukosa baru untuk menjaga KGD konstan. Glukoneogenesis dilakukan dihati dengan
mengubah asam amino menjadi glukosa setelah deaminasi pengeluaran gugus amino, dan mengubah gliserol dari penguraian asam lemak menjadi glukosa.
Penguraian glikogen dan pembentukan glukosa terjadi pada fase pasca-absortif pencernaan, waktu di antara makan saat sumber makanan eksternal sulit didapat
Corwin, 2009.
2.5 Diabetes Mellitus DM 2.5.1 Definisi