Pengujian Aktivitas Antihiperglikemik Ekstrak Etanol Daun Nipah

40 menggunakan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 18,36 g rendemen = berat ekstrak berat simplisia x 100= 18,36 g 200 g x 100 = 9,18 .

4.3 Pengujian Aktivitas Antihiperglikemik Ekstrak Etanol Daun Nipah

Pada penelitian ini digunakan hewan percobaan mencit jantan yang dilakukan dengan metode induksi aloksan untuk memperoleh mencit diabetes dengan kadar glukosa darah ≥ 200 mgdl. Sebelumnya dilakukan orientasi efek penurunan KGD uji pendahuluan dan orientasi dosis dengan metode Tes Toleransi Glukosa Oral TTGO. Sebelum percobaan uji pendahuluan dan orientasi dosis dilakukan, mencit dipuasakan tidak diberi makan tetapi tetap diberi minum selama 18 jam, lalu diukur KGD puasa mencit menggunakan alat glucotest Gluco Dr ® untuk mengetahui KGD awal. Selanjutnya diberi EEDN dosis 100 mgkg bb, 150 mgkg bb, 200 mgkg bb, 250 mgkg bb, 300 mgkg bb, dan 400 mgkg bb, setelah 30 menit masing-masing mencit diberi larutan glukosa 50 dosis 3 gkg bb sebagai loading dose, lalu pada menit ke 30, 60, 90, dan 120 diukur KGD masing-masing mencit. Berdasarkan hasil orientasi yang telah dilakukan, penurunan KGD sudah terlihat pada semua dosis. Pada dosis 400 mgkg bb tidak terlalu menunjukkan penurunan yang bermakna. Dengan demikian berdasarkan hasil orientasi yang dilakukan maka ditetapkan dosis untuk penelitian selanjutnya digunakan dosis 100 mgkg bb, 200 mgkg bb, dan 300 mgkg bb. Mencit uji dikelompokkan dalam 5 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit yaitu kelompok kontrol yang diberi suspensi 41 CMC 0,5 sebanyak 1 bb, kelompok uji dengan 3 variasi dosis perlakuan suspensi EEDN dosis 100 mgkg bb, 200 mgkg bb, dan 300 mgkg bb, dan kelompok pembanding menggunakan suspensi metformin dosis 65 mgkg bb. Pada penelitian ini digunakan metformin sebagai pembanding positif karena dapat menurunkan glukosa darah melalui stimulasi glikolisis langsung pada jaringan perifer dengan peningkatan pengeluaran glukosa dari darah, mengurangi glukoneogenesis hati, memperlambat absorpsi glukosa dari usus, pengurangan kadar glukagon dalam plasma dan meningkatkan pengikatan insulin pada reseptor insulin. Mekanisme kerja metformin dalam menurunkan KGD tidak tergantung pada fungsi sel- sel β-pankreas, yang diduga telah rusak akibat pemberian aloksan Prameswari dan Widjanarko, 2014. Aloksan adalah suatu senyawa yang sering digunakan dalam penelitian untuk membuat tikus diabetes zat diabetogenik. Aloksan seperti diketahui akan menghasilkan radikal hidroksil yang sangat reaktif dan dapat menyebabkan diabetes pada hewan coba dengan cara merusak sel- sel β-pankreas Setiawan, 2012. Aloksan dapat digunakan secara intravena, intraperitoneal dan subkutan, dosis intravena yang digunakan biasanya 65 mgkg bb, sedangkan intraperitoneal dan subkutan adalah 2-3 kalinya Nugroho, 2006; Szkudelski, 2001. Akan tetapi hewan uji yang berbeda dengan kondisi yang berbeda akan menghasilkan dosis efektif yang berbeda, sehingga uji pendahuluan tetap dilakukan untuk menetapkan dosis efektif aloksan. Dosis efektif yang diambil adalah dosis yang menyebabkan hiperglikemia tetapi belum menyebabkan kematian pada hewan uji Ratimanjari, 2011. Dari hasil uji pendahuluan, maka dosis aloksan yang paling efektif adalah 175 mgkg bb secara intraperitoneal. 42 Sebelum mencit diinduksi dengan aloksan, terlebih dahulu mencit di puasakan 18 jam. Hasil pengukuran rata-rata KGD mencit puasa untuk setiap kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil rata-rata KGD mencit puasa No Kelompok perlakuan Rata-rata KGD mencit puasa ± SEM mgdl 1 2 3 4 5 CMC 0,5 EEDN 100 mgkg bb EEDN 200 mgkg bb EEDN 300 mgkg bb Metformin dosis 65 mgkg bb 87,6 ± 8,15 93,2 ± 9,22 80,6 ± 5,44 98,8 ± 5,28 84,0 ± 8,72 Rata-rata 88,84 ± 3,35 Setelah dilakukan pengukuran KGD puasa, mencit diinduksi dengan aloksan dosis 175 mgkg bb secara intraperitoneal, diamati tingkah laku mencit dan bobot badan, serta diukur KGD pada hari ke-4 hingga hari berikutnya sampai menunjukkan kenaikan kadar glukosa darah sehingga mencit dapat mulai digunakan dalam pengujian. Mencit yang telah memiliki KGD ≥ 200 mgdl dianggap mencit diabetes dan dapat digunakan dalam pengujian. Hasil rata-rata KGD mencit setelah diinduksi aloksan dosis 175 mgkg bb ditunjukkan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil rata-rata KGD setelah diinduksi aloksan dosis 175 mgkg bb No Kelompok perlakuan Rata-rata KGD mencit ± SEM mgdl 1 2 3 4 5 CMC 0,5 EEDN 100 mgkg bb EEDN 200 mgkg bb EEDN 300 mgkg bb Metformin dosis 65 mgkg bb 274 ± 21,63 348 ± 51,81 381,2 ± 59,44 305 ± 29,17 395,8 ± 55,03 Rata-rata 340,8 ± 20,95 43 Perlakuan diberikan selama 15 hari untuk melihat penurunan KGD puasa mencit. Diharapkan pada hari ke-15 KGD mencit sampai pada range batas normal yaitu 80 - 160 mgdl Hayati, dkk., 2010. Pemberian sediaan uji pada setiap kelompok mencit yang sudah diabetes selanjutnya dianggap sebagai hari pertama pemberian sediaan uji hari ke-0. Pengukuran KGD mencit dilakukan pada hari ke-3, hari ke-6, hari ke-9, hari ke- 12 dan hari ke-15. Dari hasil pengujian, EEDN dosis 100 mgkg bb dan 200 mgkg bb telah menunjukkan penurunan KGD pada hari ke-3, dan penurunan KGD rata-rata sampai batas normal pada hari ke-15. EEDN dosis 300 mgkg bb tidak menunjukkan penurunan pada hari ke-3, penurunan KGD mulai terlihat pada hari ke-6 dan pada hari ke-15 tidak menunjukkan penurunan sampai batas normal; metformin dosis 65 mgkg bb menunjukkan penurunan KGD rata-rata sampai batas normal pada hari ke-15. Pemberian CMC 0,5 sebagai kelompok kontrol juga mengalami penurunan, tetapi masih dalam kategori diabetes KGD ≥ 200 mgdl. Hal ini dikarenakan penurunan KGD didukung oleh regenerasi sel β- pankreas yang tidak rusak secara keseluruhan karena induksi aloksan sehingga insulin masih dapat disekresikan Ratimanjari, 2011. Hasil pengukuran KGD dapat dilihat pada lampiran 15 halaman 75. Data KGD mgdl pada masing-masing mencit pada semua kelompok perlakuan dilakukan perhitungan persen penurunan KGD, kemudian dianalisis secara statistik menggunakan ANAVA lalu dilanjutkan uji Post Hoc tukey HSD untuk melihat perbedaan nyataantar perlakuan. Hasil persen penurunan KGD rata-rata mencit ditunjukkan pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.1. Hasil perhitungan 44 lengkap persen penurunan KGD masing-masing kelompok dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 76. Tabel 4.5 Persen penurunan KGD rata-rata setelah perlakuan No Kelompok uji KGD puasa sebelum diinduksi aloksan mgdl KGD puasa setelah diinduksi aloksan mgdl Penurunan KGD rata-rata ±SEM setelah perlakuan Hari ke-3 Hari ke-6 Hari ke-9 Hari ke-12 Hari ke-15 1 CMC 0,5 87,6 274 -11,09 ± 5,36 -35,21 ± 21,82 -29,62 ± 35,49 11,06± 9,70 25,10 ± 11,45 2 EEDN 100 mgkg bb 93,2 348 13,88 ± 1,61 37,55 ± 3,77 45,08 ± 5,39 59,04± 5,07 70,9 ± 2,95 3 EEDN 200 mgkg bb 80,6 381,2 12,34 ± 4,49 22,35 ± 4,34 41,82 ± 6,53 53,54 ± 6,32 68,86 ± 3,89 4 EEDN 300 mgkg bb 98,8 305 -27,32 ± 16,54 0,83 ± 18,15 22,51 ± 9,19 31,38± 6,95 42,30 ± 7,29 5 Metformin dosis 65 mgkg bb 84 395,8 16,11 ± 3,88 36,18 ± 3,21 46,53 ± 2,79 58,82± 5,24 70,31 ± 3,87 Gambar 4.1 Grafik persen Penurunan KGD rata-rata setelah perlakuan -60 -40 -20 20 40 60 80 3 6 9 12 15 P enur unan K G D keterangan: CMC 0,5 EEDN 100 mgkg bb EEDN 200 mgkg bb EEDN 300 mgkg bb metformin dosis 65 mgkg bb waktu hari 45 Pada Gambar 4.1 terlihat bahwa pada hari ke-3 telah terjadi penurunan KGD pada kelompok EEDN dosis 100 mgkg bb, EEDN dosis 200 mgkg bb dan metformin dosis 65 mgkg bb, sedangkan kelompok CMC 0,5 dan kelompok EEDN dosis 300 mgkg bb mengalami peningkatan KGD, hal tersebut dapat dilihat dari grafik batang yang mengarah ke bawah ke angka minus. Pada hari ke-6 dan hari ke-9 terjadi penurunan KGD pada semua kelompok kecuali kelompok CMC 0,5. Hari ke-12 dan hari ke-15 juga menunjukkan penurunan KGD pada semua kelompok termasuk kelompok CMC 0,5 yang seharusnya tidak mengalami penurunan KGD. Penurunan yang paling besar ditunjukkan oleh EEDN dosis 100 mgkg bb, kemudian metformin dosis 65 mgkg diikuti EEDN dosis 200 mgkg bb dan dosis EEDN 300 mgkg bb. Hasil analisis Tukey HSD menunjukkan bahwa pemberian EEDN dosis 100 mgkg bb, 200 mgkg bb, dan metformin dosis 65 mgkg bb pada hari ke-3 tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna karena masih berada dalam kolom yang sama dengan kelompok CMC 0,5, tetapi menunjukkan perbedaan bermakna dengan EEDN 300 mgkg bb. Persen penurunan KGD yang paling besar ditunjukkan oleh kelompok metformin dosis 65 mgkg bb. Hasil analisis Tukey HSD hari ke-3 dapat dilihat pada lampiran 17 halaman 80. Hasil analisis TukeyHSD pada hari ke-6, 9 dan 12 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada EEDN 100 mgkg bb, EEDN 200 mgkg bb, EEDN 300 mgkg bb dan metformin dosis 65 mgkg bb, namun EEDN 100 mgkg bb, EEDN 200 mgkg bb dan metformin dosis 65 mgkg bb menunjukkan ada perbedaan bermakna dengan CMC 0,5. Persen penurunan yang paling besar ditunjukkan oleh kelompok EEDN 100 mgkg bb dan kelompok metformin dosis 46 65 mgkg bb. Hasil analisis Tukey HSD hari ke-6, 9 dan 12 dapat dilihat pada lampiran 17 halaman 81 dan 82. Hasil analisis Tukey HSD pada hari ke-15 menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara kelompok CMC 0,5 dengan kelompok EEDN 100 mgkg bb, 200 mgkg bb dan metformin dosis 65 mgkg bb, dan juga ada perbedaan bermakna antara kelompok EEDN 300 mgkg bb dengan EEDN 100 mgkg bb. Persen penurunan KGD yang paling besar ditunjukkan oleh kelompok EEDN 100 mgkg bb, selanjutnya diikuti oleh kelompok metformin dosis 65 mgkg dan EEDN 200 mgkg bb. Hasil analisis Tukey HSD hari ke-15 dapat dilihat pada lampiran 17 halaman 82. Hasil analisis statistik dari data yang diperoleh selama perlakuan 15 hari menunjukkan bahwa pemberian EEDN dosis 100 mgkg bb, EEDN 200 mgkg bb dan 300 mgkg bb memberikan penurunan KGD yang bermakna dibandingkan kontrol CMC 0,5. Penurunan KGD yang paling baik ditunjukkan oleh kelompok EEDN 100 mgkg bb dimana persen penurunan KGD nya pada hari ke-15 mencapai angka 70,9000, angka tersebut hampir sama dengan kelompok pembanding yaitu metformin dosis 65 mgkg bb dengan persen penurunan KGD sebesar 70,3140, kemudian diikuti oleh kelompok EEDN 200 mgkg bb dengan angka 68,8640 dan kelompok EEDN 300 mgkg bb dengan angka 42,3040 data terlampir pada halaman 82 . Peningkatan dosis seharusnya menunjukkan peningkatan efek penurunan KGD, namun hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan dosis EEDN tidak diikuti dengan peningkatan aktivitas antihiperglikemia. Hal ini diduga karena telah jenuhnya reseptor yang berikatan dan terjadinya interaksi dengan senyawa 47 kimia bioaktif yang terkandung dalam daun nipah. Jika reseptor telah jenuh, maka peningkatan dosis tidak bisa mencapai efek maksimumnya Katzung, 2010. Penurunan KGD dengan terapi EEDN dapat disebabkan oleh adanya senyawa bioaktif yang terkandung dalam EEDN yang dapat mencegah terjadinya oksidasi sel β-pankreas sehingga kerusakan dapat diminimalkan. Senyawa bioaktif yang terdapat dalam EEDN diantaranya adalah tanin dan flavonoid. Tanin diketahui dapat memacu metabolisme glukosa dan lemak sehingga timbunan kedua sumber kalori ini dalam darah dapat dihindari, tanin juga mempunyai aktivitas antioksidan dan menghambat pertumbuhan tumor. Tanin mempunyai aktivitas hipoglikemik dengan cara meningkatkan glikogenesis. Selain itu, tanin juga berfungsi sebagai astringent atau pengkhelat yang dapat mengerutkan membran epitel usus halus sehingga mengurangi penyerapan sari makanan dan sebagai akibatnya menghambat asupan gula dan laju peningkatan gula darah tidak terlalu tinggi Prameswari dan Widjanarko, 2014. Flavonoid berperan sebagai antioksidan dengan cara mendonasikan atom hidrogennya atau melalui kemampuannya mengkelat logam Redha, 2010. Flavonoid dapat mencegah komplikasi atau progresivitas diabetes mellitus dengan cara membersihkan radikal bebas yang berlebihan. Dalam mekanisme penyembuhan penyakit DM, flavonoid diduga berperan secara signifikan meningkatkan aktivitas enzim antioksidan dan mampu meregenerasi sel- sel β pankreas yang rusak sehingga defisiensi insulin dapat diatasi. Flavonoid yang terkandung dalam tumbuhan diduga juga dapat memperbaiki sensitifitas reseptor insulin Abdelmoaty, et al., 2010. Selain itu, flavonoid juga memiliki efek penghambatan terhadap enzim α- glukosidase melalui ikatan hidroksilasi dan 48 su btitusi pada cincin β. Prinsip penghambatan ini serupa dengan acarbose yang selama ini digunakan sebagai obat untuk penanganan diabetes mellitus, yaitu dengan menghasilkan penundaan hidrolisis karbohidrat dan disakarida dan absorpsi glukosa serta menghambat metabolisme sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Sehingga adanya flavonoid memberikan efek menguntungkan pada keadaan DM Prameswari dan Widjanarko, 2014. 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN